Hujan

Hujan
Sang Pengagum Hujan

Senin, 10 November 2014

KAMU

Kamu adalah apa yang tak ku temui
Tapi kamu adalah yang ku cari

Kamu adalah apa yang tak ku lihat
Tapi kamu adalah yang tertambat

Kamu adalah apa yang tak ku anggap
Tapi kamu adalah yang ku harap

Kamu adalah apa yang tak kunjung nyata
Tapi kamu adalah kata dalam setiap doa

MAKNA TULISAN

Aku memberikan satu nyawa pada sebuah tulisan
Agar ia menemukan Tuan

Aku memberikan satu hati pada sebuah tulisan
Agar ia menyatu dengan Tuan

Aku memberikan satu arti pada sebuah tulisan
Agar ia mengerti pada Tuan

SISI KEBENCIAN

Aku tak punya pilihan
Aku tidak boleh membencimu
Aku hanya diberi hak untuk membenci prilakumu
Aku geram, menatap penuh dendam

Aliran darah memburu untuk membunuh
Kebencian tak juga memberikan pengertian
Emosi bak seekor Singa yang lapar
Mengapa kau selalu menjadi api yang membakar?

Aku ingin membunuh diriku
Sebelum Tuhan menghinakanku
Karena sebuah kebencian
Aku ingin sebuah pengertian

Angin malam semakin menyesakkan
Tak bisakah kau berbicara dengan nada yang tidak menantang?
Agar yang kita perbincangkan tidak menjadi perdebatan
Bisakah kata-katamu memberikan sedikit ketenangan?

Sedikit saja
Agar aku paham
Agar aku tak menyesal
Menyayangimu bukanlah sebuah kesalahan...

SAJAK UNTUKMU, UNTUKKU

Hidupku damai seperti tanpa beban
Itu yang selalu kamu katakan

Karena raut wajahku tak nampak membenamkan senyuman
Itu yang sering kamu sebut kekuatan

Perlu kamu tahu
Semua itu untukmu, untukku

Meskipun hanya itu yang bisa kamu lihat
Bukan berarti aku tak merasakan kesedihan, bukan?

Mengertilah...
Ini untukmu, untukku...

Bahkan Tuhan tidak menghapus hakku untuk bersedih dan tergugu dalam sebuah tangisan

My Teory

Orang bisa berubah karena seseorang, suatu kejadian, tuntutan, pemaksaan, pemikiran, dan kesadaran diri sendiri. Dan kesadaran diri sendirilah yang tak akan membuat kau merasa rugi di kemudian hari.

My Teory

Akan ada masanya dunia membawamu pada titik jenuh. Dimana kamu merasa dunia itu tidak adil dan sangat membosankan.

No Games No Players

Udah gak bakalan ngadopsi permainan di ponsel maupun di laptop. Alhamdulilah, masa kecilku terlampau kenyang sama mainan dan permainan, mulai dari Nintendon, PS, mobil2an, lego, main kartu, monopoli, gambaran, gangsing, yoyo, layangan, kaleci/kelereng, catur, bulu tangkis, basket, kerambol, ular tangga, bandring/ketapel, petak umpet, peuletokan (semacam sumplit, cuma pelurunya pakai kertas/koran basah), bola bendol (permainan bola karung/bola tenis yang digelindingkan ke arah tumpukkan serpihan genting), tajos (hadiah ciki), sepedahan, berpetualang dan masih banyak lagi. Eh, hampir semuanya permainan cowok ya? He... xp *Masa kecilku emang dihabiskan untuk bermain. Badung/nakal. Hihi Aku yakin disini ada yang ingat betapa WOWnya masa kecilku, yang pernah mendapat julukan Ujang dan Abah ini. ヽ(*´∀`)ノ

Efek terpenting dari semua permainan diatas mengarah ke masalah hati/perasaan. Aku gak mau main2 dengannya, dan gak akan membuka pintunya, bahkan untuk orang yang sekedar ingin bermain saja. :)

#Catatan Lama

Minggu, 09 November 2014

Kau

Kau tetaplah Hujan
Dan petir adalah kenangan yang paling menyakitkan
Kau tetaplah Hujan
Dan hanya petirlah yang harus kau lupakan

Selasa, 15 Juli 2014

TESTIMONI MATA KEDUA OLEH L ELIH MARLIAH




            Entah ini yang keberapa kalinya aku membaca novel yang mengisahkan tentang kehidupan penulisnya sendiri, dari masa gelap hingga masa terangnya. Yang dirangkum baik dalam tulisan bergenre fiksi maupun nonfiksi. Pasti didalamnya mengandung unsur motivasi, dan aku selalu suka. Tak heran kalau aku bisa merampungkan novel biografi dalam satu hari. Tergantung apakah cerita tentang kehidupan penulis itu menarik atau tidak. Dan novel Mata Kedua yang di tulis sama Ka Ramatditya Adikara ini termasuk dalam novel yang paling menarik yang pernah aku baca. Dilihat dari jalan ceritanya yang original, penuh dengan twist (Kejadian-kejadian yang tidak disangka-sangka/tidak dapat diduga oleh si pembaca), tentang persahabatan yang benar-benar PERSAHABATAN tanpa memandang seseorang itu siapa? Berasal dari mana? Apakah fisiknya sempurna atau tidak? Apakah cantik atau jelek? Pintar atau bodoh? Si penulis seperti punya tujuan untuk membunuh semua rasa diskriminasi tersebut, dan  ia sungguh sangat, sangat berhasil, melahirkan cerita persahatan yang indah dengan disisipi kisah cinta yang mengugah. Menginspirasi tetapi tidak menggurui. Cocok dibaca oleh anak-anak muda, remaja tepatnya. Dan ada yang paling, paling membuat aku suka dan tertarik dengan novel ini. Ya, didalam cerita didominasi sama bahasan games-games yang dulu, duluuu banget aku pernah mainin, seperti Nintendo misalnya dan masih banyak lagi bahasan tentang games-games yang lainnya, yang menarik kembali ingatanku pada masa lalu, pada masa dimana aku gemar sekali memainkan games. Meski, meskipun aku perempuan aku doyan main games. Seperti Rara si cewek genius didalam cerita.
            Ramaditya Adikara adalah seorang tunanetra yang banyak sekali memiliki mimpi. Dan mimpi-mimpinya itu lahir dari hobinya memainkan games. Dia memang tunanetra, tetapi Dia pintar, teramat pintar malah. Dia memiliki kemampuan yang sangat luar biasa, saat bermain game sering meraih skor tertinggi dari teman-temannya, sehingga membuat semua teman-temannya terheran-heran, bagaimana mungkin, seorang tunanetra bisa main games? Apakah itu lelucon? Tidak hanya itu, banyak sekali hal-hal yang mengejutkan lainnya yang dilakukan oleh seorang tunanetra yang tak bisa terbayangkan sebelumnya. 
            Semua itu berawal ketika Rama, begitulah panggilan kecilnya. Dia masuk SMA 67 yang menjadi SMA favorit yang ada di Jakarta. Hal ini menjadi awal mula Tuhan merangkai indah kehidupan Rama ketika ia remaja. Rama yang tidak bisa melihat mendapatkan banyak cobaan dari lingkungan sekolahnya yang tidak seperti ia belajar di SLB (Sekolah Luar Biasa). Sulit sekali menyesuaikan dirinya dengan murid-murid yang menganggapnya aneh, malah ada salah seorang yang mencibirnya dengan pedas,’Dia itu butakan? Kenapa tidak sekolah dengan teman-temanmu yang sama denganmu, di SLB. Merepotkan saja.’ Dan berbagai macam cibiran super pedas lainnya, yang memiliki level yang terus meningkat.
            Hingga penulis akhirnya memunculkan beberapa malaikat untuk menolongnya. Pertama ketika Rama nabrak gerbang sekolah, dan kejadian itu mempertemukan dengan Rara. Seseorang yang akan memberikan cahayanya untuk Rama. Kemudian pertemuan dengan Elis, Ardan, Dodo, Niki, Rhismal dan teman-temannya yang lain. Hari-hari Rama menjadi penuh dengan cahaya dari orang-orang yang disayangnya dan menyayanginya. Yang siap sedia melayaninya dalam suka maupun duka.
            Saat level persahabatan inilah yang membuat aku enggan berhenti membaca, dan dengan buas terus membuka setiap lembarannya. Merekalah orang-orang yang selalu membantu Rama ketika Dia mengalami kesusahan hingga menghadapi orng-orang yang terus mnggunjingnya tanpa henti. Seorang gadis yang begitu benci dengan Rama, terus mengejainya yang tak lain adalah Cindy and The Geng. Dan tak lupa, Pak Soemanto, guru Bahasa Indonesia yang secara blak-blakkan mengaku merasa direpotkan, karena harus mengajar anak tunanetra seperti Rama. Itu berarti beliau harus ektra sabar saat menjelaskan mata pelajarannya.
            Dan saat level percintaannya, hal yang paling menarik. Percintaan ala-ala gamer, antara Rama dan Rara. Kisah cinta anak muda yang tidak merusak diri mereka. Mengerti bagaimana mengelola rasa cintanya, membiarkannya tumbuh, hingga nanti dipetik saat waktunya sudah tepat. Ada rasa sejuk dihati ketika hinggap pada level ini.
            Novel ini merupakan novel yang bagus, membuat batin kita terjotos hingga sadar. Bahwa keterbatasan yang dimiliki seseorang bukan berarti sebagai penghalang untuk mencapai keberhasilannya, boleh jadi itu kelebihan, jika hati selalu disirami air kesyukuran. Novel ini juga menjadi sekup yang besar untuk mengeruk semua yang menghalangi mata penglihatan dan mata hati kita, agar selalu bersyukur kepada-Nya. Dan menjaga dengan baik tubuh yang kita pinjam dari-Nya. Semua ciptaan-Nya tidak ada kegagalan, dan tidak diciptakan untuk gagal. Kita yang memiliki anggota tubuh yang lengkap, seharusnya harus lebih, lebih lagi.
            Sungguh, ulasanku tentang novel ini karena kekagumannku akan jalan ceritanya... writer...motivator.

SENJA, POTRET MASA LALU KITA





Warna emas yang menghiasi langit sore hari
Memutarkan kembali fragmen yang tlah usang

Sebuah foto yang merekam kejadian lampau
Menguning, lembab terlahap jaman
Hingga tersadar
Kebersamaan kita yang berakhir di ujung senja

SAMPUL BUKU YANG TERLIPAT





Ku jaga benda yang tertera namamu di sana
Benda itu menjadi barang yang berharga
Lantaran ada kisahmu di dalamnya
Tentang suka dan dukamu menjaring aksara

Sudah lama diam-diam aku membaca apa yang ada pada dirimu
Cerita cinta yang menyinari sajak-sajak indahmu
Tak jarang aku pun ikut berseru
Sembari tersenyum bersulam malu dan ragu

Ku bawa kisahmu itu berjalan di atas takdirku
Ku harap engkau pun tahu maksud hatiku
Melihat bagaimana mawar merekah
Bagaimana rona pipiku bersemu merah

Terlanjur senang dan terlena aku pada kisahmu
Yang berkombinasi haru, seru dan lucu
Kamu memang pandai berkisah mampu meramunya menjadi kisah yang seru
Menyeduhnya menjadi semanis kopi expreso bercampur madu

Pagi tadi! Sebuah pertanda mencoba berbicara padaku
Namamu dalam sampul buku itu terlipat
Membekas garis yang berkerut
Dan saat itu pun hatiku ikut berkerut
Sampul buku yang terlipat itu mengungkap tabir baru tentangmu
Yang ku tahu dan dapat ku cerna dengan segenap rasa haru
Aku harus segera melipat namamu dari hatiku
Ya... Kau pamit pergi, memulai kisah barumu dengan tinta baru

Tinta hidupku tidak tertulis dengan kisahmu
Ku lipat hatiku sesegera mungkin
Agar mudah ku temui halaman baru
Untuk kisahku, yang akan tertera namaku di sampul buku

SAJAK KEBEKUAN DAN TAKDIR TUHAN!




Dipeluknya tubuhku oleh kebekuan langit yang temaram tanpa bintang
Dan aku pun sempurna merenung sendirian, bercengrama dengan kebisuan
Burung hantu juga enggan berkeliaran mereka memilih bertengker pada ranting
Bola matanya yang bulat mengerjap-ngerjap, melihat tajam kearahku yang berteman kesunyian

Menyedihkan memang! Tuhan pun bahkan mendiamkan
Namun seketika Dia membisikkan,’aku tak pernah sendirian.’
Butiran pasir yang menempel pada sela-sela sepatuku bisa menjadi teman
Atau menjadi sebuah sajak kesederhanaan

Dan aku senang, ketika Tuhan menakdirkanku berteman dengan alam
Semua rasa kesendirian, kata-kataku yang tak ingin mereka dengar dan mereka campakkan
Aku bisa luapkan menjadi tulisan
Dari sini aku mulai merasakan kebahagian, menggerus kesengsaraan

Betapa bahagianya aku dianungerahkan menjadi seorang penulis dengan senjata imaji liarnya
Kini aku bisa mencairkan suasana beku menjadi tulisan
Menerjemahkan aksara Tuhan dan mendengarkan bisikan-Nya
Tak lagi membeku, meresa terasingkan di bumi Tuhan

RENGKUHLAH AKU DENGAN HIDAYAH-MU





Saat tiba pada perjalanan hidup yang gelap
Aku mencari-cari seberkas cahaya-Mu dalam senyap
Mulut terus berucap tak kehilangan harap
Mata berlinang tak kuasa mengerjap

Rengkuhlah aku dengan hidayah-Mu
Hatiku kian mengering tanpa kasih-Mu
Semakin ku tersesat tanpa petunjuk-Mu
Sengsara ku hampa tanpa cinta-Mu

Tubuh ini mengigil ketakutan
Seringnya diri ini melakukan kesalahan
 Tertawa sejenak terlena dalam kebahagiaan
Tidak sadar Engkau terlupakan

Dalam bahagia Engkau ku campakan
Dalam derita Engkau  yang ku harapkan
Dalam cerita Engkau ku alpakan
Dalam luka Engkau yang menguatkan

Rengkuhlah aku dengan hidayah-Mu
Ketuklah pintu hati ku dengan kelembutan-Mu
Sadarkan diriku ketika lalai dalam mengingat-Mu
Bahagia dan dukaku adalah ketentuan-Mu
Rengkuhlah aku dengan hidayah-Mu
Karena hidup tentang mengendarai waktu
Berlomba-lomba demi menggapai Surga-Mu
Agar terhindar dari azab Neraka-Mu

Rengkuhlah aku dengan hidayah-Mu
Terangi aku dengan cahaya-Mu
Rengkuhlah aku dengan hidayah-Mu
Berkatilah hidupku dengan kasih-Mu