Maaf kalau cerita yang aku tulis jelek atau tidak sesuai dengan idenya. :') mari kita baca. Here We Go. ! :)
Ide Cerita : Koza-Kun
Editor & Penulis Naskah : Al-Islamadina
Suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Koza
Koma. Dia mengalami hal yang aneh dimana ruhnya kembali ke masa lalu saat
kerajaan Kuriyo yang di pimpin oleh ratu yang cantik bernama Al-Islamadina.
“Aaawww
di-dimana aku.?” Seseorang sedang berlari ke arah Koza. Bruuuggggg. Mereka pun
bertabrakan.
“Heiii
kau tidak punya mata ya.?” Kata Putri Islamadina.
“Justru
kau yang tidak punya mata.” Koza terkaget melihat wanita yang cantik yang ada
di depannya.
“Kau
tidak tahu siapa aku hah.?” Bentak Putri.
“Memang
kau siapa ? seorang Putri kah ?.” Koza bertanya bego.
“Memang
aku seorang Putri!” jawabnya ketus.
“Heii
kau sedang mimpi ya ? di zaman ini tidak ada yang namanya Putri.” Koza menutup
mulutnya, menahan tawa.
Tiba-tiba
ada seorang laki-laki yang berpakaian seorang pengawal menghampiri, melihat
mereka berdua duduk diatas tanah.
“Hei
apa yang kau lakukan bodoh.” Katanya tegas, menatap tajam ke arah Koza. “kau
pencuri.?” Matanya menyelidik. Dengan penuh kecurigaan, pengawal itu langsung
menghantamkan pukulannya pada perut Koza, hingga Koza jatuh pingsan.
“Pengawaaaal.” Teriak
Putri.
“Ada
apa putri.?” Tanya salah seorang pengawal yang bernama Jiraya. Seorang pengawal
yang sudah uzur yang setia melayani Putri dan mengabdikan dirinya pada kerajaan
Kuriyo.
“Cepat
bawa dia pergi.” Serunya galak. Matanya menyorotkan tatapan yang tajam dan
tidak suka dengan laki-laki yang tak berdaya, tergeletak diatas tanah.
“Siap.”
Jiraya menurut. Sebelum Jiraya membawanya pergi, dia membangukan Koza terlebih
dahulu.
“Hei
bangun kau.” Gertak Jiraya. Akhinya Koza terbangun dari pingsannya. Kedua tangannya
mengucek-ngucek mata, seraya memegang perutnya dan berseru.
“Aduh
perutku.!” Keluhnya sambil memegang bagian perutnya yang terasa
berdenyut-denyut.
“Sebenarnya
kau berasal dari mana.?” Tanya putri Islamadina.
Koza baru tersadar,
putri yang tadi dia tabrak sudah berdiri tegak dihadapannya. Dia berdiri lalu
mengepuk-ngepuk bajunya yang kotor terkena tanah. Tak lama Koza pun menjawab
pertanyaan putri.
“Aku berasal dari
Jepang!” Kata Koza.
“Jepang mana.?” Tanya
putri yang keheranan. ‘Jepang, ah itu nama kerajaan.?‘ Batin putri
bertanya-tanya.
“Jepang itu sebuah
Negara yang memiliki teknologi yang sudah maju.” Jelas Koza. Putri hanya diam
menahan tawa.
“Kenapa kau tertawa.?
Ada yang aneh dengan jawabanku, hah.? Tanya Koza. Jelas dia bertanya seperti
itu, apanya yang lucu dari jawabannya.?
“Buuuugggghhhhh.” Sebelum putri menjawab
pertanyaannya, Dia dipukul pada bagian perutnya oleh pengawal.
“Jangan berkata tidak
sopan di depan putri.” Bentak Pengawal.
Beberapa menit Koza
meringis menahan rasa sakit pada perutnya. Sedangkan Jiraya dan Putri terus
mengamati setiap gerak-geriknya.
“Sepertinya dia adalah
orang yang diramalkan.” Kata Jiraya yang tiba-tiba menyimpulkan sesuatu yang
sejak tadi dia mencurigai pemuda aneh yang tiba-tiba datang ke kerajaan Kuriyo.
“Apa maksud kau
Jiraya.?” Tanya putri, seketika terkaget dengan apa yang baru saja Jiraya
katakan.
“Dia mungkin orang yang
akan menjadi tombak dalam perang kerajaan Putri melawan kerajaan Taring Merah
yang sudah terjadi selama dua tahun terakhir ini.” Kata Jiraya. Penjelasannya
didengar oleh semua orang, sedangkan Koza hanya terdiam, bingung, tidak
mengerti apa yang dikatakan pengawal yang bernama Jiraya itu.
“Hah. Dia.? Pasti
bukan,” Jawab Putri tidak terima dengan apa yang dikatakan Jiraya. “kita belum
tahu kalau dia adalah yang diramalkan. Jadi maumu apa Jiraya.?” Tanya Putri
yang memang sepertinya ingin menentang pernyataan dari Jiraya.
Jiraya berfikir sejenak
sampai dia menemukan sebuah ide untuk memastikan apa yang dikatakannya itu
boleh jadi benar.
“Begini saja, kita
keluarkan benda itu. Bagaimana Putri.?” Tanya Jiraya meminta persetujuan Putri.
Putri tercengang
mendengar permintaan pengawalnya itu.
“Kau gila.! Bagaimana
kalau bukan dia.?” Telunjuk Putri tepat menunjuk didepan kening Koza. Koza
masih terheran-heran dengan pembicaraan Putri dan Jiraya. ‘Sebenarnya apa yang
sedang mereka bicarakan.?’ Setumpuk pertanyaan hinggap di kepala Koza. Namun
dia tetap memilih diam, kepalanya terus mengikut kearah seseorang yang sedang
berbicara. Dipalingkan kearah Putri, balik lagi ke Jiraya. Bolak-balik, kekiri
dan kekanan layaknya sedang menyaksikan pertandingan bulu tangkis yang setiap
pukulannya akan dilihat penonton dengan menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke
kanan.
“Paling…” Jiraya
menggantungkan kata-katanya .
“Paling kenapa.?” Koza
yang sedari tadi terdiam, memilih angkat bicara.
“Kau akan mati.” Jawab
Jiraya.
Koza pun sweetdrop.
Tubuhnya melemah, sedikit bergetar menopang tubuh tipisnya.
“Keluarkan pedang Sagenya,
cepat.!” Seru Putri pada Jiraya. Pedang Sage adalah pedang sakti dari neraka,
yang bisa membuktikan kalau Koza adalah orang yang diramalkan untuk menjadi
kesatria kerajaan Kuriyo.
“Baik Putri.”
Jiraya pun langsung
mengeluarkan pedang Sagenya. “Ini peganglah!” serunya, sambil memberikan pegang
itu pada Koza. Tak menunggu seruan untuk kedua kalinya, Koza pun menurut untuk
memegang pedang itu.
“Kyaaaaaaaaa.” Teriak
Koza.
“Bagaimana.?” Tanya
Jiraya amat antusias.
“Tidak terasa apa-apa.”
Jawab Koza santai, memasangkan raut muka yang polos. Tangannya terus
membalik-balikan sisi pedang itu, matanya lamat-lamat memperhatikan pedang yang
sedang dia pegang.
“Buuuuuggggggghhhh.
Jangan membuat kami kaget atas tingkah bodohmu itu.” Pukulan ketiga pun
dilayangkan Jiraya kepada Koza.
Sriiiiiiiiiinngggggg.
Tiba-tiba pedang yang masih berada di tangan Koza itu memancarkan cahaya ke
atas langit. Cahayanya membelah langit-langit malam. Kemudian pedang itu
berbicara. “WAHAI KOZA. KAU ADALAH KESATRIA YANG TELAH KU TUNGGU-TUNGGU.” Kata
pedang itu. Lalu bersamaan dengan itu mutiara merah turun dari langit seperti
petir yang menyambar menimbulkan suara yang menggelegar. Sreeessss. Suara
mutiara itu ketika terjatuh.
“Waaaahhhhh.” Serentak,
semua yang ada disana matanya terbelalak melihat kejadian itu.
“Hebat.” Seru Jiraya
yang nampak senang.
Putri terlihat bengong
tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
“Bagaimana Putri.?”
Tanya Koza, memutus Putri yang beberapa menit masih terdiam.
Hening, tak ada
jawaban.
“Bagaimana Putri.?”
Koza bertanya untuk kedua kalinya, matanya berkedip nakal kearah Putri.
“Ka-kau adalah kesatria
yang diramalkan itu, pahlawan legenda. Benar-benar tidak bisa dipercaya.” Jawab
Putri dengan tergagap. Raut mukanya saja terlihat syok, terus bergumam tidak
mempercayai kejadian tersebut. Tapi apa boleh buat, pedang sage yang sakti itu
telah menunjukan kebenarannya, bahwa Koza adalah seorang kesatria yang telah
diramalkan sejak dua tahun silam. Dia benar-benar datang dari dunia yang
berbeda, ya Koza datang dari masa depan.
Putri langsung berlari
meninggalkan Koza dan Jiraya.
“Jiraya, kenapa Putri
pergi.?” Tanya Koza, heran.
“Putri tidak apa-apa,
hanya…” lagi-lagi si kakek tua bernama Jiraya itu menggantungkan kata-katanya.
“Hanya apa kakek.?”
Koza berseru kesal sekaligus penasaran.
“Dia akan menikah
denganmu.” Jawab Jiraya.
“A-a-apa.?” Koza sontak
terkaget, tidak percaya. “kau boho-“
Buuuuuggghhhh. Jiraya
sudah mengepalkan tanganya dan memukul Koza. Koza meringis, menahan rasa sakit
karena pukulannya.
“Kau pasti bilang itu.”
Keluh Jiraya.
Sementara di kamar
putri Islamadina tengah diselimuti awan kegalauan. Putri terus berseru, ‘Aku
tidak percaya akan menikah dengan si bodoh itu.’ Dirinya benar-benar belum bisa
menerima kenyataan.
Kini Koza sudah mulai
menjalani pelatihan-pelatihan untuk ikut tempur dalam peperangan.
Di ruang latihan.
“Aduh…, dasar kakek
tua. Seenaknya saja membuatku pingsan untuk kedua kalinya sejak aku menginjakan
kaki di kerajaan ini.” Gerutu Koza.
“Kau pasti tidak mau
menikah dengan Putri ya.?” Tanya Jiraya.
Sontak Koza terkaget.
‘Bagaimana dia bisa tahu.?’ Batin Koza berbicara.
“Yah aku memang tahu
kalau kau tidak mau menikahi Putri.” Jelas Jiraya, seperti tahu betul isi hati
Koza.
“Kalau kakek tahu,
kenapa Putri harus menikah dengan orang sepertiku. Sedangkan kalian tahu kalau
aku datang dari dunia yang berbeda.” Protes Koza.
“DIAM KAU KOZA.!”
Bentak Jiraya, “dengarkan aku Koza,..” intonasi bicaranya seketika berubah,
lembut dengan memasangkan muka yang amat serius, “mau tidak mau kau harus
menikahi Putri.”
“KENAPA.?” Teriak Koza.
Anak muda ini memang tidak tahu sopan santun sama orang tua. Untung Jiraya
tidak melayangkan pukulan lagi ke perutnya.
“Karena Putri adalah
kekuatan dari pedang ini dan dirimu.”
Koza pun terdiam dan
berfikir.
“Kenapa harus menikah ?
apakah aku harus jadi seorang pelayan yang taat dan patuh pada kerajaan ini.?”
“Kalau kau tidak menikahi
Putri atau Putri tidak mau menikah denganmu…” Jiraya diam, ragu-ragu
mengatakannya.
“Jangan menggantungkan
kata-katamu Kakek.!” Seru Koza.
“Kau dan Putri akan
mati.”
Degg. Jantung Koza
seperti akan terjatuh, berdebum keras hingga hancur saat mendarat diatas
lantai. Koza pun sweetdrop karena itu.
“Jadi kau harus mau
menikah dengan Putri Islamadina.” Kata Jiraya, menarik sebuah kesimpulan.
“I-i-itu bohong kan
Jiraya.?.” Seseorang keluar dari balik pintu, tiba-tiba melayangkan pertanyaan.
Dia adalah Putri yang sejak dari tadi mendengarkan pembicaraan Jiraya dengan
Koza, mengintip dari balik pintu.
“Pu-Pup-Putri
Islamadina.! Kenapa Putri ada disini.?” Dengan gagap Jiraya bertanya.
“A-aku hanya lewat. Dan
tidak sengaja mendengar percakapan kalian.” Wajah Putri memerah, merendam malu
karena saat itu melihat Koza hanya memakai celana pendek dan tidak memakai baju
atasan. Jiraya kemudian melihat ekspresi Putri yang seperti itu dan dia menyimpulkan
sesuatu didalam hatinya, ‘Kurasa Putri sudah mulai suka dengan Koza.’ Kata hati
Jiraya berbicara.
“Hei Koza.!” Seru
Jiraya.
Koza pun memalingkan
wajahnya kearah seruan Jiraya.
“Cepat kau antar Putri
jalan-jalan.” Perintah Jiraya. Putri kaget mendengar seruan Jiraya.
“Tidak mau.” Koza
mendengus, kesal. Memasangkan muka malas.
“Ini perintah. Kalau
kau tidak mau, akan ku penggal kelapamu itu.” Gertak Jiraya.
Dari situ Koza melihat
senyum Putri yang malu-malu melihatnya dibentak oleh Jiraya. Saat Koza menatap
Putri, Putri langsung menenggelamkan senyumnya. Mungkin dia malu.
Koza pun pasrah dengan
keadaan dengan menghela nafas yang panjang.
“Baiklah.” Akhirnya
Koza menyetujui dan mau mengajak Putri Islamadina jalan-jalan keluar istana
kerajaan.
“Hei Koza.!” Jiraya
kembali memanggil Koza. Yang dipanggil langsung membalikkan badannya.
“Ada apa lagi Kakek.?”
Koza bertanya kesal.
“Apakah kau mau
mengajak Putri jalan-jalan hanya menggunakan celana pendek dan tidak
menggunakan baju.?” Jiraya melihat geli pada Koza.
Sontak Koza pun melihat
ke bawah, memeriksa tubuhnya dan ternyata kakek Jiraya benar, Koza baru sadar
akan hal itu dan dia segera menggunakan baju kesatrianya yang telah disiapkan
kakek Jiraya selama dia tinggal di kerajaan Kuriyo. Baju jirah yang berwarna
hitam telah menutupi tubuh tipisnya, Koza nampak gagah dengan baju itu dan
terlihat seperti kesatria-kesatria yang kuat.
“Jangan lupa bawa
pedang Sage itu. Lalu besok kau ikut latihan selama dua minggu di hutan
kematian.” Jelas Jiraya mengingatkan Koza.
Putri hanya diam dan
sepertinya dia mulai menyukai Koza. Dan
nampak terlukis awan kesedihan pada raut wajahnya ketika calon suaminya akan
dibawa oleh kakek Jiraya ke hutan kematian.
***
Saat diperjalan Koza
dan Putri hanya diam dan sesekali mereka mencuri-curi pandangan dan ketika
pandangan mereka bertemu kedua pipi mereka bersemu merah. Malu-malu merekahkan
senyuman. Sampai akhirnya Koza yang memulai pembicaraan, memecahkan keheningan.
“Nama lengkapmu siapa ?
apa aku harus memanggilmu Putri saja, tanpa tahu nama aslimu.?” Tanya Koza
berbasa-basi.
Sebelum menjawab,
sejenak Putri hanya terdiam. Malu menjawab pertanyaan Koza.
“Namaku lengkapku Al-Islamadina,
terserah Koza-kun saja mau memanggilku apa.” Jawab Putri yang pipinya masih
bersemu merah.
Koza pun tersipu malu
karena dipanggil dengan iming-iming kun. Baru kali ini Putri memanggil Koza
dengan panggilan jepang berbuntut kun. Beberapa hari yang lalu, Putri memang
sempat bertanya banyak hal tentang tempat asal Koza. Koza bercerita banyak
tentang tempat asalnya bagai seorang pendongeng handal dia menceritakan tempat
muasalnya dan segala kecanggihan yang membuat Negaranya terkenal dengan Negara
yang berteknologi canggih. Dan salah
satunya dia bercerita tentang panggilan Kun itu.
“Kalau aku panggil
Al-chan, bagaimana.?” Tanya Koza.
Sang Putri hanya
mengangguk kecil, tanda setuju.
“Hmm kita cari makan
yuk.?” Tanya Koza yang sudah dari tadi perutnya berteriak minta dikasih makan.
“A-a-ayo.” Jawab Putri.
Mereka pun mencari
kedai makanan yang ada di pinggir-pinggir jalan. Koza yang belum tahu kedai
mana yang enak masakannya bertanya pada Putri Al-chan.
“Al-chan.!” Seru Koza.
Putri pun menolehkan
wajahnya pada Koza yang memanggil namanya.
“Iya, Koza-kun. Ada
apa.?”
“Aku belum tahu daerah
ini. Jadi menurut Al-chan dimana tempat kedai yang enak di daerah ini.?” Tanya
Koza.
Lalu Putri berfikir
sejenak dan sekitar satu menit tiga puluh detik otaknya seperti mendapatkan
penerangan dan menemukan jawabannya.
“Aku tahu, kita makan
di kedai Ichikaru saja. Di sana tersedia makanan lengkap khas daerah ini.”
Jawab Putri sumringah memperlihatkan gigi putihnya.
***
Suasana malam hari di
kerajaan Kuriyo.
Malam yang lenggang
penuh taburan bintang di atas langit. Koza memutuskan berjalan-jalan mengelilingi
kerajaan Kuriyo. Istana yang sunyi menyisakan pengawal-pengawal yang masih terjaga.
Tiba-tiba langkah kaki Koza terhenti saat mendengar isakkan tangis seorang
wanita yang ternyata Putri Al-chan di balik jendela singgasananya yang mungkin
sengaja ia buka. Koza pun pelan-pelan menghampiri Putri yang sedang menangis.
“Kau sedang apa Al-chan.?”
Tanya Koza yang sudah mengambil posisi duduk di sebelah Putri dengan memandang
bintang yang menghiasi langit malam kerajaan Kuriyo.
“Tidak apa-apa.” Jawab
Putri. Tangannya gesit menghapus sisa-sisa airmata yang menempel di pipinya.
“Kau tidak bisa
berbohong karena setegar apapun Putri jika ada beban fikiran atau ada perasaan
tidak enak mengusik dalam hatinya pastilah ia menangis.” Koza mencoba memancing
Putri agar bisa menjelaskan apa yang kini sedang ia rasakan sampai seorang
Putri meneteskan airmatanya.?
“Aku tidak mau
kehilanganmu, karena banyak orang yang mati setelah masuk hutan itu.” Tetesan
airmatanya tak terbendung, mengalir tak hanya membasahi pipinya, bahkan basah
hingga menyentuh bibirnya yang manis.
Koza pun langsung
memeluk Putri hingga bersandar di dada bidang Koza.
“Kau harus percaya
padaku kalau aku akan kembali.” Jawab Koza menenangkan. Tangannya sedikit
menyibakkan airmata yang ada di pipi Putri.
Putri terkaget
mendengar jawaban Koza, pipinya kembali bersemu merah dan tangannya memeluk
erat tubuh tipis Koza. Tidak mau melepaskan pelukan Koza.
“Berjanjilah padaku
Koza-kun.” Kata Putri dengan suara yang bergetar.
“Ya, itu janjiku
padamu.”
Dan malam itu menjadi
saksi bisu cinta mereka berdua.
***
Waktu sudah pagi. Cahaya
matahari mengintip melalui celah-celah dedaunan, menyapu lembut kabut dingin di
pagi hari. Setelah kejadian malam itu, tak disangka Koza dan Putri akan secepat
itu saling menjatuhkan hatinya.
“Hei apa kau sudah
siap.?” Tanya Jiraya, memastikan. Pagi ini Koza dan Jiraya akan berangkat ke
hutan kematian.
“Tunggu Kakek Jiraya.”
Koza mencoba menahan keberangkatan. Dia menunggu seseorang, hanya ingin
dilihatnya sebentar saja, wajahnya yang cantik menawan, bermata sendu, bibirnya
yang manis, aaaah dia tetap ingin melihatnya terlebih dahulu sebelum dia pergi.
Jiraya yang seperti
tahu apa yang sedang dirasakan Koza, hendak meledeknya.
“Apakah kau sudah bisa
mencintai Putri.?” Senyum jahil tersungging dibibir lelaki tua yang sudah mulai
keriput itu.
Dari arah kejauhan,
terlihat Putri sedang berlari ke arah pintu gerbang kerajaan. Dia hendak
memberikan sesuatu pada Koza.
“Koza, ini.” Tangan
Putri menyodorkan sesuatu kehadapan Koza. Kemudian Dia tersenyum manis,
terlihat amat tulus tidak seperti sebelumnya saat pertemuan pertama mereka.
“Apa ini Putri.?” Tanya
Koza. Heran menatap benda yang diberikan Putri padanya.
“Ini adalah jimat
pelindung untuk Koza-Kun.” Putri mengembangkan senyuman manisnya.
Jiraya yang melihat
mereka hanya menghela nafas bahagia.
“Hei Koza, cepatlah
kita pergi.” Teriak Jiraya, mengganggu pertemuan romantis mereka.
“Hmmm. Sepertinya
memang sudah waktunya kita berpisah.” Kata Koza sedikit tertahan.
Putri hanya diam,
menahan tangis yang seketika saja bisa buncah membanjiri pipinya lagi. Entah
kenapa dia bisa memiliki rasa takut kehilangan Koza. Padahal siapalah Koza ?
dia hanya lelaki yang baru saja hadir di kehidupannya. Beruntung airmata itu
masih bisa ditahan dikantung airmata. Putri mencoba tersenyum menutupi rasa
sedihnya.
“Hati-hati ya Koza-Kun.”
Dengan malu-malu Putri mengatakannya. Tatapannya tetap terpaku pada Koza.
“Ya. Tunggu aku ya. Aku
pergi.” Koza pamit. Melambaikan tangannya.
Putri menatap Koza,
melepas kepergiannya. Terpaku di tempat dia berdiri sampai punggung Koza hilang
di ujung jalan.
“Koza, kau mencintai
Putri Islamadina ya.?” Jiraya kembali jahil menanyakan pertanyaan yang tadi
Koza biarkan melambung-lambung di angkasa tanpa sebuah jawaban darinya.
Mendengar hal itu rona
pipi Koza bersemu merah, bagaikan kepiting rebus.
“Memang aku suka
Putri.” Jawab Koza mau mengakui apa yang sedang dirasakan hatinya. Dia jawab
dengan tidak malu-malu.
***
Tak terasa mereka sudah
menjejakkan kaki di tempat tujuan. Pepohonan yang menjulang tinggi berdaun amat
kering, semak belukar yang rimba, menghitamkan pandangan, lolongan binatang
buas membahanakan seluruh penjuru hutan.
“Kita sudah sampai.”
Kata Jiraya. Matanya menyelusuri sekeliling hutan seperti elang yang sedang
mencari tempat peraduan.
“Wah hebat.” Seru Koza.
Dia menyeringai, asik memandangi apa yang ada di hutan kematian. Tak seseram
dengan yang pernah ia bayangkan sebelumnya.
“Ingat ya, kau harus
berjalan menemui binatang buas untuk menjadi tungganganmu.”
“Maksudmu dengan
binatang buas yang seperti apa.?” Koza bergiding, sedikit ada perasaan takut
kalau dia harus menunggangi binatang buas.
“Aku juga tidak tahu.
Aku belum pernah masuk ke sini, tetapi menurut ramalan itu. Di hutan ini kau
akan menunggangi hewan buas, kau sendiri yang akan menjinakkannya, tunggangan
itu dikenal dengan tunggangan legenda, jadi kau akan mengetahuinya sendiri.”
Terang Jiraya.
Koza hanya
mengangguk-anggukan kepalanya, mendengarkan dengan takzim penjelasan dari
Jiraya.
“Koza aku peringatkan
kau…” penjelasan Jiraya tertahan. Dia memperlihatkan wajah yang serius.
“Ada apa Kakek.?” Tanya
Koza tak kalah serius.
“Kau tidak boleh takut
dengan binatang yang ada dalam hutan ini dan jangan kau bunuh satu ekor semut
pun.” Kata Jiraya menerangkan.
“Kenapa begitu.?”
“Karena jika kau membunuh binatang yang ada di sisni
kau tidak akan mendapatkan tunggangan legenda itu. Ah iya, kau juga jangan
berlari kebelakang ke gerbang hutan ini sebelum kau menemukan tungganganmu itu,
kau tidak boleh kembali sekali pun kau takut teruslah berjalan ke depan.”
“Baik Kek.” Jawab Koza
dengan penuh kesungguhan dan tekad yang menggebu untuk segera bertemu dengan
tunggangan yang diramalkan. Jika dia merasa takut, dia akan mengingat wajah
Putri Al-chan yang bisa membuat rasa takutnya hilang.
Tak beberapa lama
mereka pun sampai di tempat binatang buas yang akan di tunggangi Koza. Binatang
itu ternyata naga. Naga yang sangat besar, memiliki ekor yang runcing.
Tiba-tiba seekor naga itu terbang, menukik tajam ke arah Koza. Naga itu tidak
buas seperti rupanya, ia langsung jinak dengan memegang baju kesatria Koza yang
berwarna hitam.
“Wahai Koza
tunggangilah aku, aku sudah lama menunggumu.” Naga itu berbicara.
“Eh, baik. Namamu
siapa.” Tanya Koza ragu, ‘Naga yang bisa berbicara, dia pasti punya nama.’
Fikir Koza.
“Namaku Eragon. Kau
siap Koza ? kau akan berlatih menungganiku untuk persiapan perang melawan
kerajaan Taring Merah.”
Koza hanya menganguk,
mengiyakan. Wuuuusssssshhhhhhh. Eragon dan Koza melesat ke angkasa, angin yang
kencang berada dibawahnya menyeimbangkan sayap-sayap Eragon. Di langit luas,
mereka berputar-putar. Sesekali Koza berseru,’woooooooooo’ sedikit ketakutan.
Namun dia terus mencengram erat tanduk-tanduk Eragon yang amat kokoh menancap
di atas kepalanya. Jiraya yang melihat dari bawah sangat senang melihat
kejadian itu. ‘Memang dia kesatria yang kuat’ seru Jiraya pada Koza.
Saat Eragon mendarat di
atas tanah, tak terhitung banyaknya dedaunan yang tersapu bersih oleh kedua
sayapnya.
“Ini keren Eragon.”
Seru Koza.
“Eragon ditunggangi bukan
untuk main-main Koza. Kau dilatih untuk menjaga keseimbangan saat berada di
punggungnya.” Jiraya mengingatkan.
“Iya Kek.” Jawab Koza.
***
Akhirnya sudah dua
minggu Koza berada di hutan kematian menjinakkan seekor naga yang bernama
Eragon. Naga berwarna merah api yang gagah, tanduk-tanduknya yang kokoh dan
giginya yang tajam mampu sekali mencabik tubuh beruang menjadi hancur.
Suasana di Istana
kerajaan Kuriyo.
Betapa bahagianya Putri
melihat kepulangan Koza dengan selamat. Dia melihat Koza dan Jiraya menunggangi
seekor naga yang melintas di langit kerajaan Kuriyo. ‘Aku percaya padamu
Koza-kun.’
“Hai Putri Al-chan.”
Sapa Koza setelah mendarat dihalaman istana. Putri kagum meliihatnya.
“Ko-Koza-kun.” Gagap
Putri menyapa Koza. Bagaimana mungkin ia tidak bahagia, dua minggu dia memendam
rindu dan kekhawatiran pada Koza yang hanya bisa ia sampaikan rindunya pada
langit malam. Betapa ia ingin memeluk Koza dan melepas rindunya, namun karena
malunya Putri, ia tidak melakukannya.
“Siapakah wanita cantik
itu Koza.?” Tanya Eragon, ia diam bersebelahan dengan Koza.
“Dia adalah calon
istriku Eragon. Dia Putri Al-Islamadina.” Jawab Koza dengan tegas dan
menyeringai senang memanggil nama lengkap Putri. Putri yang mendengar itu hanya
menyimpulkan senyuman malu.
“Tuan Putri, maukah
engkau menunggangi saya.?” Eragon menawarkan.
“Ayo Putri.” Tangan
Koza sudah memegang tangan Putri, membujuknya agar Putri mau menerima ajakan
Eragon. Koza menatap Putri penuh harap sampai Putri mengangukan kepalanya.
Dengan sangat senang
Putri menaiki Eragon untuk pertama kalinya bersama Koza, ia terus memeluk
punggung Koza dengan erat. Koza menikmati pelukkan dari Putri, saat berada di
angkasa, Koza memikirkan sesuatu.
“Al-chan.” Panggil Koza
pada Putri.
Putri yang senang
mendengar Koza memanggilnya dengan Al-chan. Ia mendekatkan wajahnya sambil
tetap memeluk punggung Koza.
“Ada apa Koza-kun.?”
Tanya Putri.
Koza menghela nafas
panjang. Nampak sekali ada hal yang serius yang ingin dia katakan.
“ Putri, aku sudah
menepati janjiku yang pertama.” Putri langsung tersenyum bahagia, rona bahagia
di wajahnya tengah mengembang. Ia menjawab Koza hanya dengan anggukan. “lalu
aku ingin membuat janji kedua. Aku mau membuat janji seumur hidupku.” Kata
Koza, sangat serius. Eragon yang mendengarkan Tuannya tahu situasi dan hanya
memilih diam dan terus terbang di angkasa.
“Janji apa Koza-kun.?”
Koza menghela nafas
lagi dan mulai menerangkan.
“Maukah kau menikah
denganku.?” Tanya Koza. Lalu dia mengeluarkan sebuah kotak dari saku celananya
yang berisi berlian jamrud. Putri sontak kaget dan rona di pipinya memerah
bagaikan kepiting rebus.
“A-a-aku ma-mau.” Jawab
Putri, malu-malu. Dari kedua sisi matanya sedikit mengeluarkan airmata bahagia.
Lalu Koza memakaikan cincin itu di jari manis Putri Islamadina dan ketika
Eragon mendarat di atas tanah, Koza langsung memeluk Putri. Eragon hanya diam,
tidak mau mengganggu kemesraan tuannya.
“Besok kita akan
melaksanakan pesta pernikahan kita.” kata Koza sangat antusias. Putri
menyetujuinya.
***
Hari yang dinanti pun
akhirnya datang. Koza Koma dan Putri Islamadina pun menikah. Ini adalah awal
dari semuanya. Pernikahan ini akan menjadi kekuatan yang sangat kuat untuk
melawan kerajaan Taring Merah.
“Whheeeiiiiiiii.” Semua
bersorak sangat senang karena Putri dari Kuriyo menikah. Koza sangat tampan
dengan jubah kerajaan berwarna biru. Putri juga cantik dengan segala hiasan
kerajaan, gaun dan mahkota yang ia kenakan. Suasana pernikahan berlangsung
dengan hikmat dan di isi dengan acara-acara tradisi kerajaan, tarian-tarian
hingga aksi pertandingan pengawal-pengawal beradu kekuatan dan menujukan
keahlian mereka dalam berpedang.
Saat Koza dan Putri
berpegangan tangan tiba-tiba ada sebuah pedang muncul di tengah-tengah mereka,
pedang itu berwarna putih, menyala terang. “Sreeeeettt.” Suara pedang yang ada
di tengah-tengah keduanya. Dan seketika pedang sage milik Koza pun keluar
bercahaya merah darah dan menyala terang. Kedua pedang itu melambung di udara.
Jiraya langsung mengambil kedua pedang itu dan keadaannya normal kembali.
“Pedang itu keluar
juga.” Kata Jiraya sambil membolak-balikkan sisi pedang berwarna putih itu.
Koza dan Putri terheran-heran, lalu Koza memutuskan untuk mencari penjelasan
pada Jiraya dengan bertanya padanya.
“Pedang apa itu
Jiraya.?” Tanya Koza.
“Apakah itu
pedangnya.?” Putri juga ikut bertanya pada Jiraya. Jawaban Putri dijawab dengan
sekali anggukan oleh Jiraya.
“Maksud kamu apa
Al-chan.?” Tanya Koza kembali yang tadi pertanyaan dia diabaikan. Ia ingin
mencari penjelasan.
“Itu adalah pedang dari
Surga.” Jelas Putri.
“Apa hubungannya dengan
pedang Sage ini.?” Tanya Koza lagi.
“Jika pedang ini di
pakai secara bersamaan kita akan memenangkan perang.” Jawab Jiraya.
“Oh begitu.” Koza
mengangguk-anggukan kepalanya.
“Lalu siapa yang akan
memegang pedang itu.?” Tanya Putri.
Jiraya kemudian menatap
Putri dan menghela nafas panjang.
“Sepertinya kau Putri.”
Kata Jiraya sambil memberikan pedang itu pada Putri. Putri langsung mengambil
pedang itu dari tangan Jiraya.
“Srrrrrriiiiiiiiiinnnggg.”
Pedang Surga itu berkilat memancarkan cahayanya lagi.
“BANGKITLAH WAHAI
PEDANG SURGA.” Teriak Putri sangat tegas.
Suasana kerajaan Taring
Merah.
“Mereka sedang
mengadakan pesta pernikahan Tuan. Apa kita akan menyerang sekarang ? tidak ada
waktu lagi Tuan, sebelum kedua pedang itu benar-benar menguatkan kerajaan
Kuriyo dan… dan kita akan kalah.” Kata seorang anak buah Taring Merah. Dia Nampak
cemas dengan berita Putri Islamadina dan Koza menikah.
“Aku juga sudah tidak
sabar ingin memenggal kepala pemuda dari masa depan itu. Dia datang hanya untuk
mengacau. Akan aku tebas tubuhnya hingga aku keluarkan isi perutnya dan
jantungnya akan aku jadikan makanan special untuk Orochimaru hahahahaha.” Jawab
Taring Merah yang sedang mengelus-elus mesra ular kesayangannya bernama
Orochimaru. “Kita kacaukan hari bahagia mereka.” Kata Taring merah melanjutkan
kalimatnya dengan mantap.
Berangkatlah pasukan
kerajaan Taring merah menuju kerajaan Kuriyo. Seketika langit kerajaan Kuriyo
menjadi gelap. Daun-daun berguguran berubah menjadi warna hitam, pepohonan mati
begitu saja, angin yang menerpa lebih kencang dari biasanya. Suara gemuruh, derap
kaki pasukan Taring Merah menggema, menggetarkan langit-langit kerajaan Kuriyo.
Dari arah gerbang kerajaan Kuriyo sudah terdengar suara pedang beradu. Jiraya yang
sudah tahu dengan apa yang terjadi langsung menarik tangan Koza.
“Ayo Koza, saatnya kau
tunjukan bahwa kau adalah kesatria legenda itu. Cepat panggil Eragon. Dan Putri,
sebaiknya kau bersembunyi dulu di tempat yang aman. Cepat!” Seru Jiraya.
“Ta-tapi Koza-kun…”
Putri ragu mendengar perintah Jiraya, dia tetap memegang tangan Koza, seperti
tidak mau dipisahkan.
“Dia harus bertarung
Putri, menyelamatkan kerajaan kita.” Jelas Jiraya.
“Aku ikut. Aku akan
mendampingi Koza-kun.” Jawab Putri, memaksa.
“Putri.?” Koza
tercengang mendengar jawaban Putri.
Jiraya menghela nafas
panjang, pasrah. Dia juga tidak bisa menolak permintaan Putri, mengingat dia
hanya seorang pengawal.
Wuuuuuusssshhhhhh.
Eragon datang mengepakan sayapnya yang besar. Taring Merah datang menyerang
dengan menunggangi Orochimaru. Ukuran Orochimaru sama besarnya dengan Eragon,
panah-panah kecil yang melesat tak mampu menembus ke tubuh dua binatang legenda
itu. Pedang Sage sudah di genggam erat oleh Koza.
“Serang Eragon!” Seru
Koza.
Eragon langsung terbang
menukik ke arah Taring Merah berada.
“Muntahkan bisa
mematikanmu Orochimaru.” Perintah Taring Merah, senyumnya menyungging
menganggap hal ini sangat mudah hanya melawan pemuda biasa. Tatapannya sangat
merendahkan Koza.
Byyyuuuurr. Bisa dari
taring Orochimaru menyembur pada Eragon. Seketika Eragon limbung, gerakan
sayapnya melemah sepertinya akan ada pendaratan kasar. Namun Eragon tetap
mempertahankan keseimbangannya.
“Kau baik-baik saja
Eragon ? Kau baik-baik saja kan.?” Tanya Koza mencemaskan keadaan Eragon.
“Aku baik-baik saja
Koza.” Jawab Eragon. Bisa Orochimaru masih tersisa menetes di permukaan
wajahnya. “Kau pegangan yang erat Koza. Kau siap menancapkan pedangmu di
ubun-ubun Taring Merah dan Orochimaru.?” Tanya Eragon. Sepertinya bisa itu
tidak terlalu menimbulkan efek yang buruk untuk Eragon, permukaan kulitnya yang
tebal boleh jadi tidak akan bisa menyerap bisa Orochimaru.
“Aku siap Eragon.” Jawab
Koza bersemangat.
Peperangan itu semakin memanas.
Koza dan Taring Merah terus beradu pedang. Ribuan anak panah di luncurkan. Beberapa
pasukan sudah tergeletak tak berdaya menjadi mayat-mayat yang berlumuran darah
yang masih hangat dan segar. Tubuh mereka sudah tidak berbentuk di cingcang
oleh pedang-pedang. Halaman kerajaan Kuriyo menjadi lautan darah. Pertahanan pasukan
Kuriyo mulai melemah, beberapa pasukan Taring Merah sudah mulai merangsek ke
dalam istana kerajaan. Terlihat Jiraya yang sedang kewalahan, dia di kepung
oleh lima orang sekaligus, menodongkan pedang yang runcing ke arahnya.
“Kalian cari mati
denganku. Hyaaaaatt.” Kata Jiraya sambil menebaskan pedangnya dengan gaya
sekali putaran, menebas perut kelima pasukan lawan. Usus-usus mereka menyembul
keluar, memuntahkan segala isi perutnya.
“Putri kita terpanah. PUTRI
TERPANAH.” Salah satu prajurit berteriak sangat kencang. Semua wajah tertoleh
ke arahnya. Terlihat Putri sudah disangga di atas lengannya. Anak panah itu menancap
tepat di jantung Putri.
Koza terkaget dan amat
terpukul mendengarnya. Ia langsung menyuruh Eragon untuk mendekat ke arah
Putri. Kesempatan seperti ini langsung di manfaatkan oleh Taring Merah dan
pasukanya yang terus kejam menikam.
“Pu-putri Al-chan.?” Bibir
Koza bergetar, bertanya. Dia mengusap kedua ujung matanya.
“Koza-kun.” Airmata Putri
sudah mengalir di pipinya. Suaranya serak menjawab, nafasnya sedikit tersengal.
Koza mengusap lembut
airmata Putri.
“Bertahanlah istriku.” Airmatanya
sudah tak terbendung lagi. “Aku akan mencabut panahnya, kau harus kuat.” Kata Koza.
Airmata Putri hangat menetes di salah satu lengan Koza.
Putri meringis menahan
rasa sakit. Setelah anak panahnya tercabut Koza langsung menggerang marah,
sorotan matanya tajam. Seketika itu Koza berubah, tubuhnya menyatu dengan
Eragon menjadi monster legenda. Kemarahannya tak bisa dikendalikan, monster
legenda mengobrak-abrikan peperangan menghantam apa saja yang ada di hadapanya.
Taring Merah tercengang melihatnya, beberapa pasukannya bergidig dan lari
terbirit-birit.
“Hadapi monster itu
pengecut.” Teriak Taring Merah pada pasukannya. Pasukannya tak menuruti
perintahnya. Tubuh mereka bergetar melihat monster legenda yang menakutkan. Sekali
hembusan api dari mulut monster itu bisa memasakkan puluhan daging manusia.
Akhirnya Taring Merah
yang menghadapi monster legenda dengan didampingi ular raksasanya bernama
Orochimaru itu.
Sorotan mata monster
legenda sangat memburu tajam kearah Taring Merah. Dari lubang hidungnya
terdengar suara dengusan nafas yang sangat panas dan kasar.
“Grrrrroooooooooooaaaaaaaaaa.”
Monster legenda berteriak. Tubuhnya yang besar langsung lari memburu Taring
Merah. Dengan satu kali gigitan mengunakan gigi-giginya yang tajam menikam
Orochimaru yang seketika tubuhnya jatuh berdebum keras di atas tanah, tak
berdaya. Hanya menyisakakan Taring Merah yang memegang erat-erat pedangnya. Dan
tak lama setelah itu, monster legenda langsung menyerang, mencabik-cabik tubuh
Taring Merah hingga hancur. Darah segar Taring Merah muncrat, sebagiannya sudah
mengalir membentuk kelokan di atas tanah.
Perang pun berakhir. Ribuan
tumpukkan mayat tergeletak tak beraturan. Langit kerajaan Kuriyo kembali
terang, matahari sudah mengintip di atas langit. Awan-awan hitam menipis dan
menghilang oleh hembusan angin.
***
Satu minggu berlalu
setelah peperangan antara kerajaan Kuriyo melawan kerajaan Taring Merah.
“Aku harus kembali ke
tempat asalku. Jepang.” Keluh Koza.
“Kau akan
meninggalkanku.?” Putri bertanya ketus.
“E-e-bukan begitu…”
jawab Koza, menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Bingung mencari jawaban
dari pertanyaan Putri.
“Kau bisa mengajak
Putri ke tempat asalmu Koza.” Kata Jiraya yang tiba-tiba datang menengahi
pembicaraan mereka.
“Kakek tidak sedang
bergurau bukan ? bagaimana mungkin Putri bisa…”
Bruuuuuggg. Jiraya
memukul telak perut Koza. “Kau jangan membuat istri kau sedih Koza. Kau tega
sekali meninggalkan istri yang sedang hamil muda.”
“Apa? Putri hamil.?” Mata
bulat Koza terbelalak. “apa itu benar Putri.?” Tanya Koza.
Yang di tanya hanya
diam kemudian mengangguk kecil.
“Lantas bagaimana caranya
aku bisa kembali ke Jepang dan mengajak Putri ke sana Kek.?”
“Kalian bisa
menggunakan pedang Sage dan pedang dari surga itu untuk menembus waktu.” Jawab Jiraya.
“Benarkah.?” Tanya Koza
dan Putri hampir bersamaan. Jiraya mengangguk yakin.
Akhirnya Putri ikut
bersama Koza ke masa depan tempat dimana Koza tinggal. Mereka bisa pergi ke
masa depan dan masa lalu dengan menggunakan pedang Sage dan pedang surganya,
melewati batas waktu. Panah yang menancap ke jantung putri waktu itu tidak
terlalu dalam dan bisa disembuhkan oleh pedang surga. Dan Jiraya kemudian diangkat
menjadi seorang panglima kerajaan Kuriyo.
THE
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar