Hujan

Hujan
Sang Pengagum Hujan

Sabtu, 15 Juni 2013

MENGENANGMU DALAM JENDELA SEKOLAH_CERPENKU



Pagi itu, saat hari pertama Aku masuk sekolah Madrasah Aliyah Negeri. Menikmati suasana sekolah yang baru, teman baru, segalanya serba baru. Itulah hal yang sudah tidak asing lagi bagi anak sekolah sepertiku. Perkenalkan namaku Zaskia Nur Rahmi, ini hari pertamaku masuk sekolah.

            Suasana halaman sekolah. . .

            Pukul 06:45 murid-murid sekolah Madrasah Aliyah Negeri mulai berlarian. Murid baru, kakak kelas, semuanya berbaur bersama. Tak selang beberapa menit bel sekolah berbunyi. Karena ini hari senin semua murid langsung membentuk formasi barisan di lapangan upacara, di atur sesuai dengan masing-masing kelas, begitu pun dengan murid-murid baru lainnya.

            30 menit berlalu. . .

            Panas matahari mulai membakar kulit, upacara pun telah selesai kini tinggal para murid masuk kelas hendak untuk belajar. Kelas X ( sepuluh ) atau setara dengan kelas 1 MA/SMA di bagi menjadi 5 kelas, dan Aku masuk kelas X ( sepuluh ) -B.

            Saat pelajaran di kelas, guru mata pelajaran Biologi tidak langsung mengisi otak kita dengan pelajaran-pelajarannya, Beliau mengerti karena kita masih dalam suasana serba baru, tak asik kalau kita tak saling kenal terlebih dahulu. Beliau memiliki ide untuk taarufan dulu, di mulai dari dirinya sendiri.

            “ ok anak-anak perkenalkan nama Ibu, Zakilah. Cewek paling lucu number 7 di on the sport “ 

            Beliau sangat lucu, ketawa dengan renyah, membuka perkenalan dengan humor dan membuat kita kenal Beliau adalah guru gaul yang asik deh. .:p sontak semua murid di kelasku tertawa mendengar lelucon beliau.

            Perkenalan terus berlanjut sampai murid yang terakhir. Kemudian bel istirahat berbunyi. Semua murid memenuhi kantin sekolah. Hari ini Aku tak makan di kantin, karena Aku bawa bekal dari rumah. Aku makan di kelas bersama teman pertamaku Putri Fatimah Azzahra. Dia menjadi temanku di kelas, teman sebangku, teman makan, teman suka dan dukaku dikelas X ( sepuluh ) -B.

            Sebulan berlalu, tidak terasa waktu berjalan begitu sangat cepat. Pagi hari ini Aku bersama teman-teman sekelasku praktek olahraga basket di lapangan sekitar sekolah. Seluruh tubuh murid hampir semua bermandikan keringat. Guru olahraganya terkenal killer, setiap anak murid wajib berkeringat saat pelajaran olahraga berlangsung, kalau belum mandi keringat, tak akan berhenti melakukan gerakan-gerakan yang melelahkan. Huuffhh. 

            Satu jam pelajaran olahraga pun berakhir. Aku dan teman-tean langsung berhambur lari ke kelas, ada yang ke kamar mandi, ke kantin, ke musola hanya sekedar untuk melepas lelah dan musola mereka jadikan tempat untuk berganti kaos olahraga dengan seragam kembali. Kini yang terlihat di lapangan besar itu adalah anak-anak kelas X-A bergiliran pelajaran olahraga dengan kelasku.

            Sambil melepas lelah dan mencari angin. Aku diam memandangi gedung-gedung sekolah dari jendela yang sedikit Aku buka untuk menyejukan badanku yang kegerahan. Mataku tiba-tiba terhenti pada sosok yang tampak teduh dan nyaman untukku pandangi terus, terdiam mengagumi sosok yang berada di luar sana. Mimik muka yang teduh, hitam manis, paras muka yang panjang, tinggi dan imut memakai sepatu olahraga warna putih.

            Tak berkedip ku melihatnya, aaaahhh siapa Dia ? namanya siapa ? rumahnya dimana ? hmm kenapa Aku langsung terpana melihatnya ? berlebihankah Aku ?. Mencoba bergumam dengan fikiran dan hatikku. Yang saat ini Aku tahu Dia anak kelas X ( sepuluh ) -A, kemana saja Aku ini, baru melihat sosok pria seperti itu ? kelas bertetanggaan gitu. 

            Ya Allah kenapa tiba-tiba hatiku dag dig dug tak karuan. Ingin berkenalan dengan Dia tapi Aku terlalu pemalu. Alangkah baiknya Aku minta bantuan temanku saja ya ? si Putri, Dia kan orangnya gak pemalu bahkan suka malu-maluin he. .( maaf Putri :D )

            “ Doorrr. . . hayoh kamu lagi melamunkan apa Zas, serius amat haha. “ tangan jail Putri membuatku kaget dan langsung memutuskan lamunanku.

            “ ah, kau ini mengagetkanku saja. Untung saja Aku tidak jantungan. Huhu. .” Aku menjawab pertanyaan Putri dengan sedikit marah karena Dia berhasil membuatku kaget. 

            “ kenapa kamu betah diam di jendela ? tidak ke kantin ? lagi memandang apa sih ? “.  Putri tak hanya pemberani tapi Dia pintar , banyak ngomong dan banyak nanya layaknya Dora saja yang setiap menit nanya. Hihihi >.< . Tapi Dia teman yang baik, rajin dan asik. Semua anak X ( sepuluh ) -B juga sama menilai Dia seperti itu. Tak seperti Aku yang di kenal dengan pemalu. ( Tak apa ) 

            “ Aku malas ke kantin. Udara di sini sejuk, badanku gerah banget. Makanya Aku lama-lama diam di sini sambil melihat pemandangan di luar sana. Banyak yang bisa Aku lihat dari sini, termasuk anak cowok kelas X ( sepuluh ) -A itu hehe. .” ku ceritakan maksudku memilih diam di jendela dan ku tunjukan sosok cowok itu pada Putri.

            “ woyy. .ternyata eh ternyata, ada yang lebih menarik perhatianmu selain pemandangan itu. wah cowok itu ? bagus juga seleramu Zas hehe. . mau coba kenalan ? “ Putri menawarkan tawaran yang memang Aku menginginkannya.

            “ hmm. .mau, tapiiiii Put. Aku malu. Kau tahu sendiri kelemahanku kan pemalu. L maukah kau menolongku Put ? kau kan terkenal pemberani hehe. . J “ Aku berusaha membujuk putri dengan sedikit pujian yang bisa melambungkan Dia dan mau menolongku.

            “ yah. . iya sih, kau ini kapan mau beraninya ? bergurulah sama Aku Zas hehe. J ya sudah entar Aku bantu, kebetulan Aku punya teman cowok di kelas X ( sepuluh )-A. sekarang kita ke kantin yuk ? haus nih. Takut keburu masuk, setelah ini ada pelajaran PKN. Bu rena kan di siplin segalanya, apalagi soal waktu. Telat dikit saja kita  gak bakalan di masukin kelas. Ayoo cepetan. .!!! “ Putri yang ketakutan langsung menarikku ke kantin.

            Saat tiba di kantin, kita berdua langsung melahap beberapa macam jajanan yang tersedia dan kemudian meminum air putih yang lebih menyehatkan di banding dengan es yang berwarna yang harus kita beli. Air putih selain menyehatkan, gratis pula. Hehehe. J setelah dari kantin kita langsung lari ke dalam kelas, Alhamdulillah Bu Rena belum masuk.

            Satu jam tiga puluh menit pun berlalu. Kebetulan hari ini hari jum’at, 2 mata pelajaran saja kami langsung pulang. 

            Suasana di rumah. . .

            Kegiatanku kebanyakan baca komik sama novel. Ya saudaraku bilang Aku kutu buku, Ratunya kutu buku. Kejam sekali, tapi gelar Ratunya itu loh yang bagus. Jadi Aku terima. 

            Malam pun kini telah datang. semilir angin malam menyentuh lembut pipiku. Saat malam tiba yang paling Aku suka saat memandang bulan, terang bulan yang bisa membuatku bahagia. Ada sosok Almarhumah Ayah yang tampak di dalam sinarnya. Ayah yang memiliki wajah yang dermawan. Semoga engkau selalu bahagia di sana, di tempatkan di sisi Tuhan yang Maha Esa.

            Ayah meninggalkanku, Ibu dan kedua adikku. saat itu usiaku 13 tahun. Aku selalu mengenang masa-masa saat bersamanya. Tak terasa malam itu Aku langsung tertidur pulas sampai di bangunkan Ibu untuk mendirikan sholat subuh. Pagi-pagi sekali, Aku selalu menyediakan sarapan untuk Aku dan adik-adikku yang mau berangkat sekolah juga. Ibu kadang ikut menemani kami sarapan kadang langsung mengerjakan pekerjaan rumah. 

            Pukul 06:35 Aku tiba di sekolah. 

            Kulihat Putri sedang mengobrol dengan teman cowoknya yang kelas X ( sepuluh ) -A. Pas saat jam istirahat tiba, Putri langsung menceritakan peristiwa tadi pagi. 

            “ Zas, sekarang Aku sudah tahu cowok yang kau lihat dari balik jendela kemarin itu siapa, namanya. . . . .!!!! “ Putri sengaja pura-pura lupa, membuatku tambah penasaran.

            “ siapa ? ayolah gak usah pura-pura lupa gitu. “ jawabku yang kesal, mimik muka yang penasaran telah terlihat jelas di mukaku.

            “ hahahaha si Nona pemalu ke pancing. J hmm. Namanya Rizky Purnama. Tuh pangeranmu. Wkwkwk. .” jawab Putri dengan tampang meledek.

            “ makasih Nona Dora yang baik hati “ ku balas dengan ledekan lagi. Dia paling gak suka Aku panggil Dora wkwkwk. 

            Setelah Aku tahu siapa namanya, Aku pun diam-diam lebih sering memperhatikannya. Saat Dia di kelas, main di lapangan dan sekedar kumpul-kumpul dengan temannyadi tangga dekat kelasnya. Aku perhatikan yang sekiranya masih bisa ku lihat dari jangkauan yang jauh, kalau dekat Aku tak berani. 

            Sejak itu lama kelamaan, entah gossip dari siapa atau memang Aku yang ketahuan lagi memperhatikannya, tiba-tiba timbul gossip kalau Aku suka sama Rizky. Dalam hati sih emang iya Aku suka, tapi kan tak mau ketahuan sama umum. Huufhhh.  cukup Aku saja yang tahu. 

            Putri sering iseng-iseng meledekku. Dia juga sering manggil-manggil Rizky mengatas namakan Aku. Hmm. . Gosip itu sekarang bukan jadi sekarang gossip lagi, akhir-akhir ini Aku sering memberikan barang untuk Dia yang sering Aku titipkan lewat Putri. Entah atas dasar apa Aku seperti itu. Bodohnya Aku, pertama kali Aku kasih Dia sebatang coklat. Awalnya memang ragu, tapi Aku rasa tidak apa-apa lah, Ada ko cowok yang suka coklat. 

            Inilah awal dimana keanehan itu terjadi. Kata teman-teman cewekku di kelas, kejadian Aku suka sama Rizky itu aneh. “ Biasanya kan cowok yang suka ngasih barang-barang sama cewek, ko ini malah kebalik ?.”  Entahlah Aku juga tak mengerti. Sampai akhirnya kebiasaan itu pun berlanjut. Aku lebih sering lagi membelikan Dia makanan dan barang-barang lainnya, ya seperti biasa Aku titipkan melalui tukang pos yang tak lain adalah si Putri. Temanku yang selalu siap sedia untuk Aku suruh-suruh. Tetapi hanya mau ketika di suruh soal ini saja, kalau soal yang lain tak mudah Dia berkata mau.

            Sejak saat Aku bertingkah seperti itu, entah kenapa Aku mulai jarang melihat Dia lagi. Bukan karena Aku yang berhenti memperhatikan Dia dan mencari-cari lokasi dimana Dia sedang berada tapi Dia sudah jarang terlihat ada di sekolah, paling lihat cuma sebentar saja.  

            Meskipun waktu itu Aku sering memberikan makanan untuknya, tapi Dia atau pun Aku gak pernah ngobrol sama sekali. Aku rasa Dia yang terlalu jutek sama yang namanya perempuan dan Aku yang terlalu pemalu untuk sekedar menegur Dia.

            Tak terasa kini waktu sudah berlalu begitu cepat. Sudah hampir akhir semester 2, saat untuk kenaikan kelas dari kelas X ( sepuluh ) menjadi kelas XI ( sebelas ). Bagaimana hubungan Aku dengan Rizky ? hubungan kita ya sama saja kaya dulu. Tak pernah ada teguran. Hmm. . . Saat itu Aku masih suka kirim-kiriman makanan dan barang meskipun sudah terbilang jarang karena Dia juga jarang terlihat ada di sekolah. Kali ini Aku berniat memberikan sebuah topi untuknya, karena Aku sering melihat Dia memakai topi bebas, bukan topi sekolah. Tampak terlihat tambah manis ketika Dia memakainya. Tapi ada yang aneh dengan putri, kali ini Dia tidak mau jadi tukang pos lagi. Mungkin Dia sudah mulai bosan menolongku. Dia malah menyuruhku memberikan topi itu sendiri. Aduuuuhh, tantangan yang berat untukku. 

            Hari itu terpaksa Aku memaksakan diri memberikan hadiahku sendirian tanpa lewat perantara temanku, Putri. 

            Saat pulang sekolah. Setelah kami  melaksanakan ujian semester 2. Aku menunggu Dia keluar dari ruang ujian. Tak selang beberapa detik, orang yang Aku nantikan kemunculannya akhirnya menunjukan batang hidungnya. Saat itu suasana sekolah ramai, karena waktunya semua penghuni sekolah berbarengan menyerbu gerbang sekolah hendak pulang ke rumah masing-masing. Tak ingin buang-buang waktu dan kehilangan kesempatan Akupun langsung mengejar Rizky yang hendak menuju gerbang sekolah bersama teman cowok yang lainnya.

            “ Hai, ini ada ha. .hadi. .hadiah buat kamu ki “ dengan perasaan gugup Aku berbicara patah-patah sambil memandang wajahnya dari jarak yang sangat dekat. Di tambah lagi Aku malu di lihat mungkin hampir semua anak murid sekolahan Madrasah Aliyah menjadi saksi atas kejadian itu. Tak tanggung-tanggung Aku sudah terlanjur mempermalukan diriku sendiri. Aku bilang kalau Aku suka padanya. Sayang, Dia merespon tidak baik, Dia begitu saja meninggalkanku tanpa sebuah jawaban. Mungkin, boleh jadi Dia jijik melihat kelakuanku. Dia pun langsung pergi, dengan mimik muka yang datar. Dia enggan menerima hadiah yang di berikan langsung olehku. 

            Seminggu berlalu berlalu setelah kejadian yang memalukan itu. Hadiah topiku, Aku kasihkan pada Putri karena katanya Dia senang mengoleksi topi, meskipun tak pernah Aku melihat Dia memakai topi-topi koleksinya itu. 

            Rizky semakin lama semakin menghilang. Aku tak melihat Dia di kelasnya, di lapangan, apa lagi di tangga sekolah tempat favoritnya Dia dan teman-temannya bercengrama. Sebenarnya kemana perginya sosok wajah yang teduh itu ?

            Dalam gelap malam. Di dalam ruang kamar yang sedikit sumpek tetapi penuh dengan inspirasi-inspirasi. Tak terasa otakku menumpahkan setumpuk kata-kata yang menjadi sebuah puisi kegalauanku saat mengenang Dia.

Mengenangmu
Dalam Jendela Sekolah

Engkau, seseorang yang di luar sana
Begitu nampak rupawan
Saat engkau berjalan dan berlari
Di luar sana

Aku ingin tahu
Bagaimana engkau merasakan angin di luar sana ?
Hembusan angin yang menggelombangkan rambutmu
Membawamu dalam wajah ceria menatap langit di luar sana

Engkau, setiap waktu yang kau habiskan di luar sana
Di sini
Dalam jendela sebuah ruangan ku menatapmu

Setiap gerak-gerikmu yang bersemangat
Tercipta sebuah kebahagiaan untukku
Aku selalu bahagia saat melihatmu

Engkau yang ku nanti entah sedang berada dimana
Engkau yang kini hanya bisa ku kenang
Dalam jendela sekolah
Yang masih tetap memilih membisu seperti dirimu

            Malam itu menjadi malam yang panjang untukku mengenang Dia. Saat Aku tahu beberapa hari yang lalu Aku mendengar kabar tentang Dia. Bukan kabar gembira yang ku dapat, melainkan kabar yang sungguh membuat tubuhku mendadak gemetar menahan kesedihan. Dia tak mungkin kembali. Dia meninggalkan Aku, keluarga, teman-teman dan semua sanak saudaranya. Dia pergi untuk selama-lamanya, menghadap Sang Illahi. Penyakit jantung yang Dia derita sejak kecil telah merenggut nyawanya. Tak banyak orang yang tahu tentang penyakitnya. 

            Kini Aku hanya bisa termenung, Aku tak tahu jawaban Dia atas cintaku. Dia mencintaiku atau mungkin sebaliknya, malah membenciku  ?



Author : Elih Marliah Al-Islamadina

*cerpen ini Aku persembahkan untuk sahabatku, karena ini terinspirasi darinya. :D yang bersangkutan sudah setuju ceritanya Aku jadiin cerpen. ini Aku buat saat SMA. :) Aku tahu tulisanku masih jauh dari sempurna. masih banyak kata yang kurang tepat ( mungkin ). maklum masih awal-awal belajar jadi penulis. :)
             

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar