Hujan

Hujan
Sang Pengagum Hujan

Selasa, 15 Juli 2014

TESTIMONI MATA KEDUA OLEH L ELIH MARLIAH




            Entah ini yang keberapa kalinya aku membaca novel yang mengisahkan tentang kehidupan penulisnya sendiri, dari masa gelap hingga masa terangnya. Yang dirangkum baik dalam tulisan bergenre fiksi maupun nonfiksi. Pasti didalamnya mengandung unsur motivasi, dan aku selalu suka. Tak heran kalau aku bisa merampungkan novel biografi dalam satu hari. Tergantung apakah cerita tentang kehidupan penulis itu menarik atau tidak. Dan novel Mata Kedua yang di tulis sama Ka Ramatditya Adikara ini termasuk dalam novel yang paling menarik yang pernah aku baca. Dilihat dari jalan ceritanya yang original, penuh dengan twist (Kejadian-kejadian yang tidak disangka-sangka/tidak dapat diduga oleh si pembaca), tentang persahabatan yang benar-benar PERSAHABATAN tanpa memandang seseorang itu siapa? Berasal dari mana? Apakah fisiknya sempurna atau tidak? Apakah cantik atau jelek? Pintar atau bodoh? Si penulis seperti punya tujuan untuk membunuh semua rasa diskriminasi tersebut, dan  ia sungguh sangat, sangat berhasil, melahirkan cerita persahatan yang indah dengan disisipi kisah cinta yang mengugah. Menginspirasi tetapi tidak menggurui. Cocok dibaca oleh anak-anak muda, remaja tepatnya. Dan ada yang paling, paling membuat aku suka dan tertarik dengan novel ini. Ya, didalam cerita didominasi sama bahasan games-games yang dulu, duluuu banget aku pernah mainin, seperti Nintendo misalnya dan masih banyak lagi bahasan tentang games-games yang lainnya, yang menarik kembali ingatanku pada masa lalu, pada masa dimana aku gemar sekali memainkan games. Meski, meskipun aku perempuan aku doyan main games. Seperti Rara si cewek genius didalam cerita.
            Ramaditya Adikara adalah seorang tunanetra yang banyak sekali memiliki mimpi. Dan mimpi-mimpinya itu lahir dari hobinya memainkan games. Dia memang tunanetra, tetapi Dia pintar, teramat pintar malah. Dia memiliki kemampuan yang sangat luar biasa, saat bermain game sering meraih skor tertinggi dari teman-temannya, sehingga membuat semua teman-temannya terheran-heran, bagaimana mungkin, seorang tunanetra bisa main games? Apakah itu lelucon? Tidak hanya itu, banyak sekali hal-hal yang mengejutkan lainnya yang dilakukan oleh seorang tunanetra yang tak bisa terbayangkan sebelumnya. 
            Semua itu berawal ketika Rama, begitulah panggilan kecilnya. Dia masuk SMA 67 yang menjadi SMA favorit yang ada di Jakarta. Hal ini menjadi awal mula Tuhan merangkai indah kehidupan Rama ketika ia remaja. Rama yang tidak bisa melihat mendapatkan banyak cobaan dari lingkungan sekolahnya yang tidak seperti ia belajar di SLB (Sekolah Luar Biasa). Sulit sekali menyesuaikan dirinya dengan murid-murid yang menganggapnya aneh, malah ada salah seorang yang mencibirnya dengan pedas,’Dia itu butakan? Kenapa tidak sekolah dengan teman-temanmu yang sama denganmu, di SLB. Merepotkan saja.’ Dan berbagai macam cibiran super pedas lainnya, yang memiliki level yang terus meningkat.
            Hingga penulis akhirnya memunculkan beberapa malaikat untuk menolongnya. Pertama ketika Rama nabrak gerbang sekolah, dan kejadian itu mempertemukan dengan Rara. Seseorang yang akan memberikan cahayanya untuk Rama. Kemudian pertemuan dengan Elis, Ardan, Dodo, Niki, Rhismal dan teman-temannya yang lain. Hari-hari Rama menjadi penuh dengan cahaya dari orang-orang yang disayangnya dan menyayanginya. Yang siap sedia melayaninya dalam suka maupun duka.
            Saat level persahabatan inilah yang membuat aku enggan berhenti membaca, dan dengan buas terus membuka setiap lembarannya. Merekalah orang-orang yang selalu membantu Rama ketika Dia mengalami kesusahan hingga menghadapi orng-orang yang terus mnggunjingnya tanpa henti. Seorang gadis yang begitu benci dengan Rama, terus mengejainya yang tak lain adalah Cindy and The Geng. Dan tak lupa, Pak Soemanto, guru Bahasa Indonesia yang secara blak-blakkan mengaku merasa direpotkan, karena harus mengajar anak tunanetra seperti Rama. Itu berarti beliau harus ektra sabar saat menjelaskan mata pelajarannya.
            Dan saat level percintaannya, hal yang paling menarik. Percintaan ala-ala gamer, antara Rama dan Rara. Kisah cinta anak muda yang tidak merusak diri mereka. Mengerti bagaimana mengelola rasa cintanya, membiarkannya tumbuh, hingga nanti dipetik saat waktunya sudah tepat. Ada rasa sejuk dihati ketika hinggap pada level ini.
            Novel ini merupakan novel yang bagus, membuat batin kita terjotos hingga sadar. Bahwa keterbatasan yang dimiliki seseorang bukan berarti sebagai penghalang untuk mencapai keberhasilannya, boleh jadi itu kelebihan, jika hati selalu disirami air kesyukuran. Novel ini juga menjadi sekup yang besar untuk mengeruk semua yang menghalangi mata penglihatan dan mata hati kita, agar selalu bersyukur kepada-Nya. Dan menjaga dengan baik tubuh yang kita pinjam dari-Nya. Semua ciptaan-Nya tidak ada kegagalan, dan tidak diciptakan untuk gagal. Kita yang memiliki anggota tubuh yang lengkap, seharusnya harus lebih, lebih lagi.
            Sungguh, ulasanku tentang novel ini karena kekagumannku akan jalan ceritanya... writer...motivator.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar