Kalian mungkin pernah mendengar cerita ini: Seorang pemuda bernama
Idris, sedang melewati sungai, dia melihat sebuah delima hanyut dibawa
arus, muncul tenggelam, begitu menggoda. Tertariklah pemuda ini, dia
ambil delima yang ranum tersebut dengan galah. Aduhai, baru dia makan
separuh, Idris baru sadar, jangan2 delima ini ada yang punya.
Keren, kan? Nemu buah di sungai,
dimakan separuh, pemuda ini segera sadar, buah ini jelas tidak otomatis
halal baginya. Maka pemuda yang mendadak khawatir ini beranjak
berhuluan, mencari pemilik buah tersebut. Dia akhirnya menemukan pohon
delima yang berbuah lebat di pinggir sungai di sebuah kebun. Tidak
keliru lagi, dari situlah muasal buah tersebut.
Singkat
cerita, Idris menghadap pemilik pohon tersebut. Dia sungguh minta agar
diihklaskan urusan buah delima itu. Tentu saja, pemilik pohon terpesona.
Mau di jaman kapanpun, apa yang dilakukan Idris adalah hal menakjubkan.
Pemuda asing ini datang, menjelaskan dengan lengkap maksud dan
tujuannya, demi rasa tenang karena memakan sepotong buah yang tidak
halal baginya. Alangkah jujur dan bersih pemuda ini. Maka demi menyadari
hal tersebut, pemilik kebun yang juga saleh dan baik itu tiba-tibapunya
rencana lain. Dia berseru, bersedia memaafkan urusan buah delima itu
jika Idris mau menikah dengan anak gadisnya.
"Saya punya anak
gadis yang buta, bisu, tuli, bahkan lumpuh jalannya. Jikalau ananda
bersedia menikahinya, maka masalah delima ini aku ihklaskan."
Idris termangu. Itu jawaban yang mengejutkan. Kenalpun belum, tahu pun
tidak, ternyata hukumannya seperti itu. Alangkah rumit sekali minta
maaf. Hanya gara2 buah delima, sekarang dia harus menikahi seorang gadis
yang buta, tuli, bisu bahkan lumpuh. Tidak bisakah dia membayar atas
delima itu? Tapi pemilik kebun sudah memutuskan, Idris tidak punya
pilihan. Setelah tertunduk sekian lama, Idris menyanggupi permintaan
tersebut. Pemilik kebun berseru senang sekali. Bagaimana dia tidak
senang, lagi2 pemuda di hadapannya lulus atas ujian tersebut.
Tentu saja anak gadisnya tidak seperti itu. Anak gadisnya cantik,
berpendidikan, dan salehah. Anak gadisnya adalah salah-satu wanita baik
di jaman itu. Karena kelak, sejarah akan mencatat, dari pasangan ini
lahirlah seorang ulama besar yang ilmunya menerangi dunia, dialah Imam
Syafi'i.
Saya akan tutup cerita ini dengan penjelasan pemilik
kebun itu, ketika Idris termangu menatap calon istrinya yang ternyata
cantik, "Bapak bilang dia buta, bisu, tuli bahkan lumpuh? Ternyata tidak
sama sekali?" Maka pemilik kebun menjawab bijak: "Itu benar. Anakku
memang buta, tapi buta untuk melihat kemaksiatan, anakku memang tuli,
tapi tuli mendengar percakapan yang mengundang murka Allah, anakku
memang bisu, tapi bisu untuk mengeluarkan kalimat makian, dan anakku
memang lumpuh, tapi itu untuk mendatangi tempat2 maksiat. Karena itulah,
tidak ada laki-laki yang pantas menjadi suaminya kecuali seorang pemuda
seperti Anda."
Itulah kisah orang tua Imam Syafi'i. Cerita ini
ditulis di mana-mana, saya hanya menulis ulang saja--jika kalian suka
membaca buku2 agama. Sungguh, generasi yang baik selalu datang dari
orang tua yang selalu memastikan rezeki keluarganya halal dan baik.
Selalu gigit pemahaman tersebut.
#DTL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar