Hujan

Hujan
Sang Pengagum Hujan

Rabu, 12 Juni 2013

THE OLD HAG SYNDROME_CERPENKU :D




“ Dam coba lihat sudah jam berapa ini, apa kamu akan menonton bola semalaman suntuk hah ? lihat mata kamu, sudah merah seperti hansip yang suka ronda tengah malam. “  Ibu yang setiap tengah malam terbangun untuk mendirikan shalat malam telah mengagetkanku yang sedang asik menonton Liga Champions antara Barcelona melawan Benfica di ruang Televisi. Sontak mataku langsung berpaling kearah Ibu yang sedang berdiri di depan pintu sambil menatapku dengan bola mata yang tajam. 

“ bentar lagi Dam tidur bu “ jawabku dengan suara yang sedikit serak sambil menatap Ibu dengan mata yang terkantuk-kantuk. 

“ lebih baik tak usah kamu paksakan menonton Dam, Ibu mengkhawatirkan kesehatan kamu yang setiap sudah bergadang menonton bola pasti kamu masuk angin. “ jawab Ibu mengingatkan.

“ insya Allah tidak lagi bu. Dam kan sudah pakai jaket tebal, angin tak akan masuk ke tubuh Dam. “ kataku dengan percaya diri.

 kamu sama saja seperti Ayahmu pintar mencari-cari alasan hanya untuk bergadang nonton bola sampai tak memperdulikan dampak buruk bagi kesehatan “ Ibu mengomel dan kemudian berlalu pergi ke kamar mandi hendak mengambil air wudhu.

Mataku mulai menatap layar televisi yang berukuran 21 inci itu. pertandingan masih berjalan pada menit ke 65. Skor sementara 0 untuk Benfica dan 2 untuk Barcelona. Aku harap tim andalanku bisa menambah gol-gol terindahnya lagi atau bisa mempertahankan skor itu sampai akhir pertandingan. Gol pertama dicetak oleh Alexis Sanchez, seorang pemain striker Barcelona dengan nomor punggung 6 dan gol kedua dicetak oleh Cesh Fabregas, seorang pemain gelandang Barcelona dengan nomor punggung 24. Aku menanti gol dari kaki seorang Lionel Messi yang menjadi pemain favoritku di Tim Barcelona. Hampir setiap pertandingan Barcelona Aku pasti menyaksikan pertandingan tim andalanku itu meskipun harus bergadang tengah malam dengan menahan kantukku yang semakin menjadi. 

Ku dengar suara aliran air yang mengalir dari arah kamar mandi. Beberapa menit kemudian suasana rumah pun hening seperti tadi, sebelum ibu terbangun dan memarahi ku. Perlahan keheningan itu membuat Aku tertidur saat pertandingan di menit ke 70. Lima menit kemudian Aku terbangun lagi teringat pertandingan itu belum selesai, skor masih 0-2. Dan entah dimenit keberapa Aku mulai tertidur lagi, Aku benar-benar sudah tak bisa menahan rasa kantukku yang amat berat. Akhirnya Aku pun tertidur di ruang televisi dengan memakai kasur berukuran kecil dan bantal yang bergambarkan lambang Tim Barcelona, selimut yang ku pakai berlambang Tim Barcelona dan terakhir Aku juga memakai jaket berlambang Tim Barcelona.  

Beberapa menit kemudian Aku bermimpi ada sosok penampakan memakai jubah hitam. Dia sedang memperhatikanku dari arah pintu. Seketika tubuhku berkeringat, nafasku mulai sesak, mataku melihat samar-samar penampakan itu tertawa kemudian menikam tubuhku. Tubuhku kaku tak bisa Aku gerakan sama sekali, nafas seperti sudah di ujung tenggorokan. Tubuhku seperti akan kehilangan rohnya. Aku mencoba berteriak.

“ A. .a. .a. .“ Aku berusaha berteriak sekeras mungkin agar Ibu mendengar lalu menolongku yang seperti akan mati di dekap penampakan hitam itu. Aku bertanya tanya dalam hati, kenapa tak ada sedikit pun suara yang keluar dari mulutku. Suaraku seperti tertahan oleh sesuatu yang entah itu apa. Aku mencoba berteriak lagi.

“ A. .a. .a. .” tetap saja suaraku tak mau keluar. Aku pun langsung teringat untuk membaca ayat kursi, berdzikir dan membaca beberapa surat lainnya untuk mengusir penampakan itu. Dengan perasaan takut Aku mencoba teriakan Ayat Kursi, namun tetap saja mulutku kaku. Susah untuk di gerakan dan suaraku tak sedikit pun mau keluar. Ku lirik televisi yang masih menyala, ternyata Aku sadar dan bisa melihat ruangan sekitarku. Tapi kenapa Aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku mencoba menggerakkan tangan kananku, hendak mengambil remote yang ada dekat dengan tubuhku. Ku mencoba meraihnya, susah, tanganku tak bisa meraihnya meskipun jarak remote itu dekat dan ku fikir Aku bisa meraihnya. Kalau sudah ku dapatkan remote itu, bisa saja ku pakai untuk membesarkan volume televisi atau Aku banting remote itu sehingga menimbulkan benturan keras dan Ibu akan keluar melihat apa yang terjadi. Tapi usaha ku seperti sia-sia, Aku pun mulai lelah, keringat di tubuhku mulai bercucuran. Panas, sesak, badanku susah di gerakan layaknya seperti orang lumpuh. Aku tak berdaya tak bisa berbuat apa-apa.

Rasanya Aku ingin menangis, tetapi hal itu pun tak bisa Aku lalukan. Penampakan itu telah mendekapku dengan sangat erat. Aku berfikir mungkin saja penampakan itu akan membawaku ke tempatnya. Entah mungkin penampakan itu akan membawa rohku saja atau mungkin membawa rohku berserta jasadku. Seketika difikiranku terlintas bayangan-bayangan film horror yang pernah Aku lihat. Aku teringat sebuah film yang menceritakan seorang anak kecil yang rohnya di culik oleh setan merah.

Aku pun mulai pasrah, hatiku pun mulai menangis ketakutan. Tetapi tangisan di hatiku seketika menyadarkan Aku, penampakan itu tak mampu mendekap dan melumpuhkan hati dan fikiranku. Aku masih bisa mendengar teriakan, ketakutan, dihatiku. Fikiran ku pun tak berhenti berfikir dan berusaha keras mencari cara agar penampakan hitam itu pergi. Fikiran ku pun masih bisa mengingatkanku pada film horror  yang pernah Aku lihat. 

Hati dan fikiranku pun mulai bisa menyimpulkan satu cara untuk bisa lepas dari dekapan penampakan hitam itu. Tak ada cara lain lagi, semoga cara itu berhasil. Dadaku semakin sesak. Aku mencoba menenangkan hatiku kemudian Aku membacakan ayat kursi berkali-kali, berdzikir dan membaca surat-surat yang lain di dalam hatiku. Kemudian fikiranku Aku fokuskan untuk mengingat hapalan surat-surat sehingga tak terpaku pada rasa takut. Mataku pun mulai berani menatapnya. Penampakan itu masih tersenyum namun perlahan penampakan itu mulai menjauh, dadaku pun mulai sedikit lega. Aku rasa caraku itu berhasil, hatiku pun terus bersemangat melantunkan ayat kursi, dzikir dan makin banyak lagi surat-surat yang aku baca dalam hati.

Seketika penampakan hitam itu pun seperti melepaskan dekapanya. Aku sudah merasa lega. Tetapi perasaan takut itu masih tetap ada, Aku terbangun sambil mengatur nafasku secara perlahan. Ku lihat jam dinding yang ada di ruang tengah. Aku terkaget. Mungkin baru 15 menit yang lalu Aku tertidur dan kemudian bermimpi, tetapi kenapa dalam mimpi itu Aku merasakan sesak dan ketakutan yang cukup lama. Aku tak mengerti apa maksud mimpiku tadi. Mimpi yang terjadi seperti kenyataan. Berkali-kali Aku mengusap-usap wajahku sambil membaca istighfar. Masih ada waktu untuk sholat tahajud. Aku pun bergegas mengambil air wudhu lalu mendirikan sholat malam di kamarku. 

Ibuku sama sekali tak keluar kamar, pintu kamarnya tertutup rapat. Ibuku orang yang taat beragama dan istri yang baik untuk Ayahku. Saat beribadah, ibu sering terlihat khusyu berdialog dengan Tuhan. Kadang pernah Aku mendengar isakan tangisnya saat mendirikan sholat malam. Aku tak tahu hal apa yang sedang Ibu ceritakan pada Tuhan. Malam ini Ayah sedang ada tugas keluar kota, akan pulang besok lusa. Biasanya kami bertiga shalat malam bersama. 

Waktu ku pun hanya cukup untuk sholat tahajud, shalat witir dan sholat fajar masing-masing dua rakaat saja. Tak lama kemudian adzan subuh pun di kumandangkan. Hari ini Aku memilih sholat di rumah saja. Ibu sempat bertanya kenapa Aku tak pergi ke masjid tetapi Aku sudah punya alasan yang menurutku baik dan bisa membuat ibu mengerti. Setelah shalat subuh sejenak Aku membuka kitab suci Al-Qur’an. Aku membuka setiap lembarannya. Aku baca surat Al-Waqiah yang memang setiap selesai shalat subuh Aku membacanya. Tak lupa juga ku baca terjemahan surat tersebut. 

Ku dengar suara lengkingan teko air yang sudah mendidih dari arah dapur. Ibu sudah sibuk dengan pekerjaan rumah tangga. Jam 05:30 Aku tertidur lagi sampai jam 08:00 pagi. Ibu tak membangunkan karena memang hari itu hari minggu. Tidur pulas selama dua jam setengah, tak ada lagi penampakan hitam itu. Saat itu Aku dibangunkan ibu,yang menyuruhku untuk segera mandi dan shalat dhuha.

“ Dam ayo bangun, mandi lalu shalat dhuha “ kata ibu sambil sibuk merapihkan barang-barang yang ada di kamarku.

“ iya bu “ jawabku yang sambil bergegas pergi mengambil handuk yang di gantung di belakang pintu kamarku.

“ Dam hari ini kamu tak ada acara kemana-kemana kan ? titip rumah ya. Ibu ada undangan selamatan di rumahnya Ibu Habibah. Beliau warga baru, mengisi rumah yang berdekatan dengan rumahnya Ikhsan, temanmu itu.“ kata ibu kembali bertanya padaku. Langkah kakiku pun terhenti kemudian berbalik badan menghadap kearah dimana ibuku sedang bicara.

“ tidak ada bu, mau main Play Station saja. Acaranya sampai jam berapa bu ? oh iya kalau Ikhsan ada di rumahnya, suruh main kesini bu. “ kataku sambil memperhatikan Ibu yang sedang sibuk membersihkan debu di meja belajarku dengan menggunakan kemoceng. 

“ mungkin sampai jam 11 siang, kalau kamu mau sarapan Ibu sudah siapkan nasi goreng sama telor dadar di atas meja makan. Iya nanti Ibu suruh Ikhsan ke rumah untuk nemenin kamu “ jawab ibu yang sekarang mengambil sapu, hendak menyapu bersih setiap sudut kamarku.

“ iya bu, Dam mandi dulu bu “ kataku pada Ibu. Ibu mengangguk pelan padaku dan Aku langsung pergi ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi, ku lihat kamarku sudah rapih dan bersih. Ibu sudah pergi ke rumah warga baru itu. Aku pun mendirikan shalat dhuha 12 rakaat di kamar lalu langsung menyambar nasi goreng yang ada di meja makan. Dengan lahapnya Aku menghabiskan nasi goreng dalam beberapa menit saja. Perutku memang sangat lapar. Dari luar pintu gerbang depan rumah, ku lihat ikhsan sedang berteriak-teriak memanggil namaku.

“ Assalamu’alaikum Dam, Adam. Ini Aku Ikhsan. Apa kau ada di rumah ?. Dam. Adam. “  panggil Ikhsan yang terlihat celingak-celingukan di depan pintu gerbang.

“ Wa’alaikumsalam San. Maaf lama membuka pintu, barusan Aku baru selesai makan. “ jawabku sambil membukakan pintu gerbang.

“ iya, tidak apa-apa kawan. Hey Dam semalam kau lihat pertandingan Barcelona tidak ? “ Tanya Ikhsan padaku sambil melangkah kakinya memasuki rumah.

“ lihat, skornya 0-2 kan ? “ kataku yang kemudian membalikan pertanyaan padanya.

“ iya, jagoan kamu kenapa tak mencetak gol, ku lihat Dia tak begitu energik ? “ Tanya Ikhsan dengan mimik muka yang mengejek. Posisinya sudah duduk di kursi yang ada di ruang televisi.

  wajar saja Dia tak mencetak gol, kakinya sedang cedera karena terlalu sering di andalkan untuk mencetak gol-gol indah dari kakinya. “ jawabku sambil sibuk menyiapkan stik Play Station. 

“ haha okay alasan kamu Aku terima, memang Dia terlalu diandalkan. Ada kaset baru Dam ? Tanya Ikhsan sambil mengacak-acak koleksi kaset Play Stationku yang disimpan rapih dalam tempat kaset yang juga berlambangkan Tim Barcelona. Dia tidak memperpanjang perdebatan tentang pertandingan semalam. 

“ ada, baru beli kemarin. Nanti Aku ambil dulu kasetnya di kamar “ jawabku sambil berlalu ke kamar untuk mengambil kaset tersebut.

“ kaset apa Dam ? “ teriak Ikhsan padaku.

“ Guitar Hero 3 “ jawabku yang juga berteriak padanya dari arah kamar.

Satu jam berlalu kami asik bermain Guitar Hero, sesekali kami ikut bernyanyi dalam lantunan lagu-lagu barat. Jari-jari tangan kami berdua sudah lincah menekan tombol-tombol stik Play Station. Kami larut dalam gelak tawa ketika salah satu dari kami kalah bermain atau salah menekan tombol stik yang kami mainkan. Hal itu bisa menimbulkan nada yang terdengar kacau, tak beraturan dan memang tidak enak untuk di dengarkan. 

“ ganti Dam, ganti permainan baru. Kalau ini Aku kalah terus “ keluh Ikhsan padaku.

“ haha memang kamu tak bisa mengalahkanku, ambil saja kaset bola. Kita tanding bola saja “ jawabku sambil menunjuk salah satu kaset padanya.

“ nah kalau yang ini siap-siap kau kalah sama Aku Dam. .haha “ kata Ikhsan dengan sumeringah kegirangan. “ Aku pilih Tim Terbaikku Madrid yang tak akan pernah takluk oleh Barcelona haha “ katanya yang kembali tertawa.

“ kita lihat saja nanti “ jawabku dengan ketus. Aku membiarkan Ikhsan yang mengganti kasetnya.

Baru lima belas menit pertandingan, gawang Timku sudah kebobolan satu gol. Ikhsan semakin senang, memang dalam permainan ini Dia yang sering unggul. lima menit sebelum pertandingan babak pertama selesai, Aku membalas gol pada gawang Ikhsan lewat tendangan kaki Lionel Messi. Ikhsan tersenyum sinis padaku. Sampai pada akhir pertandingan skor kita sama, yang menang tetaplah Ikhsan yang pertama kali mencetak gol. 
Sudah dua jam kita main Play Station. Entah mengapa tiba-tiba bayangan mimpi semalam terlintas lagi dalam fikiranku. Ikhsan mengajak Aku bermain lagi tapi Aku menolaknya. Aku memutuskan untuk menceritakan mimpiku semalam pada Ikhsan. Entah kenapa Aku sangat penasaran dengan mimpi itu, kali saja ada artinya atau tidak ada efeknya pada dunia nyata ? yang pasti Aku harus menceritakan itu pada teman baikku ini. Ikhsan adalah seorang pendengar yang baik dan setia mendengar cerita-cerita apa saja dari teman-temanya termasuk Aku. Dia juga sering memberikan solusi atau masukan-masukan untuk siapa saja yang cerita padanya. 

Dari awal sampai akhir Aku bercerita layaknya seorang pendongeng. Ikhsan hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Sesekali Dia mengernyitkan dahinya. Seperti seolah tak percaya dengan apa yang terjadi padaku tadi malam. Seketika tubuhku merinding, Ikhsan pun merasakan hal yang sama denganku. Dia malah menambah ketakutanku. Dia bilang, “ hantu itu suka sama kamu Dam, Dia bisa membawa kamu ke alamnya. “ katanya dengan sorotan mata yang tajam. Hatiku setengah percaya setengah lagi ragu dengan apa yang dikatakan Ikhsan. Aku merasa itu tidak masuk akal. Cerita itu terhenti, karena dari balik pintu rumah, ku dengar suara langkah kaki dan Aku yakin itu pasti Ibu. Aku tak ingin Ibu tahu tentang mimpiku semalam, Aku bilang pada Ikhsan tak bisa melanjutkan cerita atau membahas tentang mimpiku itu. Ikhsan menghela nafas tak mau mengakhiri cerita. Namun Aku sudah memasang muka marah padanya. Ingin bilang nanti Aku teruskan tapi Aku memilih berlalu ke arah pintu. 

Dan ternyata benar, ibu pulang telat lima belas menit dari perkiraannya tadi pagi. Ku lihat Ibu kerepotan dengan barang bawaanya. Aku membantunya dengan membukakan pintu lalu mengambil barang bawaan di tangannya ke atas meja makan. Ibu tersenyum melihat ikhsan yang ada di ruang televisi, Ikhsan pun membalasnya dengan senyuman yang ramah. Makanan yang Ibu bawa Aku makan bersama Ikhsan. Ibu menolak makan bersama kami karena sudah kenyang. Saat makan, Ikhsan memberikan kode sebuah kedipan mata padaku. Aku yang bingung melihat tingkahnya langsung menanyakan apa maksud dari kedipannya itu Dia mau tambah nasi atau mau tambah ikannya. 

“ bukan Dam, bukan itu maksudku “ kata Ikhsan sambil berbisik.

“ lalu apa ? “ jawabku sambil menguyah makananku yang belum habis ku telan.

“ nanti teruskan lagi ceritanya “ katanya sambil melirik-lirik sekeliling ruangan, takut-takut Ibu tahu apa yang sedang kita bicarakan.

“ kamu ini, kirain ada apa. Ya nanti Aku teruskan ceritanya tapi jangan disini. Nanti saja habis sholat dzuhur  di masjid. Kita  langsung ke rumah kamu San. Kayanya akan lebih leluasa cerita disana “ bisikku pada Ikhsan.

“ baik. “ Ikhsan mengangguk setuju.

Setelah selesai makan Aku menghampiri Ibu yang sedang ada di dapur sambil membawa piring kotor bekas makan Aku dan Ikhsan. Saat Aku mau mencucinya Ibu melarangku, “ Biarlah Dam, biar Ibu saja yang cucikan. “ Aku pun menurut, kemudian tersenyum dan bilang terima kasih pada Ibu. Aku langsung pamit pergi ke mesjid bersama Ikhsan, sekalian meminta izin sepulang dari masjid Aku mau main ke rumah Ikhsan. Ibu memperbolehkanku dengan pesan jangan pulang terlalu sore. Aku mengangguk, mengiyakan pesan Ibu. 

Kami sholat berjamaah di mesjid yang jaraknya tak jauh dari rumahku. Kami mendirikan sholat wajib dan tak lupa juga dengan shalat sunat Qobliyah dan Ba’diyahnya. Setelah selesai sholat kami berdua duduk di depan tangga kecil, dibawahnya ada tulisan “ Batas Suci, Alas Kaki Harap Dilepas “ tulisan itu menempel pada keramik tangga kecil yang sedang kami berdua duduki. Kemudian dari arah yang tak jauh dari kami berdua duduk ada seorang laki-laki yang kemudian menghampiri kami. Orang itu pun terlihat habis selesai sholat berjamaah. Rupanya dermawan, mukanya terlihat bersahaja dan berpendidikan. Caranya berpakaian pun rapih dan bersih. Langkahnya terhenti tepat didepan kami berdua yang sedang duduk di tangga kecil. Ikhsan yang baru menyadari kedatangannya langsung tersenyum dan berdiri hendak bersalaman dengannya. Aku yang bingung, bertanya-tanya pada diri sendiri siapa orang yang sedang berbincang dengan Ikhsan. Aku belum pernah melihatnya apa lagi mengenalnya. Namun tampaknya Ikhsan telah mengenal baik orang itu. 

Beberapa menit kemudian Ikhsan mengenalkanku dengannya, yang ternyata beliau tetangga barunya Ikhsan atau lebih tepatnya adalah suami dari Ibu Habibah yang tadi pagi mengadakan syukuran. Aku berdiri, tersenyum ramah lalu menyalaminya. Kami langsung berkenalan saling bertanya sebagaimana orang yang baru mengenal. Aku tak begitu banyak bertanya padanya karena belum sempat aku bertanya-tanya Ikhsan sudah mulai berbicara panjang lebar, menjelaskan siapa beliau.

“ ini Dam, tetangga baruku namanya Mas Ivan suaminya Ibu Habibah. Beliau ini seorang Psikolog sekaligus seorang Dosen di tempat kuliahnya dulu. Bukan begitu Mas ? “ Tanya Ikhsan pada Mas Ivan. Mas Ivan hanya mengangguk setuju dengan apa yang di terangkan olehnya. Pantas saja Beliau terlihat berbeda dari orang dewasa lainnya. Perkiraanku benar, beliau adalah orang yang berpendidikan, yang suka terlihat rapih dan bersahaja. Paras mukanya pun terlihat bersahabat dan murah senyum.

Tak lama setelah itu, kami bertiga meninggalkan mesjid, melangkahkan kaki menuju rumah Ikhsan. Sesampainya di dekat rumah Ikhsan kami berdua di ajak mampir kerumah Mas Ivan dulu. Kami berdua pun tak bisa menolak ajakannya dan langsung membuntuti langkah Mas Ivan yang memasuki pintu gerbang rumahnya.
Kedatangan kami di sambut baik oleh istri Mas Ivan. 

“ eh Mas sudah pulang. Siapa mereka Mas ? ” tanya istrinya sambil mengembangkan senyumannya yang manis pada kami. Hijab yang di kenakannya sedikit bergelombang tertiup angin. “ tapi kalau yang satunya lagi kayanya Ibu sudah kenal dan mukanya tidak asing lagi deh, tapi namanya Ibu agak lupa, anaknya Ibu Fatimah tetangga sebelah kan ? “ katanya sambil mengingat-ingat siapa dua pemuda yang ada di hadapanya. Yang dimaksud istrinya Mas Ivan tentu saja Ikhsan. Kalau Aku boleh jadi Beliau baru melihatku untuk pertama kalinya. Ikhsan mengangguk sopan mengiyakan pertanyaan dari istrinya Mas Ivan. Mas Ivan memperkenalkanku pada istrinya. 

kami berdua langsung dipersilahkan masuk, duduk di ruang tamu dan diberi suguhan makanan ringan serta minumnan segar. Saat kami berbincang di ruang tamu, Aku melihat ada sosok Akhwat muncul keluar dari pintu kamarnya yang bisa terlihat dari ruang tamu. Sontak mataku pun langsung melihat sosok Akhwat tersebut, Dia memakai balutan hijab berwarna pink yang lebar hampir menutupi setengah badannya. Tampak cantik dan anggun dengan balutan baju gamis yang serasi dengan hijab yang Dia kenakan. Dia berjalan menuju dapur dan kayanya tidak menyadari kalau ada tamu di rumahnya. 

Rasa penasaranku mulai terpancing. Untuk sekedar menanyakan siapa Akhwat itu, Mujahidahnya ? atau hanya Saudaranya ? Kali ini pun Aku langsung bertanya pada Mas Ivan, siapa Akhwat itu ?

“ Afwan Mas, saya mau tanya. Apa Mas Ivan sudah punya Mujahidah ? “ aku bertanya memotong obrolan asik Mas Ivan dengan Ikhsan tentang bagaimana kehidupan masyarakat disini dan tradisi-tradisinya. Pertanyaan ku  membuat Mas Ivan sedikit bengong tapi beliau tersenyum dan menjawab pertanyaanku. Ikhsan memasang muka sebal dengan pertanyaanku yang memotong obrolannya.

“ iya, Mas memang sudah punya satu-satunya Mujahidah kami. Namanya Azizah Nur Sehah. “ jawabnya, kemudian tersenyum memandang kearah istrinya yang sedari tadi duduk disebelahnya.

Ikhsan menyikut lenganku. Heran, kenapa tiba-tiba Aku bertanya seperti itu. Aku pun membalasnya dengan menyikut balik lengannya. Aku yakin kali ini Ikhsan tidak tahu bahwa tetangganya memiliki anak gadis yang sangat anggun.

Tak lama setelah Aku bertanya tentang anaknya, mas Ivan langsung memanggil anak gadisnya ke ruang tamu. 

“ oh, ada tamu ya bi ? “ tanyanya pada mas Ivan, kemudian Dia menyalami kami berdua. Abinya yaitu mas Ivan hanya tersenyum mengangguk mengiyakan pertanyaannya. Muka Ikhsan terbengong-bengong, melihat gadis yang ada di hadapannya. Aku langsung menyalaminya dengan tidak bersentuhan tangan. Aku tahu dari penampilannya, Dia pasti Akhwat yang senantiasa menjaga kesuciannya. Setelah sadar dari bengongnya, Ikhsan langsung menyalaminya juga.

Waktu berlalu sudah cukup lama. Akhirnya kami pamit pulang.
Sesampainya di rumah Ikhsan.

“ subhanallah Aku baru tahu kalau mas Ivan punya anak gadis seanggun itu “ kata Ikhsan, bola matanya berkerling ke atas. Dia membayangkan anak gadisnya mas Ivan. “ siapa tadi namanya ? Azizah Nur Sehah. Oh… dari namanya saja sudah ketahuan kalau Dia wanita yang sholehah. “ jelas Ikhsan meneruskan kalimatnya. Aku rasa Dia sudah begitu terkesima melihat Azizah.

“ kalian dari mana saja ? “ tanya Ibu Ikhsan pada kami dari teras rumahnya.

“ habis berkunjung ke rumah mas Ivan, dan ketemu bidadari bu“ jawab Ikhsan, secara tidak sadar Dia menyebutkan kata bidadari.

“ maksudmu bidadari ? “ tanya Ibunya menyelidiki, memincingkan sebelah matanya.

“ eh, eh. . bidadari ya bu ? “ Ikhsan malah balik bertanya. Dia bingung menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Dan matanya malah melotot ke arahku, seperti meminta jawaban dari pertanyaan Ibunya. Aku tersenyum geli melihat gelagatnya yang aneh.

“ yang di maksud Ikhsan, bidadari itu adalah anak gadisnya mas Ivan bu Fatim “ jelasku kepada Ibu Ikhsan secara blak-blakan. Aku langsung tertawa melihat wajah Ikhsan yang secara tiba-tiba berubah menjadi kemerah-merahan.

“ kau rese Dam “ kata Ikhsan padaku. Dia berlalu masuk ke dalam rumahnya dengan wajah yang masih merah padam. Aku langsung meminta izin kepada ibunya untuk masuk ke dalam rumah, menyusul Ikhsan yang sudah ada di kamarnya. ibunya kemudian tersenyum mengangguk padaku.

“ dasar anak-anak “ desah Ibu Ikhsan yang masih berada di teras rumah. Aku sudah berjalan, masuk ke dalam kamar Ikhsan.

“ kau suka sama Azizah ya San ? “ tanyaku padanya ketika masuk ke kamarnya. Melihat Ikhsan sedang duduk di ujung kasurnya.

“ berhentilah meledekku Dam “ jawab Ikhsan singkat.

“ hehe. .dari tampangnya sih keliatan San kalau kau suka padanya “ kataku yang masih mengolok-olok Ikhsan.

“ bagaimana kau bisa yakin kalau Aku suka sama Azizah ? Aku juga belum tahu rasa apa yang sedang Aku rasakan saat pertama kali melihatnya “ jawab Ikhsan malu-malu.

“ hahaha. . . itu yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama kawan “. Olok-olokku pada Ikhsan semakin menjadi-jadi, membuat muka Ikhsan bertambah merah padam.

“ Dam, kau janji akan meneruskan cerita tadi pagi padaku “ jawab Ikhsan yang mengalihkan topik pembicaraan.

Aku langsung teringat akan janjiku itu. aku memulai lagi ceritaku. Aku menceritakan mimpiku itu secara detail sampai tidak terasa kalau waktu sudah menunjukan pukul 16.00 WIB. Aku pamit pulang dari rumah Ikhsan. Sebelum pulang ke rumah Aku mampir ke masjid terlebih dahulu, hendak mendirikan sholat Ashar.

Sesampainya di rumahku, Aku langsung mandi. Dan Ibu sedang asik menonton acara televisi.

1 minggu berlalu setelah kejadian mimpi menyeramkan itu. 1 minggu sudah Aku terlepas dari mimpi-mimpi menyeramkan itu. 1 minggu terakhir ini Aku lebih banyak memimpikan sosok Azizah. Entah kenapa ia mulai sering hadir dalam mimpi-mimpi malamku. 

Suasana kamarku.

Mataku sedang berfokus pada buku yang sedang Aku baca selepas sholat Isya. Badanku terus berguling-guling, terus mencari-cari posisi yang enak untuk membaca. Malam ini hujan turun begitu derasnya. Suara tetesan air hujan terdengar begitu bergemuruh. Beberapa menit buku yang Aku baca telah berhasil menghipnotis diriku sampai tertidur pulas dengan posisi terlentang. 

Apa yang terjadi, aku merasakan dadaku sesak seperti minggu lalu. Aku melihat samar-samar seorang anak kecil telah diam di atas dadaku sehingga ia membuatku sulit menarik nafas. Hatikku berkata Astagfirullah, ia bertanya-tanya apa yang terjadi ? apakah ini mimpi atau kenyataan ?. Gejala ini sama seperti minggu yang lalu, keringat dingin mulai bercucuran, dada yang sesak, sulit menarik nafas, suaraku tertahan, badanku kaku tak bisa di gerakan. Yang membedakan dari mimpiku minggu lalu adalah sosok makhluknya. 

“ Ayolah, pergi sana “ Aku berseru di dalam hati. 

Sosok anak kecil itu malah tertawa dengan memasang muka yang menyeramkan tepat di depan mataku. Aku tak kuat dadaku semakin sesak, nafasku tersengal, tubuhku tak bisa meraih guling yang ingin aku pukulkan kepada sosok anak kecil itu. 

“ ini tidak akan berlangsung lama “ hatiku kembali berbicara. Fikiranku membantu Aku untuk mengingat sebuah cara untuk mengusir sosok anak kecil itu yang di pastikan caranya sama dengan yang dulu, saat sosok yang berjubah hitam mendekap erat tubuhku. Aku mencoba menenangkan hatiku kemudian Aku membacakan ayat kursi berkali-kali, berdzikir dan membaca surat-surat yang lain di dalam hatiku. 

“ Astagfirullahal’adzim “ lirihku sambil mengusap mukaku dengan kedua telapak tanganku. Hatiku tak henti-hentinya, terus melantunkan dzikir kepada-Nya.

Ku lihat jam yang menggantung di atas dinding kamarku. Arah jarum jam menunjukan pukul 01:30 WIB, detiknya terus berjalan. Aku memutuskan untuk mendirikan sholat malam beberapa rakaat. Angin malam yang dingin menerpa hampir di seluruh tubuhku. Perlahan Aku mengusap-usap mukaku dengan guyuran air yang sengaja aku siramkan menggunakan gayung. Beberapa kali ku lakukan sampai rasa kantukku hilang dan berubah menjadi kesegaran.

Dari luar masih terdengar suara tetesan-tetesan air yang turun dari langit menyentuh bebatuan kecil yang ada di halaman depan rumah. Terdengar juga dari ke jauhan suara kodok yang sedang berokestra, senang menyambut hujan yang turun dari langit. “ Mungkin mereka sedang mendendangkan sebuah nyanyian hujan “ fikirku.

Di persetiga malamku, Aku larut bersimpuh di atas sajadah. Berbincang-bincang dengan Tuhanku lewat sebuah doa.

Kini matahari telah datang menghangatkan udara pagi yang dingin. Kabut-kabut pagi pun telah hilang tergantikan oleh pancaran cahaya matahari.

“ pagi Dam “ sambut Ayah yang sudah duduk manis di sofa sambil memegang sebuah Koran hari ini yang di lemparkan loper Koran ke teras rumah pagi-pagi sekali.
“ pagi juga Yah, ada berita apa hari ini Yah ? “ tanyaku pada Ayah. 

Mulutku sudah menguyah beberapa suap roti yang di sediakan ibu pagi ini.

“ kebanyakan berita politik Dam, kamu pasti takkan berselara melihatnya hehe. .” jawab Ayah, tersenyum melihatku melahap roti dengan cepat. “ kita berangkat Dam “ kata Ayah padaku. 

“ biarlah Dam menghabiskan makanannya dulu Yah “ suara ibu dari dapur yang menjawab.

“ sudah bu, Dam sudah selesai sarapan. Ayo kita berangkat Yah “ 

Aku sudah berlari kecil menuju Ibu yang sedang membereskan dapur. Aku mencium telapak tangannya, hendak berpamitan.

Sehari-harinya Aku memang berangkat diantar oleh Ayah, karena tempat kerja Ayah dan sekolahku yang satu arah.

Sesampainya di sekolah Aku kembali menceritakan tentang mimpiku semalam pada Ikhsan. Awalnya Ikhsan heran, dan lupa dengan ceritaku seminggu yang lalu. Tapi Aku terus mencoba mengingatkannya sampai akhirnya Dia ingat. 

“ rumah kau banyak hantunya kali Dam “ desis Ikhsan padaku. Kami berdua sengaja mengobrol pelan di pojokan bangku di ruang kelas. Yang lainnya sedang beristirahat, di kelas hanya menyisakan Aku, Ikhsan, Fitri, Jupri, Fajar, dan Azizah. Kami mengobrol berdua-berdua, Aku dan Ikhsan, Jupri dan Fajar, Fitri dan Azizah. Kami semua fokus pada topik masing-masing yang sedang di bicarakan. Oh iya, Azizah anak mas Ivan menjadi anak baru di kelas kami. Saat Azizah pindah ke sekolah kami, saat itu Aku melihat wajah senang Ikhsan dan wajahnya benar-benar berubah ketika sedang berbicara dengan Azizah. Aku lebih sering lagi mengolok-olok Dia.

“ Ya Allah seumur hidupku San, Aku belum pernah melihat hantu di rumahku apa lagi ada kejadian-kejadian aneh di rumahku. Tidak, tidak pernah terjadi hal-hal seperti itu di rumahku. “ jawabku membela.

“ Yaelah Dam, itu hanya perkiraan Aku saja. Jangalah kau masukan hati. “ canda Ikhsan padaku.

“ Aku kira tidak akan mengalami mimpi menyeramkan itu lagi. Mimpi itu datang tiba-tiba sih, andai Aku tahu cara agar mimpi itu tidak datang lagi. Hm. .”

“ Aku ada ide Dam “ Ikhsan tersenyum padaku.

“ ide apa ? “ jawabku singkat.

“ gimana kalau kita cari saja di buku primbon ? “ tawar Ikhsan.

“ Aku tidak percaya hal-hal yang begitu. Pakai cara yang lain lah San. “ pintaku pada Ikhsan. 

“ apa ya ? “ Ikhsan terlihat berfikir keras, mencari ide-ide cemerlang yang selalu mudah muncul di otaknya. “ Aku tahu Dam “ kata Ikhsan setelah beberapa menit berfikir.

“ tahu apa ? “ sekali lagi Aku hanya bisa bertanya dengan singkat.

“ kita cari di internet mengenai mimpi itu ? bagaimana ? “ tanya Ikhsan padaku.

“ kau ngaco San, masa di cari di internet. Memangnya semua yang ingin kita cari ada di mbah google. Huh “  keluhku pada Ikhsan. Menurutku itu ide yang aneh.

“ lebih baik kita usaha dulu Dam. Kau sih enak hanya tinggal menunggu ide-ideku muncul, kau juga cari ide yang cemerlang dong “ tuntut Ikhsan.

Siangnya setelah pulang sekolah Aku dan Ikhsan mampir ke sebuah warnet dekat sekolah. Aku dan Ikhsan bingung kata kunci apa yang harus kita cari, tentang mimpi menyeramkan ? arti mimpi menyeramkan ? atau penyebab mimpi seram saat tidur ? 

Akhirnya kami menggunakan kata kunci penyebab mimpi seram saat tidur. Tanganku dengan sangat cekatan menggerakan mouse dan mengklik tanda search. Setelah ku cari ada beberapa opsi yang menyangkut tentang mimpi buruk. Dan Aku memilih opsi 6 penyebab gangguan tidur paling menyeramkan. Aku klik linknya. Dengan lambatnya perlahan sebuah tulisan di blog telah terbuka. Terpampang dengan jelas 6 hal yang menyebabkan gangguan tidur menyeramkan. Aku dan Ikhsan sudah asik membaca tulisan di blog itu. 

Lumpuh saat tidur Saat sedang tidur, segala aktivitas otot secara otomatis akan diam, tidak bergerak dan bisa disebut ‘lumpuh’. Walau bersifat sementara, namun tak jarang saat bangun Anda juga tak bisa menggerakan tubuh. Dalam penelitian 1999 dalam jurnal Journal of Sleep Research, sleep paralysis biasanya juga disertai dengan halusinasi. Dalam mitos masyarakat, Sleep Paralysis biasa dikenal dengan ‘tindihan makhluk gaib’. 

Aku dan Ikhsan saling tatap ketika menemukan sebuah penjelasan yang cocok dengan yang terjadi pada diriku. 1 jam lamanya kami berdua berkutat mencari-cari informasi tentang Tindihan Makhluk Gaib itu. Ikhsan mengernyitkan dahinya, Dia bilang ini hal yang aneh. Aku terus di buat penasaran, kebanyakan blog-blog yang Aku lihat menjelaskan hal itu terlalu singkat.

“ Dam, dari sekian blog yang kita lihat kebanyakan dari mereka yang mempostkan berita itu adalah seorang psikolog “ kata Ikhsan, matanya masih tetap fokus pada layar komputer, membaca beberapa paragraph yang Dia telusuri. Tangannya asik menggerak-gerakan mouse ke kiri, kanan, atas dan bawah. 

“ iya kau betul San, tetapi mereka pelit sekali mempostkan berita hanya secuil tanpa penjelasan yang panjang “ jawabku ketus, membiarkan Ikhsan yang sekarang menjelajahi blog-blog tentang mimpi itu.

“ kau lupa ya Dam ? “ tanya Ikhsan singkat. Menatapku heran, dan Aku yang di tatapnya langsung salah tingkah, merasa heran juga kenapa Ikhsan bertanya seperti itu.

“ lupa apa ? “ Aku malah balik bertanya, alisku terangkat. Bingung. 

“ sore ini kita main ke rumah mas Ivan “ jawab Ikhsan.

“ ke rumah mas Ivan ? mau apa ? “ Aku masih belum mengerti apa maksud Ikhsan, Aku tetap memasang muka yang bingung. 

“ Kau lupa kalau mas Ivan seorang Psikolog ? “ mata Ikhsan kini menatapku dengan tatapan yang tajam.

“ Astagfirullah, kenapa Aku bisa lupa ya ? kau benar San, mas Ivan pasti tahu banyak hal tentang hal itu. “ Aku menepuk jidatku. Aku baru ingat kalau mas Ivan adalah psikolog.

“ kau memang pikun Dam “ ledek Ikhsan padaku.

Sore hari di rumah mas Ivan. 

Aku dan Ikhsan sudah menunggu 15 menit di rumah mas Ivan. Azizah mengajak kami mengobrol sambil menunggu mas Ivan pulang. Azizah bertanya banyak hal pada Ikhsan baik tentang pelajaran, buku dan pengetahuan lainya. Aku hanya sesekali ikut serta dalam obrolan mereka. Selebihnya, sengaja Aku biarkan Ikhsan agar lebih leluasa mengobrol dengan Azizah. Tak lama mas Ivan tiba di rumahnya. Aku tahu kunjunganku dan Ikhsan menganggu waktu istirahatnya mas Ivan. Tapi mas Ivan tetap berbaik hati melayani kami sebagai tamunya.

Aku langsung menceritakan maksud dan tujuanku berkunjung ke rumahnya. Azizah sudah berlalu ke kamarnya. Di ruang tamu hanya ada Aku, Ikhsan dan mas Ivan.

“ Fenomena Sleep Paralysis, Kamu membuka mata. Baru saja kamu tidur selama beberapa jam. Kamu bisa merasakan pikiranmu melayang-layang antara sadar dan tidak. Sambil berusaha mengumpulkan kesadaranmu, kamu mencoba untuk bangun. Tetapi, ada sesuatu yang tidak beres. Tubuhmu tidak bisa bergerak, nafasmu sesak, seakan-akan ada makhluk tidak terlihat yang menginjak dadamu. Kamu membuka mulutmu dan hendak berteriak, tidak ada suara yang keluar. Seseorang sedang mencekik lehermu, pikirmu. Ada sesuatu yang tidak beres. Bukan begitu Dam ? jelas mas Ivan menerangkan. Memulai menerangkan teori-teori yang asing bagi kami berdua.

Aku tak menjawab hanya mengangguk-anggukan kepalaku mengiyakan penjelasan mas Ivan. Ikhsan seperti biasa setia menjadi pendengar yang baik.

“ Ya, kalian mengerti maksud Mas. Kita semua pernah mengalaminya. Sebagian menyebut fenomena ini dengan sebutan tindih hantu atau irep-irep. Entah apa kata resmi bahasa Indonesianya. Dulu, Mas sempat mengira kalau kata fenomena ini disebut Lucid Dream. Namun, ternyata Mas salah. Fenomena ini sebenarnya bernama Sleep Paralysis (Lumpuh Tidur) atau The Old Hag Syndrome ” kata Mas Ivan melanjutkan semacam teorinya.

“ tapi Aku belum pernah mengalaminya Mas ? “ tanya Ikhsan, mungkin Dia kurang setuju dengan apa yang barusan Mas Ivan jelaskan kalau semua pernah mengalami hal semacam itu.

“ kamu akan segera mengalaminya San “ Mas Ivan tertawa menjawab pertanyaan Ikhsan. Ikhsan langsung bergidig, tidak mau mengalami hal seperti itu.

“ Dam, apa yang kamu rasakan saat mimpi itu datang ? “ tanya Mas Ivan, beralih bertanya padaku.

“ Aku melihat sosok aneh berjubah hitam. Badanku bercucuran air keringat, panas, sesak, badanku susah di gerakan layaknya seperti orang lumpuh Mas. Suara dari mulutku tak mau keluar. Aku tak berdaya tak bisa berbuat apa-apa Mas. “ jelasku pada Mas Ivan.

Memang mereka yang mengalami fenomena ini kadang merasa ketakutan karena mengira sedang diserang oleh setan. Tidak bisa disalahkan. Zaman dulu, ada kepercayaan kalau fenomena ini diakibatkan oleh "Old Hag" atau "Penyihir" yang sedang menduduki dada korban. Dari situlah ia mendapatkan nama The Old Hag Syndrome. Menurut survey Gallup tahun 1992, hampir semua orang dewasa mengalami Sleep Paralysis, paling tidak dua tahun sekali. Jadi fenomena ini bukan sesuatu yang asing bagi manusia. Usaha untuk menelitinya telah berlangsung sejak tahun 1950an, namun baru benar-benar bisa dipahami ketika para peneliti mulai mengerti hubungan antara kondisi REM (Rapid eye movement) dengan mimpi. Analisis Ilmiahnya, ketika kita tidur, kita akan memasuki beberapa tahapan tertentu. Memang ada banyak, namun kita hanya akan melihat dua tahapan besarnya, yaitu Non REM dan REM. Ketika kita tidur, 80 menit pertama, kita memasuki kondisi Non Rem, lalu diikuti 10 menit REM. Siklus 90 menit ini berulang sekitar 3 sampai 6 kali semalam. Selama Non REM, tubuh kita menghasilkan beberapa gerakan minor dan mata kita bergerak-gerak kecil. Ketika kita masuk ke kondisi REM, detak jantung bertambah cepat, hembusan nafas menjadi cepat dan pendek dan mata kita bergerak dengan cepat (Rapid eye movement - REM). Dalam kondisi inilah mimpi kita tercipta dengan jelas dan kita bisa melihat objek-objek di dalam mimpi. “ Mas Ivan tersenyum padaku. Aku balas senyuman itu meskipun penjelasan yang Mas Ivan paparkan benar-benar asing di telingaku. 

Dr.Max Hirshkowitz, direktur Sleep Disorders Center di Veterans Administration Medical Center di Houston mengatakan kalau Sleep Paralysis muncul ketika otak kita mengalami kondisi transisi antara tidur mimpi yang dalam (REM dreaming Sleep) dan kondisi sadar. Selama REM dreaming sleep, otak kita mematikan fungsi gerak sebagian besar otot tubuh sehingga kita tidak bisa bergerak. Dengan kata lain, kita lumpuh sementara. Fenomena ini disebut REM Atonia. Kadang, otak kita tidak mengakhiri mimpi atau lumpuh kita dengan sempurna ketika terbangun. Ini bisa menjelaskan mengapa tubuh kita menjadi kaku.” jelas Mas Ivan meneruskan penjelasannya.

“ Dan menurut hasil penelitiannya, Dr.Hirshkowitz menyimpulkan kalau efek ini hanya berlangsung selama beberapa detik hingga paling lama satu menit. Namun, bagi korban, sepertinya pengalaman ini berlangsung sangat lama. Bukankah begitu yang kamu rasakan Dam ? “ tanya Mas Ivan padaku, memecahkan kefokusanku mendengar penjelasannya.

“ Iya betul Mas “ Aku mengangguk-anggukan kepalaku lagi, setuju dengan apa yang Mas Ivan jelaskan. “ Lalu, bagaimana dengan perasaan adanya makhluk aneh atau gaib yang muncul di kamar kita? “ tanyaku pada Mas Ivan.

Florence Cardinal, seorang peneliti lain mengatakan kalau halusinasi biasanya memang menyertai Sleep Paralysis. Kadang ada perasaan kalau ada orang lain di dalam ruangan atau bahkan kita bisa merasakan adanya makhluk yang sedang melayang di atas kita. Lalu, kita bisa merasakan adanya tekanan di dada seperti sedang diinjak atau diduduki. Malah, ada beberapa korban yang melaporkan mendengar suara langkah kaki, pintu terbuka dan suara-suara aneh. Ini cukup menakutkan, tapi normal. Bahkan banyak peneliti yang percaya kalau fenomena "penculikan oleh alien atau diserang roh jahat" kebanyakan hanyalah halusinasi yang terkait dengan Sleep Paralysis. “ jawab Mas Ivan, tersenyum menjelaskan. Yang di takutkan Aku dengan penjelasan Mas Ivan sangat tepat. Tidak salah lagi Aku menanyakan hal ini pada pakarnya.

Ikhsan yang sedari tadi diam mendengarkan dan menikmati teori-teori yang di jelaskan kini mulai bersuara dan bertanya pada Mas Ivan.

“ Lalu, dalam kondisi apakah Sleep Paralysis itu biasa muncul ? “ tanyanya, matanya terlihat berbinar penasaran.

Beberapa penelitian menunjukkan adanya kondisi tertentu dimana kemungkinan mengalami Sleep Paralysis akan menjadi lebih tinggi bagi seseorang. Mereka yang mengalaminya, biasanya adalah ketika yang bersangkutan tidur telentang. Lalu, fenomena ini lebih sering terjadi pada mereka yang mengalami kelelahan yang berlebihan atau mereka yang jadwal tidur normalnya terganggu. Dan luar biasanya, mereka yang biasa minum obat penenang akan menjadi lebih sering mengalaminya, Ironis bukan ? “ Mas Ivan kembali tersenyum, menjawab pertanyaan kami.

“ pantas saja, waktu itu Aku mengalaminya pas bergadang menonton bola jadi jadwal tidurku tidak normal. Bagaimana kita menghindari Sleep Paralysis itu Mas ? “ Aku kembali bertanya.

          “ Mas ada beberapa tips yang dihasilkan dari penelitian klinis. Tips yang pertama kamu harus tidur secara teratur, kurangi stress, stress juga bisa mempengaruhi kondisi tubuh sehingga bisa mengalami kelelahan fisik. Dan tips yang terakhir berolahragalah secara teratur. Dengan kata lain, gaya hidup sehat “ lanjut Mas Ivan.

          “ Abi, kata Ummi kita makan dulu. Nanti ceritanya bisa di lanjut Bi. Kita makan bersama “ kata Azizah yang tanpa kami sadari sudah berdiri tegak di dekat lemari yang membentang di ruang tamu.

          “ Kami langsung pulang saja Mas, maaf sudah merepotkan “ Aku hendak izin berpamitan.

          “ makalah dulu Dam, istri Mas sudah menyiapkan hidangan untuk kita semua. Bukankah begitu nak ? “ tanya Mas Ivan pada Azizah.

“ iya Bi, Ayolah jangan malu-malu “ jawab Azizah, menawarkan.

Aku dan Ikhsan salah tingkah bingung, tak bisa menolak tawaran Mas Ivan dan Azizah. Demi menghormati keluarga Mas Ivan kami ikut menyantap hidangan yang sudah di siapkan Azizah dan Umminya.

The end. ^-^ 12 juni 2013
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar