Dipeluknya tubuhku oleh kebekuan langit yang temaram tanpa bintang
Dan aku pun sempurna
merenung sendirian, bercengrama dengan kebisuan
Burung hantu juga
enggan berkeliaran mereka memilih bertengker pada ranting
Bola matanya yang
bulat mengerjap-ngerjap, melihat tajam kearahku yang berteman kesunyian
Menyedihkan memang! Tuhan
pun bahkan mendiamkan
Namun seketika Dia
membisikkan,’aku tak pernah sendirian
Butiran pasir yang
menempel pada sela-sela sepatuku bisa menjadi teman
Atau menjadi sebuah
sajak kesederhanaan
Dan aku senang,
ketika Tuhan menakdirkanku berteman dengan alam
Semua rasa
kesendirian, kata-kataku yang tak ingin mereka dengar dan mereka campakkan
Aku bisa luapkan menjadi
tulisan
Dari sini aku mulai
merasakan kebahagian, menggerus kesengsaraan
Betapa bahagianya aku
dianungerahkan menjadi seorang penulis dengan senjata imaji liarnya
Kini aku bisa
mencairkan suasana beku menjadi tulisan
Menerjemahkan aksara
Tuhan dan mendengarkan bisikan-Nya
Tak lagi membeku,
meresa terasingkan di bumi Tuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar