Hujan

Hujan
Sang Pengagum Hujan

Senin, 29 Juli 2013

SAMBUNG JUDUL NOVEL BANG DARWIS TERE LIYE

‘Sepotong Hati yang Baru’ itu akan tumbuh. Aku telah mengikhlaskan kepergianmu, seperti ‘Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin’, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya. Bahwa hidup harus menerima,penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan,pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.

Aku tahu, aku tak pantas untukmu yang terlalu ideal menginginkan sosok ‘Bidadari-Bidadari Surga’ yang ingin kau jadikan pendamping hidup. Aah memang tak ada harapan bagiku untuk bersamamu, meskipun sudah banyak sensasi cinta yang ku rasakan padamu, ‘Berjuta Rasanya’ yang telah ku rasakan, kau tak akan pernah tahu halitu.

Kau sudah memilih ‘Eliana’. Sosok wanita yang sangat kau idam-idamkan sedari dulu. Diawanita yang pintar, tangguh, dan pemberani. Benar-benar sangat cocok untukmu ‘Burlian’yang tampan, pintar dan spesial untuknya. Aku mengalah saja demi cinta,meskipun amat menyakitkan untuk sekedar menghempaskan cinta ini. Hidup harusterus berlanjut, tidak peduli seberapa menyakitkan atau membahagiakan, biar waktu yg menjadi obat.

Aku selalu ingat petuah-petuah ayah yang sering disampaikan padaku. Entah itu diambil dari cerita dongeng ‘Kisah Sang Penandai’ dan kisah cinta-cinta lainya.Seperti kaset kusut yang selalu diputar-putar, ayah selalu menceritakan cerita tentang arti cinta sejati yang sesungguhnya berulang-ulang kali, sampai aku bosan mendengar ceritanya. Tapi kini cerita itu amat berguna untukku. Apa kau tahu cinta sejati itu seperti apa ? cinta sejati itu perasaan ikhlas, siapayang ikhlas melepaskan cintanya maka itulah hakikat cinta sejati. Karena halini pula aku mengerti kalau ‘Ayahku Bukan Pembohong’, apa yang diceritakannya itu nyata dan sedang aku rasakan. Mengikhlaskan perasaan ini, terhempas oleh angin.

Setiap senja yang datang ketika menjelang malam. Aku sadar kini aku tak menatap senjaitu bersamamu lagi. Menghitung mundur detik demi detik sampai matahari tenggelam di bawah kaki gunung. kini aku hanya menatapnya sendirian, ya hanya ‘Sunset Bersama Rosie’. Suasana lenggang. Tak ada hitung menghitung detik tenggelamnya matahari denganmu.

Saat malam pun tiba. Aku selalu larut dalam heningnya malam, menatap rembulan diatas loteng rumah. Sering kali anganku melukiskan sosokmu, ada raut mukamu yang nampak dalam cahaya rembulan. Senyum kecilku menyungging, mataku menatap rindu terus memperhatikan sampai saat ‘Rembulan Tenggelam di Wajahmu’. Tak hanya itu,anganku pun sering menggila. Membayangkan ‘Aku, Kau dan Sepucuk Angpau merah’yang di dalamnya mengandung deratan kata-kata cinta yang dapat menumbuhkan cinta di hati kita berdua. Sayangnya itu hanya dalam anganku saja.

Kamu masih ingat dengan geng kita yang kita namakan ‘The Gogons’ ? kau berebutan soal nama itu dengan ‘Pukat’, sibuk mencari nama yang bagus untuk geng kita. Itu kenangan yang takkan terlupakan. Aku hanya sibuk cekikikan melihat kalian berdebat argumen.

Setelah itu kita pergi ke bioskop. Aku ingat, kau sangat menyukai film-film action,apalagi sama yang judulnya ‘Negeri Para Bedebah’ dan ‘Negeri di Ujung Tanduk’itu. Kau sampai nonton berulang-ulang kali dan sampai beli kaset bajakanya pula. Hapal setiap agegan-agedannya yang sering kau ikuti. Sangat berbeda sekali dengan aku yang sukanya film-film drama seperti ‘Hapalan Shalat Delisa’,film yang menguras airmata.

Sekarang aku tahu semua itu tinggal kenangan. Aku yang sering mengingat-ingatnya, entahbagaimana dengan kau.

Saat ini aku sudah bisa membuka hatiku pada orang lain. Memutuskan untuk membuang perasaan itu padamu yang sudah dengan orang lain. Aku akan mencoba mencintainya sepenuh hati, dengan perasaan yang baru. Aku juga sudah meminta restu bunda agar memberikan restunya untuk hubunganku ini. Dan aku tak henti-hentinya berdoa ‘ Moga Bunda di Sayang Allah’ yang telah mendoakan dan merestui hubunganku.

Kita masih bisa bahagia meskipun kita tak bersama. Aku ikhlas kau berbahagia dengan orang lain dan aku pun akan ikhlas membiarkan diriku bahagia dengan orang lain.Kelak rasa cinta itu akan terganti dengan yang baru.

*Fiksi tetap fiksi. Tak akan pernah jadi nyata.
*25 Juli 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar