‘Sepotong
Hati yang Baru’ itu akan tumbuh. Aku telah mengikhlaskan kepergianmu,
seperti ‘Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin’, dia membiarkan
dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya. Bahwa
hidup harus menerima,penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti,
pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami,
pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan,pengertian,
pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan
menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin
merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.
Aku tahu, aku tak
pantas untukmu yang terlalu ideal menginginkan sosok ‘Bidadari-Bidadari
Surga’ yang ingin kau jadikan pendamping hidup. Aah memang tak ada
harapan bagiku untuk bersamamu, meskipun sudah banyak sensasi cinta yang
ku rasakan padamu, ‘Berjuta Rasanya’ yang telah ku rasakan, kau tak
akan pernah tahu halitu.
Kau sudah memilih ‘Eliana’. Sosok
wanita yang sangat kau idam-idamkan sedari dulu. Diawanita yang pintar,
tangguh, dan pemberani. Benar-benar sangat cocok untukmu ‘Burlian’yang
tampan, pintar dan spesial untuknya. Aku mengalah saja demi
cinta,meskipun amat menyakitkan untuk sekedar menghempaskan cinta ini.
Hidup harusterus berlanjut, tidak peduli seberapa menyakitkan atau
membahagiakan, biar waktu yg menjadi obat.
Aku selalu ingat
petuah-petuah ayah yang sering disampaikan padaku. Entah itu diambil
dari cerita dongeng ‘Kisah Sang Penandai’ dan kisah cinta-cinta
lainya.Seperti kaset kusut yang selalu diputar-putar, ayah selalu
menceritakan cerita tentang arti cinta sejati yang sesungguhnya
berulang-ulang kali, sampai aku bosan mendengar ceritanya. Tapi kini
cerita itu amat berguna untukku. Apa kau tahu cinta sejati itu seperti
apa ? cinta sejati itu perasaan ikhlas, siapayang ikhlas melepaskan
cintanya maka itulah hakikat cinta sejati. Karena halini pula aku
mengerti kalau ‘Ayahku Bukan Pembohong’, apa yang diceritakannya itu
nyata dan sedang aku rasakan. Mengikhlaskan perasaan ini, terhempas oleh
angin.
Setiap senja yang datang ketika menjelang malam. Aku
sadar kini aku tak menatap senjaitu bersamamu lagi. Menghitung mundur
detik demi detik sampai matahari tenggelam di bawah kaki gunung. kini
aku hanya menatapnya sendirian, ya hanya ‘Sunset Bersama Rosie’. Suasana
lenggang. Tak ada hitung menghitung detik tenggelamnya matahari
denganmu.
Saat malam pun tiba. Aku selalu larut dalam heningnya
malam, menatap rembulan diatas loteng rumah. Sering kali anganku
melukiskan sosokmu, ada raut mukamu yang nampak dalam cahaya rembulan.
Senyum kecilku menyungging, mataku menatap rindu terus memperhatikan
sampai saat ‘Rembulan Tenggelam di Wajahmu’. Tak hanya itu,anganku pun
sering menggila. Membayangkan ‘Aku, Kau dan Sepucuk Angpau merah’yang di
dalamnya mengandung deratan kata-kata cinta yang dapat menumbuhkan
cinta di hati kita berdua. Sayangnya itu hanya dalam anganku saja.
Kamu masih ingat dengan geng kita yang kita namakan ‘The Gogons’ ? kau
berebutan soal nama itu dengan ‘Pukat’, sibuk mencari nama yang bagus
untuk geng kita. Itu kenangan yang takkan terlupakan. Aku hanya sibuk
cekikikan melihat kalian berdebat argumen.
Setelah itu kita
pergi ke bioskop. Aku ingat, kau sangat menyukai film-film
action,apalagi sama yang judulnya ‘Negeri Para Bedebah’ dan ‘Negeri di
Ujung Tanduk’itu. Kau sampai nonton berulang-ulang kali dan sampai beli
kaset bajakanya pula. Hapal setiap agegan-agedannya yang sering kau
ikuti. Sangat berbeda sekali dengan aku yang sukanya film-film drama
seperti ‘Hapalan Shalat Delisa’,film yang menguras airmata.
Sekarang aku tahu semua itu tinggal kenangan. Aku yang sering mengingat-ingatnya, entahbagaimana dengan kau.
Saat ini aku sudah bisa membuka hatiku pada orang lain. Memutuskan
untuk membuang perasaan itu padamu yang sudah dengan orang lain. Aku
akan mencoba mencintainya sepenuh hati, dengan perasaan yang baru. Aku
juga sudah meminta restu bunda agar memberikan restunya untuk hubunganku
ini. Dan aku tak henti-hentinya berdoa ‘ Moga Bunda di Sayang Allah’
yang telah mendoakan dan merestui hubunganku.
Kita masih bisa
bahagia meskipun kita tak bersama. Aku ikhlas kau berbahagia dengan
orang lain dan aku pun akan ikhlas membiarkan diriku bahagia dengan
orang lain.Kelak rasa cinta itu akan terganti dengan yang baru.
*Fiksi tetap fiksi. Tak akan pernah jadi nyata.
*25 Juli 2013
Hujan tidak hanya mampu menyamarkan airmataku ketika Aku menangis. Namun Hujan juga mampu membuat hatiku merasakan tenang dengan suara rintikan yang jatuh dari atas langit. Hujan selalu meredamkan amarah di hatiku bahkan mampu menghapus kebencian yang meradang di hatiku. Suasana Hujan yang selalu Aku rindukan, seperti katak yang selalu riang menyambut datangnya Hujan dengan menyanyikan nyanyian hujan. Tak peduli dengan gelegar petir yang menyambar, Aku tetap mengagumi Hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar