Pagi
itu, saat hari pertama Aku masuk sekolah Madrasah Aliyah Negeri. Menikmati suasana
sekolah yang baru, teman baru, segalanya serba baru. Itulah hal yang sudah
tidak asing lagi bagi anak sekolah sepertiku. Perkenalkan namaku Zaskia Nur
Rahmi, ini hari pertamaku masuk sekolah.
Suasana halaman sekolah. . .
Pukul 06:45 murid-murid sekolah
Madrasah Aliyah Negeri mulai berlarian. Murid baru, kakak kelas, semuanya
berbaur bersama. Tak selang beberapa menit bel sekolah berbunyi. Karena ini hari
senin semua murid langsung membentuk formasi barisan di lapangan upacara, di
atur sesuai dengan masing-masing kelas, begitu pun dengan murid-murid baru
lainnya.
30 menit berlalu. . .
Panas matahari mulai membakar kulit,
upacara pun telah selesai kini tinggal para murid masuk kelas hendak untuk
belajar. Kelas X ( sepuluh ) atau setara dengan kelas 1 MA/SMA di bagi menjadi
5 kelas, dan Aku masuk kelas X ( sepuluh ) -B.
Saat pelajaran di kelas, guru mata
pelajaran Biologi tidak langsung mengisi otak kita dengan pelajaran-pelajarannya,
Beliau mengerti karena kita masih dalam suasana serba baru, tak asik kalau kita
tak saling kenal terlebih dahulu. Beliau memiliki ide untuk taarufan dulu, di
mulai dari dirinya sendiri.
“ ok anak-anak perkenalkan nama Ibu,
Zakilah. Cewek paling lucu number 7 di on the sport “
Beliau sangat lucu, ketawa dengan
renyah, membuka perkenalan dengan humor dan membuat kita kenal Beliau adalah
guru gaul yang asik deh. .:p sontak semua murid di kelasku tertawa mendengar
lelucon beliau.
Perkenalan terus berlanjut sampai
murid yang terakhir. Kemudian bel istirahat berbunyi. Semua murid memenuhi kantin
sekolah. Hari ini Aku tak makan di kantin, karena Aku bawa bekal dari rumah.
Aku makan di kelas bersama teman pertamaku Putri Fatimah Azzahra. Dia menjadi
temanku di kelas, teman sebangku, teman makan, teman suka dan dukaku dikelas X
( sepuluh ) -B.
Sebulan berlalu, tidak terasa waktu
berjalan begitu sangat cepat. Pagi hari ini Aku bersama teman-teman sekelasku
praktek olahraga basket di lapangan sekitar sekolah. Seluruh tubuh murid hampir
semua bermandikan keringat. Guru olahraganya terkenal killer, setiap anak murid
wajib berkeringat saat pelajaran olahraga berlangsung, kalau belum mandi
keringat, tak akan berhenti melakukan gerakan-gerakan yang melelahkan. Huuffhh.
Satu jam pelajaran olahraga pun
berakhir. Aku dan teman-tean langsung berhambur lari ke kelas, ada yang ke
kamar mandi, ke kantin, ke musola hanya sekedar untuk melepas lelah dan musola
mereka jadikan tempat untuk berganti kaos olahraga dengan seragam kembali. Kini
yang terlihat di lapangan besar itu adalah anak-anak kelas X-A bergiliran
pelajaran olahraga dengan kelasku.
Sambil melepas lelah dan mencari
angin. Aku diam memandangi gedung-gedung sekolah dari jendela yang sedikit Aku
buka untuk menyejukan badanku yang kegerahan. Mataku tiba-tiba terhenti pada
sosok yang tampak teduh dan nyaman untukku pandangi terus, terdiam mengagumi
sosok yang berada di luar sana. Mimik muka yang teduh, hitam manis, paras muka
yang panjang, tinggi dan imut memakai sepatu olahraga warna putih.
Tak berkedip ku melihatnya, aaaahhh
siapa Dia ? namanya siapa ? rumahnya dimana ? hmm kenapa Aku langsung terpana
melihatnya ? berlebihankah Aku ?. Mencoba bergumam dengan fikiran dan hatikku. Yang
saat ini Aku tahu Dia anak kelas X ( sepuluh ) -A, kemana saja Aku ini, baru
melihat sosok pria seperti itu ? kelas bertetanggaan gitu.
Ya Allah kenapa tiba-tiba hatiku dag
dig dug tak karuan. Ingin berkenalan dengan Dia tapi Aku terlalu pemalu. Alangkah
baiknya Aku minta bantuan temanku saja ya ? si Putri, Dia kan orangnya gak
pemalu bahkan suka malu-maluin he. .( maaf Putri :D )
“ Doorrr. . . hayoh kamu lagi
melamunkan apa Zas, serius amat haha. “ tangan jail Putri membuatku kaget dan
langsung memutuskan lamunanku.
“ ah, kau ini mengagetkanku saja. Untung
saja Aku tidak jantungan. Huhu. .” Aku menjawab pertanyaan Putri dengan sedikit
marah karena Dia berhasil membuatku kaget.
“ kenapa kamu betah diam di jendela
? tidak ke kantin ? lagi memandang apa sih ? “. Putri tak hanya pemberani tapi Dia pintar ,
banyak ngomong dan banyak nanya layaknya Dora saja yang setiap menit nanya. Hihihi
>.< . Tapi Dia teman yang baik, rajin dan asik. Semua anak X ( sepuluh ) -B
juga sama menilai Dia seperti itu. Tak seperti Aku yang di kenal dengan pemalu.
( Tak apa )
“ Aku malas ke kantin. Udara di sini
sejuk, badanku gerah banget. Makanya Aku lama-lama diam di sini sambil melihat
pemandangan di luar sana. Banyak yang bisa Aku lihat dari sini, termasuk anak
cowok kelas X ( sepuluh ) -A itu hehe. .” ku ceritakan maksudku memilih diam di
jendela dan ku tunjukan sosok cowok itu pada Putri.
“ woyy. .ternyata eh ternyata, ada
yang lebih menarik perhatianmu selain pemandangan itu. wah cowok itu ? bagus
juga seleramu Zas hehe. . mau coba kenalan ? “ Putri menawarkan tawaran yang memang
Aku menginginkannya.
“ hmm. .mau, tapiiiii Put. Aku malu.
Kau tahu sendiri kelemahanku kan pemalu. L maukah kau menolongku Put ? kau
kan terkenal pemberani hehe. . J “ Aku berusaha membujuk putri dengan
sedikit pujian yang bisa melambungkan Dia dan mau menolongku.
“ yah. . iya sih, kau ini kapan mau
beraninya ? bergurulah sama Aku Zas hehe. J ya sudah entar Aku bantu,
kebetulan Aku punya teman cowok di kelas X ( sepuluh )-A. sekarang kita ke
kantin yuk ? haus nih. Takut keburu masuk, setelah ini ada pelajaran PKN. Bu rena
kan di siplin segalanya, apalagi soal waktu. Telat dikit saja kita gak bakalan di masukin kelas. Ayoo cepetan.
.!!! “ Putri yang ketakutan langsung menarikku ke kantin.
Saat tiba di kantin, kita berdua langsung
melahap beberapa macam jajanan yang tersedia dan kemudian meminum air putih
yang lebih menyehatkan di banding dengan es yang berwarna yang harus kita beli.
Air putih selain menyehatkan, gratis pula. Hehehe. J setelah dari kantin kita langsung lari ke dalam
kelas, Alhamdulillah Bu Rena belum masuk.
Satu jam tiga puluh menit pun
berlalu. Kebetulan hari ini hari jum’at, 2 mata pelajaran saja kami langsung
pulang.
Suasana di rumah. . .
Kegiatanku kebanyakan baca komik
sama novel. Ya saudaraku bilang Aku kutu buku, Ratunya kutu buku. Kejam sekali,
tapi gelar Ratunya itu loh yang bagus. Jadi Aku terima.
Malam pun kini telah datang. semilir
angin malam menyentuh lembut pipiku. Saat malam tiba yang paling Aku suka saat
memandang bulan, terang bulan yang bisa membuatku bahagia. Ada sosok Almarhumah
Ayah yang tampak di dalam sinarnya. Ayah yang memiliki wajah yang dermawan. Semoga
engkau selalu bahagia di sana, di tempatkan di sisi Tuhan yang Maha Esa.
Ayah meninggalkanku, Ibu dan kedua
adikku. saat itu usiaku 13 tahun. Aku selalu mengenang masa-masa saat
bersamanya. Tak terasa malam itu Aku langsung tertidur pulas sampai di
bangunkan Ibu untuk mendirikan sholat subuh. Pagi-pagi sekali, Aku selalu
menyediakan sarapan untuk Aku dan adik-adikku yang mau berangkat sekolah juga.
Ibu kadang ikut menemani kami sarapan kadang langsung mengerjakan pekerjaan
rumah.
Pukul 06:35 Aku tiba di sekolah.
Kulihat Putri sedang mengobrol
dengan teman cowoknya yang kelas X ( sepuluh ) -A. Pas saat jam istirahat tiba,
Putri langsung menceritakan peristiwa tadi pagi.
“ Zas, sekarang Aku sudah tahu cowok
yang kau lihat dari balik jendela kemarin itu siapa, namanya. . . . .!!!! “
Putri sengaja pura-pura lupa, membuatku tambah penasaran.
“ siapa ? ayolah gak usah pura-pura
lupa gitu. “ jawabku yang kesal, mimik muka yang penasaran telah terlihat jelas
di mukaku.
“ hahahaha si Nona pemalu ke
pancing. J hmm. Namanya Rizky Purnama. Tuh pangeranmu. Wkwkwk.
.” jawab Putri dengan tampang meledek.
“ makasih Nona Dora yang baik hati “
ku balas dengan ledekan lagi. Dia paling gak suka Aku panggil Dora wkwkwk.
Setelah Aku tahu siapa namanya, Aku
pun diam-diam lebih sering memperhatikannya. Saat Dia di kelas, main di
lapangan dan sekedar kumpul-kumpul dengan temannyadi tangga dekat kelasnya. Aku
perhatikan yang sekiranya masih bisa ku lihat dari jangkauan yang jauh, kalau
dekat Aku tak berani.
Sejak itu lama kelamaan, entah gossip
dari siapa atau memang Aku yang ketahuan lagi memperhatikannya, tiba-tiba
timbul gossip kalau Aku suka sama Rizky. Dalam hati sih emang iya Aku suka,
tapi kan tak mau ketahuan sama umum. Huufhhh. cukup Aku saja yang tahu.
Putri sering iseng-iseng meledekku. Dia
juga sering manggil-manggil Rizky mengatas namakan Aku. Hmm. . Gosip itu
sekarang bukan jadi sekarang gossip lagi, akhir-akhir ini Aku sering memberikan
barang untuk Dia yang sering Aku titipkan lewat Putri. Entah atas dasar apa Aku
seperti itu. Bodohnya Aku, pertama kali Aku kasih Dia sebatang coklat. Awalnya memang
ragu, tapi Aku rasa tidak apa-apa lah, Ada ko cowok yang suka coklat.
Inilah awal dimana keanehan itu
terjadi. Kata teman-teman cewekku di kelas, kejadian Aku suka sama Rizky itu
aneh. “ Biasanya kan cowok yang suka ngasih barang-barang sama cewek, ko ini
malah kebalik ?.” Entahlah Aku juga tak
mengerti. Sampai akhirnya kebiasaan itu pun berlanjut. Aku lebih sering lagi
membelikan Dia makanan dan barang-barang lainnya, ya seperti biasa Aku titipkan
melalui tukang pos yang tak lain adalah si Putri. Temanku yang selalu siap
sedia untuk Aku suruh-suruh. Tetapi hanya mau ketika di suruh soal ini saja,
kalau soal yang lain tak mudah Dia berkata mau.
Sejak saat Aku bertingkah seperti
itu, entah kenapa Aku mulai jarang melihat Dia lagi. Bukan karena Aku yang
berhenti memperhatikan Dia dan mencari-cari lokasi dimana Dia sedang berada
tapi Dia sudah jarang terlihat ada di sekolah, paling lihat cuma sebentar saja.
Meskipun waktu itu Aku sering
memberikan makanan untuknya, tapi Dia atau pun Aku gak pernah ngobrol sama
sekali. Aku rasa Dia yang terlalu jutek sama yang namanya perempuan dan Aku
yang terlalu pemalu untuk sekedar menegur Dia.
Tak terasa kini waktu sudah berlalu
begitu cepat. Sudah hampir akhir semester 2, saat untuk kenaikan kelas dari
kelas X ( sepuluh ) menjadi kelas XI ( sebelas ). Bagaimana hubungan Aku dengan
Rizky ? hubungan kita ya sama saja kaya dulu. Tak pernah ada teguran. Hmm. . .
Saat itu Aku masih suka kirim-kiriman makanan dan barang meskipun sudah
terbilang jarang karena Dia juga jarang terlihat ada di sekolah. Kali ini Aku
berniat memberikan sebuah topi untuknya, karena Aku sering melihat Dia memakai
topi bebas, bukan topi sekolah. Tampak terlihat tambah manis ketika Dia
memakainya. Tapi ada yang aneh dengan putri, kali ini Dia tidak mau jadi tukang
pos lagi. Mungkin Dia sudah mulai bosan menolongku. Dia malah menyuruhku
memberikan topi itu sendiri. Aduuuuhh, tantangan yang berat untukku.
Hari itu terpaksa Aku memaksakan
diri memberikan hadiahku sendirian tanpa lewat perantara temanku, Putri.
Saat pulang sekolah. Setelah kami melaksanakan ujian semester 2. Aku menunggu
Dia keluar dari ruang ujian. Tak selang beberapa detik, orang yang Aku nantikan
kemunculannya akhirnya menunjukan batang hidungnya. Saat itu suasana sekolah
ramai, karena waktunya semua penghuni sekolah berbarengan menyerbu gerbang
sekolah hendak pulang ke rumah masing-masing. Tak ingin buang-buang waktu dan
kehilangan kesempatan Akupun langsung mengejar Rizky yang hendak menuju gerbang
sekolah bersama teman cowok yang lainnya.
“ Hai, ini ada ha. .hadi. .hadiah
buat kamu ki “ dengan perasaan gugup Aku berbicara patah-patah sambil memandang
wajahnya dari jarak yang sangat dekat. Di tambah lagi Aku malu di lihat mungkin
hampir semua anak murid sekolahan Madrasah Aliyah menjadi saksi atas kejadian
itu. Tak tanggung-tanggung Aku sudah terlanjur mempermalukan diriku sendiri. Aku
bilang kalau Aku suka padanya. Sayang, Dia merespon tidak baik, Dia begitu saja
meninggalkanku tanpa sebuah jawaban. Mungkin, boleh jadi Dia jijik melihat
kelakuanku. Dia pun langsung pergi, dengan mimik muka yang datar. Dia enggan
menerima hadiah yang di berikan langsung olehku.
Seminggu berlalu berlalu setelah
kejadian yang memalukan itu. Hadiah topiku, Aku kasihkan pada Putri karena
katanya Dia senang mengoleksi topi, meskipun tak pernah Aku melihat Dia memakai
topi-topi koleksinya itu.
Rizky semakin lama semakin
menghilang. Aku tak melihat Dia di kelasnya, di lapangan, apa lagi di tangga
sekolah tempat favoritnya Dia dan teman-temannya bercengrama. Sebenarnya kemana
perginya sosok wajah yang teduh itu ?
Dalam gelap malam. Di dalam ruang
kamar yang sedikit sumpek tetapi penuh dengan inspirasi-inspirasi. Tak terasa
otakku menumpahkan setumpuk kata-kata yang menjadi sebuah puisi kegalauanku
saat mengenang Dia.
Mengenangmu
Dalam
Jendela Sekolah
Engkau, seseorang yang di luar
sana
Begitu nampak rupawan
Saat engkau berjalan dan berlari
Di luar sana
Aku ingin tahu
Bagaimana engkau merasakan angin
di luar sana ?
Hembusan angin yang
menggelombangkan rambutmu
Membawamu dalam wajah ceria
menatap langit di luar sana
Engkau, setiap waktu yang kau
habiskan di luar sana
Di sini
Dalam jendela sebuah ruangan ku
menatapmu
Setiap gerak-gerikmu yang
bersemangat
Tercipta sebuah kebahagiaan
untukku
Aku selalu bahagia saat melihatmu
Engkau yang ku nanti entah sedang
berada dimana
Engkau yang kini hanya bisa ku
kenang
Dalam jendela sekolah
Yang masih tetap memilih membisu
seperti dirimu
Malam itu menjadi malam yang panjang
untukku mengenang Dia. Saat Aku tahu beberapa hari yang lalu Aku mendengar
kabar tentang Dia. Bukan kabar gembira yang ku dapat, melainkan kabar yang
sungguh membuat tubuhku mendadak gemetar menahan kesedihan. Dia tak mungkin
kembali. Dia meninggalkan Aku, keluarga, teman-teman dan semua sanak saudaranya.
Dia pergi untuk selama-lamanya, menghadap Sang Illahi. Penyakit jantung yang
Dia derita sejak kecil telah merenggut nyawanya. Tak banyak orang yang tahu
tentang penyakitnya.
Kini Aku hanya bisa termenung, Aku
tak tahu jawaban Dia atas cintaku. Dia mencintaiku atau mungkin sebaliknya,
malah membenciku ?
Author : Elih Marliah
Al-Islamadina
*cerpen ini Aku persembahkan untuk sahabatku, karena ini terinspirasi darinya. :D yang bersangkutan sudah setuju ceritanya Aku jadiin cerpen. ini Aku buat saat SMA. :) Aku tahu tulisanku masih jauh dari sempurna. masih banyak kata yang kurang tepat ( mungkin ). maklum masih awal-awal belajar jadi penulis. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar