Pagi Hujan, pagi ini kau selimuti kotaku dengan awan mendung, menumpahkan ribuan butiran air
Memandangmu di pagi hari membuat tubuhku menggigil kedinginan
Jari-jari kaki dan jari-jari tanganku nampak pias
Namun tetap asik dan menyenangkan memandangmu di pagi hari
Seperti katak yang riang, siap berokestra menyambut datangnya hujan
Aku pun demikian
Meskipun aku harus rela tak melihat mentari pagi yang selalu menyapaku dengan penuh kehangatan
Tak mengapa, karena aku memang sedang merindukanmu yang selalu menghadirkan ketenangan
Pagi ini aku memandangmu dengan tatapan kerinduan
Namun aku tak berani menyentuhmu, karena air yang kau tumpahkan terlalu dingin
Mampu menyeropot hingga dasar tulangku yang mudah rapuh
Aku membiarkan engkau menyentuh dasar tanah, berkecipak di dalam kubangan memantulkan suara yang riak, amat menyenangkan
Hujan, kau tak hanya menumpahkan air yang sangat deras pagi ini
Namun kau juga berhasil mengingatkanku akan kenangan itu, menghadirkan potret-potret dimasa laluku
Yang memang sejatinya setiap kepingan kenangan itu tak akan pernah lenyap dari ingatanku, yang entah kenapa teralu melekat erat dalam ingatan.
Hujan saat kau menyentuh tanah hingga meresap sampai dasarnya
Lalu kau membantu menumbuhkan tumbuh-tumbuhan kecil hingga menyembul keatas tanah
Memberikan kehidupan atas titah-Nya
Aku harap saat itu juga kau mampu menumbuhkan beberapa butir perasaan yang baru untukku
22 Juli 2013
Di kota kelahiranku. Kota Hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar