Hujan

Hujan
Sang Pengagum Hujan

Rabu, 14 Agustus 2013

LAYANG-LAYANG 2013 :D



Saat pulang kerja, seperti biasa aku suka langsung mencari dua keponakanku yang berumur 2 dan 3 tahun. Yang 2 tahun namanya Khanza dan yang 3 tahun namanya Zahra. Keduanya lahir dari orang tua yang berbeda, ibu mereka adalah kakakku. Tingkah mereka selalu membuat aku melupakan kepenatan setelah pulang kerja, rasa lelah pun hilang seketika ketika melihat mereka sedang bermain diteras rumah. Dan saat itulah aku mulai bereaksi, datang langsung menciumi mereka, mengganggu segala keasikan mereka dan membuat mereka risih, lalu mengejar-ngejar aku sambil membawa sapu dan sesekali melempariku dengan mainannya. Hal ini yang membuat aku asik, mengajak mereka keja-kejaran layaknya Tom and Jerry. Aku yang menjelema jadi Tomnya dan kedua keponakanku itu menjelma menjadi Jerry dan keponakan Jerry, tak hapal namanya. Hehe. 
Sore itu, berbeda dengan hari-hari biasanya. Zahra tengah main rumah-rumah sendirian di teras rumah. Dia memegang sisa kankung yang sudah di potong-potong oleh uwanya. Tangannya telihat sangar memotong sayur-sayuran menjadi potongan-potongan yang amuradul, berhamburan kemana-kemana, menggunakan pisau kesayangnya, pisau mainan.
“ eh Aya, ko main sendiri si Dede kemana ? tidur ? “. Aku memutuskan untuk menghampirinya. Dede adalah panggilan untuk Khanza.
“ Dede di lumahnya, nanis “. Jawabnya, cuek asik memotong-motong kankung. Cara bicaranya memang belum terdengar jelas.
“ nangis kenapa ? di nakalin sama Aya ya ? hayooohh. Nakal. Nakal ya. “ tanyaku menyelidik. Tanganku sudah mulai iseng mencubit-cubit pipinya yang gembul.
“ iya nanis ama Aya. Dede yang natal mutul Aya, belantem aja. “ 
“ hahahaha dasar bocah. “ kembali aku mencubit pipinya, gemas terus dibuatnya. Biarkan saja biar tambah meral dan tembem pipinya hehe. 
“ uuuwwaaaaa. “ Zahra mulai terusik dengan kedatanganku yang menggangu ketenangannya bermain rumah-rumahan. Berteriak dengan suara yang melengking, memanggil uwanya yang sedang masak di dapur.
“ L, kebiasaan ngeganggu bocah lagi asik main saja. “ teriak uwanya dari arah dapur. 
Dari luar rumah aku cekikikan mendengarnya. Selalu saja asik membuat keponakanku berteriak-teriak. Menjahilinya.
Beberapa menit aku membiarkan Zahra asik melanjutkan rumah-rumahannya. Aku tinggalkan Dia dan berlalu ke kamar, mencari handuk, mandi dan shalat ashar. 
Setelah itu aku berganti pakaian dan keluar kamar. 
Pandanganku tertuju pada balon udara yang berbentuk anak harimau, mengapung-ngapung di dekat meja makan dengan di ikat batu sebagai pemberatnya. Tuiing. Munculah ide unik dari kepalaku. Dengan cepatnya aku melepaskan batu pemberat balon itu, dan sisa tali yang ada di balon itu aku sambungkan pada gelasan ( benang untuk menerbangkan layang-layang ). Balon udara itu akan langsung melayang ke udara tanpa ada pemberatnya. Aku lari-lari kecil keluar rumah, ku lihat Zahra masih tetap memainkan pisau mainannya. Aku memanggilnya. Mengajaknya mentang/pentang ( menerbangkan layang-layang ), tapi kali ini pakai balon udara. Dan aku menyebutnya layang-layang 2013. 
“ Ya, balonnya mbi pentang ya ?. “ tanyaku padanya. Dia langsung menoleh ke arahku yang sudah membawa balon anak harimaunya. 
“ boeh mbi boeh. “ jawabnya riang, gontai berlari ke arahku yang akan menerbangkan balonnya. Boeh yang artinya boleh. Jelas sekali aku senang dengan jawabannya.
Wuuuusssssshhhh. Hembusan angin berhembus perlahan, lambat laun membawa balon anak harimau itu melayang-layang di langit. Zahra sudah asik berseru ingin ikut memegang tali yang menerbangkan balonnya itu. Namun aku tak memberikannya, “ nanti terbang jauh, sudah sama mbi saja ya. “ kataku melarangnya untuk ikut memegang talinya. Zahra langsung paham dengan laranganku, mengangguk-anggukan kepalanya. Dia lebih memilih berteriak-teriak senang, takzim dengan melihat anak harimau terbang. Zahra berjingkrak-jingkrak mengikuti arah balonnya yang di hembuskan oleh angin. Aku semakin asik dan fokus menarik talinya, mengarahkan balon itu agar tidak nyangkut di pohon alpukat dekat rumah, atau nyangkut di antena tetangga.
15 menit balon itu ada di udara. 

Tak lama kemudian, tali balon itu sedikit nyangkut ke sela-sela genting rumah. Dan teeeeessssssssss, tali itu putus. Balon anak harimau terbang menjauh, sempat akan di tangkap oleh Aldi, anak tetangga yang sedang ada di loteng rumahnya. Dia berseru,“ waaahh balon siapa tuh ?. “
Aku dan Zahra langsung berlarian mengejar kemana arah balon itu di terbangkan oleh angin. Aku memanggil Aldi yang masih di atas loteng, “ Di, bukanya ditangkap.” Teriakku sedikit kesal.
“ yeeeyy orang tidak ada talinya, gimana cara tangkepnya ? loncat ? benjol dong kepalaku. Lagian balon ko di pentang, emangnya layangan. Haha. “ seru Aldi yang malah mengejekku.
“ Layang-layang 2013 Di. “ jawabku, memajukan bibirku lebih dari 5cm, mungkin.
Aldi tertawa terpingkal-pingkal mendengar jawabanku, dan Zahra sudah menangis histeris melihat balonnya terbang berpuluh-puluh kilo meter sampai hilang di tutupi awan-awan senja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar