Hujan

Hujan
Sang Pengagum Hujan

Sabtu, 14 September 2013

HERO KINGDOM KURIYO

Ide cerita ini dibuat oleh seseorang yang terinspirasi oleh Al-chan ( Aku :D ), Naruto, Komik Hero dan The Movie Eragon.

Maaf kalau cerita yang aku tulis jelek atau tidak sesuai dengan idenya. :') mari kita baca. Here We Go. ! :)

Ide Cerita : Koza-Kun
Editor & Penulis Naskah : Al-Islamadina


Suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Koza Koma. Dia mengalami hal yang aneh dimana ruhnya kembali ke masa lalu saat kerajaan Kuriyo yang di pimpin oleh ratu yang cantik bernama Al-Islamadina.

            “Aaawww di-dimana aku.?” Seseorang sedang berlari ke arah Koza. Bruuuggggg. Mereka pun bertabrakan.

            “Heiii kau tidak punya mata ya.?” Kata Putri Islamadina.

            “Justru kau yang tidak punya mata.” Koza terkaget melihat wanita yang cantik yang ada di depannya.

            “Kau tidak tahu siapa aku hah.?” Bentak Putri.

            “Memang kau siapa ? seorang Putri kah ?.” Koza bertanya bego. 

            “Memang aku seorang Putri!” jawabnya ketus.

            “Heii kau sedang mimpi ya ? di zaman ini tidak ada yang namanya Putri.” Koza menutup mulutnya, menahan tawa.

            Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berpakaian seorang pengawal menghampiri, melihat mereka berdua duduk diatas tanah.

            “Hei apa yang kau lakukan bodoh.” Katanya tegas, menatap tajam ke arah Koza. “kau pencuri.?” Matanya menyelidik. Dengan penuh kecurigaan, pengawal itu langsung menghantamkan pukulannya pada perut Koza, hingga Koza jatuh pingsan.

“Pengawaaaal.” Teriak Putri.

            “Ada apa putri.?” Tanya salah seorang pengawal yang bernama Jiraya. Seorang pengawal yang sudah uzur yang setia melayani Putri dan mengabdikan dirinya pada kerajaan Kuriyo.

            “Cepat bawa dia pergi.” Serunya galak. Matanya menyorotkan tatapan yang tajam dan tidak suka dengan laki-laki yang tak berdaya, tergeletak diatas tanah.

            “Siap.” Jiraya menurut. Sebelum Jiraya membawanya pergi, dia membangukan Koza terlebih dahulu.
            “Hei bangun kau.” Gertak Jiraya. Akhinya Koza terbangun dari pingsannya. Kedua tangannya mengucek-ngucek mata, seraya memegang perutnya dan berseru.

            “Aduh perutku.!” Keluhnya sambil memegang bagian perutnya yang terasa berdenyut-denyut.
            “Sebenarnya kau berasal dari mana.?” Tanya putri Islamadina.

Koza baru tersadar, putri yang tadi dia tabrak sudah berdiri tegak dihadapannya. Dia berdiri lalu mengepuk-ngepuk bajunya yang kotor terkena tanah. Tak lama Koza pun menjawab pertanyaan putri.
“Aku berasal dari Jepang!” Kata Koza.

“Jepang mana.?” Tanya putri yang keheranan. ‘Jepang, ah itu nama kerajaan.?‘ Batin putri bertanya-tanya.

“Jepang itu sebuah Negara yang memiliki teknologi yang sudah maju.” Jelas Koza. Putri hanya diam menahan tawa. 

“Kenapa kau tertawa.? Ada yang aneh dengan jawabanku, hah.? Tanya Koza. Jelas dia bertanya seperti itu, apanya yang lucu dari jawabannya.?

 “Buuuugggghhhhh.” Sebelum putri menjawab pertanyaannya, Dia dipukul pada bagian perutnya oleh pengawal.

“Jangan berkata tidak sopan di depan putri.” Bentak Pengawal.

Beberapa menit Koza meringis menahan rasa sakit pada perutnya. Sedangkan Jiraya dan Putri terus mengamati setiap gerak-geriknya.

“Sepertinya dia adalah orang yang diramalkan.” Kata Jiraya yang tiba-tiba menyimpulkan sesuatu yang sejak tadi dia mencurigai pemuda aneh yang tiba-tiba datang ke kerajaan Kuriyo.

“Apa maksud kau Jiraya.?” Tanya putri, seketika terkaget dengan apa yang baru saja Jiraya katakan.

“Dia mungkin orang yang akan menjadi tombak dalam perang kerajaan Putri melawan kerajaan Taring Merah yang sudah terjadi selama dua tahun terakhir ini.” Kata Jiraya. Penjelasannya didengar oleh semua orang, sedangkan Koza hanya terdiam, bingung, tidak mengerti apa yang dikatakan pengawal yang bernama Jiraya itu. 

“Hah. Dia.? Pasti bukan,” Jawab Putri tidak terima dengan apa yang dikatakan Jiraya. “kita belum tahu kalau dia adalah yang diramalkan. Jadi maumu apa Jiraya.?” Tanya Putri yang memang sepertinya ingin menentang pernyataan dari Jiraya.

Jiraya berfikir sejenak sampai dia menemukan sebuah ide untuk memastikan apa yang dikatakannya itu boleh jadi benar.

“Begini saja, kita keluarkan benda itu. Bagaimana Putri.?” Tanya Jiraya meminta persetujuan Putri.
Putri tercengang mendengar permintaan pengawalnya itu. 

“Kau gila.! Bagaimana kalau bukan dia.?” Telunjuk Putri tepat menunjuk didepan kening Koza. Koza masih terheran-heran dengan pembicaraan Putri dan Jiraya. ‘Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan.?’ Setumpuk pertanyaan hinggap di kepala Koza. Namun dia tetap memilih diam, kepalanya terus mengikut kearah seseorang yang sedang berbicara. Dipalingkan kearah Putri, balik lagi ke Jiraya. Bolak-balik, kekiri dan kekanan layaknya sedang menyaksikan pertandingan bulu tangkis yang setiap pukulannya akan dilihat penonton dengan menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.

“Paling…” Jiraya menggantungkan kata-katanya .

“Paling kenapa.?” Koza yang sedari tadi terdiam, memilih angkat bicara. 

“Kau akan mati.” Jawab Jiraya. 

Koza pun sweetdrop. Tubuhnya melemah, sedikit bergetar menopang tubuh tipisnya.

“Keluarkan pedang Sagenya, cepat.!” Seru Putri pada Jiraya. Pedang Sage adalah pedang sakti dari neraka, yang bisa membuktikan kalau Koza adalah orang yang diramalkan untuk menjadi kesatria kerajaan Kuriyo.

“Baik Putri.” 

Jiraya pun langsung mengeluarkan pedang Sagenya. “Ini peganglah!” serunya, sambil memberikan pegang itu pada Koza. Tak menunggu seruan untuk kedua kalinya, Koza pun menurut untuk memegang pedang itu.

“Kyaaaaaaaaa.” Teriak Koza.

“Bagaimana.?” Tanya Jiraya amat antusias.

“Tidak terasa apa-apa.” Jawab Koza santai, memasangkan raut muka yang polos. Tangannya terus membalik-balikan sisi pedang itu, matanya lamat-lamat memperhatikan pedang yang sedang dia pegang.

“Buuuuuggggggghhhh. Jangan membuat kami kaget atas tingkah bodohmu itu.” Pukulan ketiga pun dilayangkan Jiraya kepada Koza.

Sriiiiiiiiiinngggggg. Tiba-tiba pedang yang masih berada di tangan Koza itu memancarkan cahaya ke atas langit. Cahayanya membelah langit-langit malam. Kemudian pedang itu berbicara. “WAHAI KOZA. KAU ADALAH KESATRIA YANG TELAH KU TUNGGU-TUNGGU.” Kata pedang itu. Lalu bersamaan dengan itu mutiara merah turun dari langit seperti petir yang menyambar menimbulkan suara yang menggelegar. Sreeessss. Suara mutiara itu ketika terjatuh.

“Waaaahhhhh.” Serentak, semua yang ada disana matanya terbelalak melihat kejadian itu.

“Hebat.” Seru Jiraya yang nampak senang.

Putri terlihat bengong tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

“Bagaimana Putri.?” Tanya Koza, memutus Putri yang beberapa menit masih terdiam.

Hening, tak ada jawaban.

“Bagaimana Putri.?” Koza bertanya untuk kedua kalinya, matanya berkedip nakal kearah Putri.

“Ka-kau adalah kesatria yang diramalkan itu, pahlawan legenda. Benar-benar tidak bisa dipercaya.” Jawab Putri dengan tergagap. Raut mukanya saja terlihat syok, terus bergumam tidak mempercayai kejadian tersebut. Tapi apa boleh buat, pedang sage yang sakti itu telah menunjukan kebenarannya, bahwa Koza adalah seorang kesatria yang telah diramalkan sejak dua tahun silam. Dia benar-benar datang dari dunia yang berbeda, ya Koza datang dari masa depan.

Putri langsung berlari meninggalkan Koza dan Jiraya.

“Jiraya, kenapa Putri pergi.?” Tanya Koza, heran.

“Putri tidak apa-apa, hanya…” lagi-lagi si kakek tua bernama Jiraya itu menggantungkan kata-katanya.

“Hanya apa kakek.?” Koza berseru kesal sekaligus penasaran. 

“Dia akan menikah denganmu.” Jawab Jiraya.

“A-a-apa.?” Koza sontak terkaget, tidak percaya. “kau boho-“

Buuuuuggghhhh. Jiraya sudah mengepalkan tanganya dan memukul Koza. Koza meringis, menahan rasa sakit karena pukulannya. 

“Kau pasti bilang itu.” Keluh Jiraya.

Sementara di kamar putri Islamadina tengah diselimuti awan kegalauan. Putri terus berseru, ‘Aku tidak percaya akan menikah dengan si bodoh itu.’ Dirinya benar-benar belum bisa menerima kenyataan.

Kini Koza sudah mulai menjalani pelatihan-pelatihan untuk ikut tempur dalam peperangan.

Di ruang latihan.

“Aduh…, dasar kakek tua. Seenaknya saja membuatku pingsan untuk kedua kalinya sejak aku menginjakan kaki di kerajaan ini.” Gerutu Koza.

“Kau pasti tidak mau menikah dengan Putri ya.?” Tanya Jiraya.

Sontak Koza terkaget. ‘Bagaimana dia bisa tahu.?’ Batin Koza berbicara.

“Yah aku memang tahu kalau kau tidak mau menikahi Putri.” Jelas Jiraya, seperti tahu betul isi hati Koza.

“Kalau kakek tahu, kenapa Putri harus menikah dengan orang sepertiku. Sedangkan kalian tahu kalau aku datang dari dunia yang berbeda.” Protes Koza.

“DIAM KAU KOZA.!” Bentak Jiraya, “dengarkan aku Koza,..” intonasi bicaranya seketika berubah, lembut dengan memasangkan muka yang amat serius, “mau tidak mau kau harus menikahi Putri.” 

“KENAPA.?” Teriak Koza. Anak muda ini memang tidak tahu sopan santun sama orang tua. Untung Jiraya tidak melayangkan pukulan lagi ke perutnya.

“Karena Putri adalah kekuatan dari pedang ini dan dirimu.”

Koza pun terdiam dan berfikir. 

“Kenapa harus menikah ? apakah aku harus jadi seorang pelayan yang taat dan patuh pada kerajaan ini.?” 

“Kalau kau tidak menikahi Putri atau Putri tidak mau menikah denganmu…” Jiraya diam, ragu-ragu mengatakannya.

“Jangan menggantungkan kata-katamu Kakek.!” Seru Koza.

“Kau dan Putri akan mati.”

Degg. Jantung Koza seperti akan terjatuh, berdebum keras hingga hancur saat mendarat diatas lantai. Koza pun sweetdrop karena itu.

“Jadi kau harus mau menikah dengan Putri Islamadina.” Kata Jiraya, menarik sebuah kesimpulan.

“I-i-itu bohong kan Jiraya.?.” Seseorang keluar dari balik pintu, tiba-tiba melayangkan pertanyaan. Dia adalah Putri yang sejak dari tadi mendengarkan pembicaraan Jiraya dengan Koza, mengintip dari balik pintu.
 
“Pu-Pup-Putri Islamadina.! Kenapa Putri ada disini.?” Dengan gagap Jiraya bertanya.

“A-aku hanya lewat. Dan tidak sengaja mendengar percakapan kalian.” Wajah Putri memerah, merendam malu karena saat itu melihat Koza hanya memakai celana pendek dan tidak memakai baju atasan. Jiraya kemudian melihat ekspresi Putri yang seperti itu dan dia menyimpulkan sesuatu didalam hatinya, ‘Kurasa Putri sudah mulai suka dengan Koza.’ Kata hati Jiraya berbicara.

“Hei Koza.!” Seru Jiraya.

Koza pun memalingkan wajahnya kearah seruan Jiraya.

“Cepat kau antar Putri jalan-jalan.” Perintah Jiraya. Putri kaget mendengar seruan Jiraya.

“Tidak mau.” Koza mendengus, kesal. Memasangkan muka malas.

“Ini perintah. Kalau kau tidak mau, akan ku penggal kelapamu itu.” Gertak Jiraya. 

Dari situ Koza melihat senyum Putri yang malu-malu melihatnya dibentak oleh Jiraya. Saat Koza menatap Putri, Putri langsung menenggelamkan senyumnya. Mungkin dia malu.

Koza pun pasrah dengan keadaan dengan menghela nafas yang panjang.

“Baiklah.” Akhirnya Koza menyetujui dan mau mengajak Putri Islamadina jalan-jalan keluar istana kerajaan. 

“Hei Koza.!” Jiraya kembali memanggil Koza. Yang dipanggil langsung membalikkan badannya. 

“Ada apa lagi Kakek.?” Koza bertanya kesal.

“Apakah kau mau mengajak Putri jalan-jalan hanya menggunakan celana pendek dan tidak menggunakan baju.?” Jiraya melihat geli pada Koza.

Sontak Koza pun melihat ke bawah, memeriksa tubuhnya dan ternyata kakek Jiraya benar, Koza baru sadar akan hal itu dan dia segera menggunakan baju kesatrianya yang telah disiapkan kakek Jiraya selama dia tinggal di kerajaan Kuriyo. Baju jirah yang berwarna hitam telah menutupi tubuh tipisnya, Koza nampak gagah dengan baju itu dan terlihat seperti kesatria-kesatria yang kuat.  

“Jangan lupa bawa pedang Sage itu. Lalu besok kau ikut latihan selama dua minggu di hutan kematian.” Jelas Jiraya mengingatkan Koza. 

Putri hanya diam dan sepertinya dia mulai menyukai  Koza. Dan nampak terlukis awan kesedihan pada raut wajahnya ketika calon suaminya akan dibawa oleh kakek Jiraya ke hutan kematian.

***  

Saat diperjalan Koza dan Putri hanya diam dan sesekali mereka mencuri-curi pandangan dan ketika pandangan mereka bertemu kedua pipi mereka bersemu merah. Malu-malu merekahkan senyuman. Sampai akhirnya Koza yang memulai pembicaraan, memecahkan keheningan. 

“Nama lengkapmu siapa ? apa aku harus memanggilmu Putri saja, tanpa tahu nama aslimu.?” Tanya Koza berbasa-basi.

Sebelum menjawab, sejenak Putri hanya terdiam. Malu menjawab pertanyaan Koza.

“Namaku lengkapku Al-Islamadina, terserah Koza-kun saja mau memanggilku apa.” Jawab Putri yang pipinya masih bersemu merah.

Koza pun tersipu malu karena dipanggil dengan iming-iming kun. Baru kali ini Putri memanggil Koza dengan panggilan jepang berbuntut kun. Beberapa hari yang lalu, Putri memang sempat bertanya banyak hal tentang tempat asal Koza. Koza bercerita banyak tentang tempat asalnya bagai seorang pendongeng handal dia menceritakan tempat muasalnya dan segala kecanggihan yang membuat Negaranya terkenal dengan Negara yang berteknologi canggih. Dan  salah satunya dia bercerita tentang panggilan Kun itu. 

“Kalau aku panggil Al-chan, bagaimana.?” Tanya Koza. 

Sang Putri hanya mengangguk kecil, tanda setuju. 

“Hmm kita cari makan yuk.?” Tanya Koza yang sudah dari tadi perutnya berteriak minta dikasih makan.

“A-a-ayo.” Jawab Putri. 

Mereka pun mencari kedai makanan yang ada di pinggir-pinggir jalan. Koza yang belum tahu kedai mana yang enak masakannya bertanya pada Putri Al-chan.

“Al-chan.!” Seru Koza.

Putri pun menolehkan wajahnya pada Koza yang memanggil namanya.

“Iya, Koza-kun. Ada apa.?”

“Aku belum tahu daerah ini. Jadi menurut Al-chan dimana tempat kedai yang enak di daerah ini.?” Tanya Koza.

Lalu Putri berfikir sejenak dan sekitar satu menit tiga puluh detik otaknya seperti mendapatkan penerangan dan menemukan jawabannya.

“Aku tahu, kita makan di kedai Ichikaru saja. Di sana tersedia makanan lengkap khas daerah ini.” Jawab Putri sumringah memperlihatkan gigi putihnya. 

*** 

Suasana malam hari di kerajaan Kuriyo.

Malam yang lenggang penuh taburan bintang di atas langit. Koza memutuskan berjalan-jalan mengelilingi kerajaan Kuriyo. Istana yang sunyi menyisakan pengawal-pengawal yang masih terjaga. Tiba-tiba langkah kaki Koza terhenti saat mendengar isakkan tangis seorang wanita yang ternyata Putri Al-chan di balik jendela singgasananya yang mungkin sengaja ia buka. Koza pun pelan-pelan menghampiri Putri yang sedang menangis.

“Kau sedang apa Al-chan.?” Tanya Koza yang sudah mengambil posisi duduk di sebelah Putri dengan memandang bintang yang menghiasi langit malam kerajaan Kuriyo.

“Tidak apa-apa.” Jawab Putri. Tangannya gesit menghapus sisa-sisa airmata yang menempel di pipinya.

“Kau tidak bisa berbohong karena setegar apapun Putri jika ada beban fikiran atau ada perasaan tidak enak mengusik dalam hatinya pastilah ia menangis.” Koza mencoba memancing Putri agar bisa menjelaskan apa yang kini sedang ia rasakan sampai seorang Putri meneteskan airmatanya.?

“Aku tidak mau kehilanganmu, karena banyak orang yang mati setelah masuk hutan itu.” Tetesan airmatanya tak terbendung, mengalir tak hanya membasahi pipinya, bahkan basah hingga menyentuh bibirnya yang manis.

Koza pun langsung memeluk Putri hingga bersandar di dada bidang Koza.

“Kau harus percaya padaku kalau aku akan kembali.” Jawab Koza menenangkan. Tangannya sedikit menyibakkan airmata yang ada di pipi Putri. 

Putri terkaget mendengar jawaban Koza, pipinya kembali bersemu merah dan tangannya memeluk erat tubuh tipis Koza. Tidak mau melepaskan pelukan Koza. 

“Berjanjilah padaku Koza-kun.” Kata Putri dengan suara yang bergetar.

“Ya, itu janjiku padamu.” 

Dan malam itu menjadi saksi bisu cinta mereka berdua.

***  

Waktu sudah pagi. Cahaya matahari mengintip melalui celah-celah dedaunan, menyapu lembut kabut dingin di pagi hari. Setelah kejadian malam itu, tak disangka Koza dan Putri akan secepat itu saling menjatuhkan hatinya. 

“Hei apa kau sudah siap.?” Tanya Jiraya, memastikan. Pagi ini Koza dan Jiraya akan berangkat ke hutan kematian.

“Tunggu Kakek Jiraya.” Koza mencoba menahan keberangkatan. Dia menunggu seseorang, hanya ingin dilihatnya sebentar saja, wajahnya yang cantik menawan, bermata sendu, bibirnya yang manis, aaaah dia tetap ingin melihatnya terlebih dahulu sebelum dia pergi.

Jiraya yang seperti tahu apa yang sedang dirasakan Koza, hendak meledeknya.

“Apakah kau sudah bisa mencintai Putri.?” Senyum jahil tersungging dibibir lelaki tua yang sudah mulai keriput itu.

Dari arah kejauhan, terlihat Putri sedang berlari ke arah pintu gerbang kerajaan. Dia hendak memberikan sesuatu pada Koza. 

“Koza, ini.” Tangan Putri menyodorkan sesuatu kehadapan Koza. Kemudian Dia tersenyum manis, terlihat amat tulus tidak seperti sebelumnya saat pertemuan pertama mereka.

“Apa ini Putri.?” Tanya Koza. Heran menatap benda yang diberikan Putri padanya.

“Ini adalah jimat pelindung untuk Koza-Kun.” Putri mengembangkan senyuman manisnya.

Jiraya yang melihat mereka hanya menghela nafas bahagia. 

“Hei Koza, cepatlah kita pergi.” Teriak Jiraya, mengganggu pertemuan romantis mereka.

“Hmmm. Sepertinya memang sudah waktunya kita berpisah.” Kata Koza sedikit tertahan. 

Putri hanya diam, menahan tangis yang seketika saja bisa buncah membanjiri pipinya lagi. Entah kenapa dia bisa memiliki rasa takut kehilangan Koza. Padahal siapalah Koza ? dia hanya lelaki yang baru saja hadir di kehidupannya. Beruntung airmata itu masih bisa ditahan dikantung airmata. Putri mencoba tersenyum menutupi rasa sedihnya. 

“Hati-hati ya Koza-Kun.” Dengan malu-malu Putri mengatakannya. Tatapannya tetap terpaku pada Koza.

“Ya. Tunggu aku ya. Aku pergi.” Koza pamit. Melambaikan tangannya. 

Putri menatap Koza, melepas kepergiannya. Terpaku di tempat dia berdiri sampai punggung Koza hilang di ujung jalan.

“Koza, kau mencintai Putri Islamadina ya.?” Jiraya kembali jahil menanyakan pertanyaan yang tadi Koza biarkan melambung-lambung di angkasa tanpa sebuah jawaban darinya. 

Mendengar hal itu rona pipi Koza bersemu merah, bagaikan kepiting rebus.

“Memang aku suka Putri.” Jawab Koza mau mengakui apa yang sedang dirasakan hatinya. Dia jawab dengan tidak malu-malu.

***
Tak terasa mereka sudah menjejakkan kaki di tempat tujuan. Pepohonan yang menjulang tinggi berdaun amat kering, semak belukar yang rimba, menghitamkan pandangan, lolongan binatang buas membahanakan seluruh penjuru hutan.

“Kita sudah sampai.” Kata Jiraya. Matanya menyelusuri sekeliling hutan seperti elang yang sedang mencari tempat peraduan.

“Wah hebat.” Seru Koza. Dia menyeringai, asik memandangi apa yang ada di hutan kematian. Tak seseram dengan yang pernah ia bayangkan sebelumnya.

“Ingat ya, kau harus berjalan menemui binatang buas untuk menjadi tungganganmu.” 

“Maksudmu dengan binatang buas yang seperti apa.?” Koza bergiding, sedikit ada perasaan takut kalau dia harus menunggangi binatang buas.

“Aku juga tidak tahu. Aku belum pernah masuk ke sini, tetapi menurut ramalan itu. Di hutan ini kau akan menunggangi hewan buas, kau sendiri yang akan menjinakkannya, tunggangan itu dikenal dengan tunggangan legenda, jadi kau akan mengetahuinya sendiri.” Terang Jiraya. 

Koza hanya mengangguk-anggukan kepalanya, mendengarkan dengan takzim penjelasan dari Jiraya.

“Koza aku peringatkan kau…” penjelasan Jiraya tertahan. Dia memperlihatkan wajah yang serius.

“Ada apa Kakek.?” Tanya Koza tak kalah serius.

“Kau tidak boleh takut dengan binatang yang ada dalam hutan ini dan jangan kau bunuh satu ekor semut pun.” Kata Jiraya menerangkan.

“Kenapa begitu.?” 

“Karena  jika kau membunuh binatang yang ada di sisni kau tidak akan mendapatkan tunggangan legenda itu. Ah iya, kau juga jangan berlari kebelakang ke gerbang hutan ini sebelum kau menemukan tungganganmu itu, kau tidak boleh kembali sekali pun kau takut teruslah berjalan ke depan.”

“Baik Kek.” Jawab Koza dengan penuh kesungguhan dan tekad yang menggebu untuk segera bertemu dengan tunggangan yang diramalkan. Jika dia merasa takut, dia akan mengingat wajah Putri Al-chan yang bisa membuat rasa takutnya hilang.

Tak beberapa lama mereka pun sampai di tempat binatang buas yang akan di tunggangi Koza. Binatang itu ternyata naga. Naga yang sangat besar, memiliki ekor yang runcing. Tiba-tiba seekor naga itu terbang, menukik tajam ke arah Koza. Naga itu tidak buas seperti rupanya, ia langsung jinak dengan memegang baju kesatria Koza yang berwarna hitam.

“Wahai Koza tunggangilah aku, aku sudah lama menunggumu.” Naga itu berbicara. 

“Eh, baik. Namamu siapa.” Tanya Koza ragu, ‘Naga yang bisa berbicara, dia pasti punya nama.’ Fikir Koza.

“Namaku Eragon. Kau siap Koza ? kau akan berlatih menungganiku untuk persiapan perang melawan kerajaan Taring Merah.” 

Koza hanya menganguk, mengiyakan. Wuuuusssssshhhhhhh. Eragon dan Koza melesat ke angkasa, angin yang kencang berada dibawahnya menyeimbangkan sayap-sayap Eragon. Di langit luas, mereka berputar-putar. Sesekali Koza berseru,’woooooooooo’ sedikit ketakutan. Namun dia terus mencengram erat tanduk-tanduk Eragon yang amat kokoh menancap di atas kepalanya. Jiraya yang melihat dari bawah sangat senang melihat kejadian itu. ‘Memang dia kesatria yang kuat’ seru Jiraya pada Koza.

Saat Eragon mendarat di atas tanah, tak terhitung banyaknya dedaunan yang tersapu bersih oleh kedua sayapnya.

“Ini keren Eragon.” Seru Koza. 

“Eragon ditunggangi bukan untuk main-main Koza. Kau dilatih untuk menjaga keseimbangan saat berada di punggungnya.” Jiraya mengingatkan.

“Iya Kek.” Jawab Koza.
 
*** 

Akhirnya sudah dua minggu Koza berada di hutan kematian menjinakkan seekor naga yang bernama Eragon. Naga berwarna merah api yang gagah, tanduk-tanduknya yang kokoh dan giginya yang tajam mampu sekali mencabik tubuh beruang menjadi hancur. 

Suasana di Istana kerajaan Kuriyo. 

Betapa bahagianya Putri melihat kepulangan Koza dengan selamat. Dia melihat Koza dan Jiraya menunggangi seekor naga yang melintas di langit kerajaan Kuriyo. ‘Aku percaya padamu Koza-kun.’

“Hai Putri Al-chan.” Sapa Koza setelah mendarat dihalaman istana. Putri kagum meliihatnya.

“Ko-Koza-kun.” Gagap Putri menyapa Koza. Bagaimana mungkin ia tidak bahagia, dua minggu dia memendam rindu dan kekhawatiran pada Koza yang hanya bisa ia sampaikan rindunya pada langit malam. Betapa ia ingin memeluk Koza dan melepas rindunya, namun karena malunya Putri, ia tidak melakukannya.

“Siapakah wanita cantik itu Koza.?” Tanya Eragon, ia diam bersebelahan dengan Koza.

“Dia adalah calon istriku Eragon. Dia Putri Al-Islamadina.” Jawab Koza dengan tegas dan menyeringai senang memanggil nama lengkap Putri. Putri yang mendengar itu hanya menyimpulkan senyuman malu.

“Tuan Putri, maukah engkau menunggangi saya.?” Eragon menawarkan.

“Ayo Putri.” Tangan Koza sudah memegang tangan Putri, membujuknya agar Putri mau menerima ajakan Eragon. Koza menatap Putri penuh harap sampai Putri mengangukan kepalanya.

Dengan sangat senang Putri menaiki Eragon untuk pertama kalinya bersama Koza, ia terus memeluk punggung Koza dengan erat. Koza menikmati pelukkan dari Putri, saat berada di angkasa, Koza memikirkan sesuatu.

“Al-chan.” Panggil Koza pada Putri. 

Putri yang senang mendengar Koza memanggilnya dengan Al-chan. Ia mendekatkan wajahnya sambil tetap memeluk punggung Koza.

“Ada apa Koza-kun.?” Tanya Putri.

Koza menghela nafas panjang. Nampak sekali ada hal yang serius yang ingin dia katakan.

“ Putri, aku sudah menepati janjiku yang pertama.” Putri langsung tersenyum bahagia, rona bahagia di wajahnya tengah mengembang. Ia menjawab Koza hanya dengan anggukan. “lalu aku ingin membuat janji kedua. Aku mau membuat janji seumur hidupku.” Kata Koza, sangat serius. Eragon yang mendengarkan Tuannya tahu situasi dan hanya memilih diam dan terus terbang di angkasa.

“Janji apa Koza-kun.?” 

Koza menghela nafas lagi dan mulai menerangkan.

“Maukah kau menikah denganku.?” Tanya Koza. Lalu dia mengeluarkan sebuah kotak dari saku celananya yang berisi berlian jamrud. Putri sontak kaget dan rona di pipinya memerah bagaikan kepiting rebus.

“A-a-aku ma-mau.” Jawab Putri, malu-malu. Dari kedua sisi matanya sedikit mengeluarkan airmata bahagia. Lalu Koza memakaikan cincin itu di jari manis Putri Islamadina dan ketika Eragon mendarat di atas tanah, Koza langsung memeluk Putri. Eragon hanya diam, tidak mau mengganggu kemesraan tuannya. 

“Besok kita akan melaksanakan pesta pernikahan kita.” kata Koza sangat antusias. Putri menyetujuinya.

*** 

Hari yang dinanti pun akhirnya datang. Koza Koma dan Putri Islamadina pun menikah. Ini adalah awal dari semuanya. Pernikahan ini akan menjadi kekuatan yang sangat kuat untuk melawan kerajaan Taring Merah.

“Whheeeiiiiiiii.” Semua bersorak sangat senang karena Putri dari Kuriyo menikah. Koza sangat tampan dengan jubah kerajaan berwarna biru. Putri juga cantik dengan segala hiasan kerajaan, gaun dan mahkota yang ia kenakan. Suasana pernikahan berlangsung dengan hikmat dan di isi dengan acara-acara tradisi kerajaan, tarian-tarian hingga aksi pertandingan pengawal-pengawal beradu kekuatan dan menujukan keahlian mereka dalam berpedang.

Saat Koza dan Putri berpegangan tangan tiba-tiba ada sebuah pedang muncul di tengah-tengah mereka, pedang itu berwarna putih, menyala terang. “Sreeeeettt.” Suara pedang yang ada di tengah-tengah keduanya. Dan seketika pedang sage milik Koza pun keluar bercahaya merah darah dan menyala terang. Kedua pedang itu melambung di udara. Jiraya langsung mengambil kedua pedang itu dan keadaannya normal kembali.

“Pedang itu keluar juga.” Kata Jiraya sambil membolak-balikkan sisi pedang berwarna putih itu. Koza dan Putri terheran-heran, lalu Koza memutuskan untuk mencari penjelasan pada Jiraya dengan bertanya padanya.

“Pedang apa itu Jiraya.?” Tanya Koza.

“Apakah itu pedangnya.?” Putri juga ikut bertanya pada Jiraya. Jawaban Putri dijawab dengan sekali anggukan oleh Jiraya.

“Maksud kamu apa Al-chan.?” Tanya Koza kembali yang tadi pertanyaan dia diabaikan. Ia ingin mencari penjelasan.

“Itu adalah pedang dari Surga.” Jelas Putri.

“Apa hubungannya dengan pedang Sage ini.?” Tanya Koza lagi.

“Jika pedang ini di pakai secara bersamaan kita akan memenangkan perang.” Jawab Jiraya.

“Oh begitu.” Koza mengangguk-anggukan kepalanya. 

“Lalu siapa yang akan memegang pedang itu.?” Tanya Putri.

Jiraya kemudian menatap Putri dan menghela nafas panjang.

“Sepertinya kau Putri.” Kata Jiraya sambil memberikan pedang itu pada Putri. Putri langsung mengambil pedang itu dari tangan Jiraya.

“Srrrrrriiiiiiiiiinnnggg.” Pedang Surga itu berkilat memancarkan cahayanya lagi. 

“BANGKITLAH WAHAI PEDANG SURGA.” Teriak Putri sangat tegas.

Suasana kerajaan Taring Merah.

“Mereka sedang mengadakan pesta pernikahan Tuan. Apa kita akan menyerang sekarang ? tidak ada waktu lagi Tuan, sebelum kedua pedang itu benar-benar menguatkan kerajaan Kuriyo dan… dan kita akan kalah.” Kata seorang anak buah Taring Merah. Dia Nampak cemas dengan berita Putri Islamadina dan Koza menikah. 

“Aku juga sudah tidak sabar ingin memenggal kepala pemuda dari masa depan itu. Dia datang hanya untuk mengacau. Akan aku tebas tubuhnya hingga aku keluarkan isi perutnya dan jantungnya akan aku jadikan makanan special untuk Orochimaru hahahahaha.” Jawab Taring Merah yang sedang mengelus-elus mesra ular kesayangannya bernama Orochimaru. “Kita kacaukan hari bahagia mereka.” Kata Taring merah melanjutkan kalimatnya dengan mantap.

Berangkatlah pasukan kerajaan Taring merah menuju kerajaan Kuriyo. Seketika langit kerajaan Kuriyo menjadi gelap. Daun-daun berguguran berubah menjadi warna hitam, pepohonan mati begitu saja, angin yang menerpa lebih kencang dari biasanya. Suara gemuruh, derap kaki pasukan Taring Merah menggema, menggetarkan langit-langit kerajaan Kuriyo. Dari arah gerbang kerajaan Kuriyo sudah terdengar suara pedang beradu. Jiraya yang sudah tahu dengan apa yang terjadi langsung menarik tangan Koza. 

“Ayo Koza, saatnya kau tunjukan bahwa kau adalah kesatria legenda itu. Cepat panggil Eragon. Dan Putri, sebaiknya kau bersembunyi dulu di tempat yang aman. Cepat!” Seru Jiraya.

“Ta-tapi Koza-kun…” Putri ragu mendengar perintah Jiraya, dia tetap memegang tangan Koza, seperti tidak mau dipisahkan.

“Dia harus bertarung Putri, menyelamatkan kerajaan kita.” Jelas Jiraya.

“Aku ikut. Aku akan mendampingi Koza-kun.” Jawab Putri, memaksa.

“Putri.?” Koza tercengang mendengar jawaban Putri.

Jiraya menghela nafas panjang, pasrah. Dia juga tidak bisa menolak permintaan Putri, mengingat dia hanya seorang pengawal.

Wuuuuuusssshhhhhh. Eragon datang mengepakan sayapnya yang besar. Taring Merah datang menyerang dengan menunggangi Orochimaru. Ukuran Orochimaru sama besarnya dengan Eragon, panah-panah kecil yang melesat tak mampu menembus ke tubuh dua binatang legenda itu. Pedang Sage sudah di genggam erat oleh Koza. 

“Serang Eragon!” Seru Koza. 

Eragon langsung terbang menukik ke arah Taring Merah berada. 

“Muntahkan bisa mematikanmu Orochimaru.” Perintah Taring Merah, senyumnya menyungging menganggap hal ini sangat mudah hanya melawan pemuda biasa. Tatapannya sangat merendahkan Koza.

Byyyuuuurr. Bisa dari taring Orochimaru menyembur pada Eragon. Seketika Eragon limbung, gerakan sayapnya melemah sepertinya akan ada pendaratan kasar. Namun Eragon tetap mempertahankan keseimbangannya.

“Kau baik-baik saja Eragon ? Kau baik-baik saja kan.?” Tanya Koza mencemaskan keadaan Eragon.

“Aku baik-baik saja Koza.” Jawab Eragon. Bisa Orochimaru masih tersisa menetes di permukaan wajahnya. “Kau pegangan yang erat Koza. Kau siap menancapkan pedangmu di ubun-ubun Taring Merah dan Orochimaru.?” Tanya Eragon. Sepertinya bisa itu tidak terlalu menimbulkan efek yang buruk untuk Eragon, permukaan kulitnya yang tebal boleh jadi tidak akan bisa menyerap bisa Orochimaru.
“Aku siap Eragon.” Jawab Koza bersemangat.

Peperangan itu semakin memanas. Koza dan Taring Merah terus beradu pedang. Ribuan anak panah di luncurkan. Beberapa pasukan sudah tergeletak tak berdaya menjadi mayat-mayat yang berlumuran darah yang masih hangat dan segar. Tubuh mereka sudah tidak berbentuk di cingcang oleh pedang-pedang. Halaman kerajaan Kuriyo menjadi lautan darah. Pertahanan pasukan Kuriyo mulai melemah, beberapa pasukan Taring Merah sudah mulai merangsek ke dalam istana kerajaan. Terlihat Jiraya yang sedang kewalahan, dia di kepung oleh lima orang sekaligus, menodongkan pedang yang runcing ke arahnya. 

“Kalian cari mati denganku. Hyaaaaatt.” Kata Jiraya sambil menebaskan pedangnya dengan gaya sekali putaran, menebas perut kelima pasukan lawan. Usus-usus mereka menyembul keluar, memuntahkan segala isi perutnya. 

“Putri kita terpanah. PUTRI TERPANAH.” Salah satu prajurit berteriak sangat kencang. Semua wajah tertoleh ke arahnya. Terlihat Putri sudah disangga di atas lengannya. Anak panah itu menancap tepat di jantung Putri. 

Koza terkaget dan amat terpukul mendengarnya. Ia langsung menyuruh Eragon untuk mendekat ke arah Putri. Kesempatan seperti ini langsung di manfaatkan oleh Taring Merah dan pasukanya yang terus kejam menikam. 

“Pu-putri Al-chan.?” Bibir Koza bergetar, bertanya. Dia mengusap kedua ujung matanya.

“Koza-kun.” Airmata Putri sudah mengalir di pipinya. Suaranya serak menjawab, nafasnya sedikit tersengal. 

Koza mengusap lembut airmata Putri.

“Bertahanlah istriku.” Airmatanya sudah tak terbendung lagi. “Aku akan mencabut panahnya, kau harus kuat.” Kata Koza. Airmata Putri hangat menetes di salah satu lengan Koza. 

Putri meringis menahan rasa sakit. Setelah anak panahnya tercabut Koza langsung menggerang marah, sorotan matanya tajam. Seketika itu Koza berubah, tubuhnya menyatu dengan Eragon menjadi monster legenda. Kemarahannya tak bisa dikendalikan, monster legenda mengobrak-abrikan peperangan menghantam apa saja yang ada di hadapanya. Taring Merah tercengang melihatnya, beberapa pasukannya bergidig dan lari terbirit-birit.

“Hadapi monster itu pengecut.” Teriak Taring Merah pada pasukannya. Pasukannya tak menuruti perintahnya. Tubuh mereka bergetar melihat monster legenda yang menakutkan. Sekali hembusan api dari mulut monster itu bisa memasakkan puluhan daging manusia.

Akhirnya Taring Merah yang menghadapi monster legenda dengan didampingi ular raksasanya bernama Orochimaru itu.

Sorotan mata monster legenda sangat memburu tajam kearah Taring Merah. Dari lubang hidungnya terdengar suara dengusan nafas yang sangat panas dan kasar.

“Grrrrroooooooooooaaaaaaaaaa.” Monster legenda berteriak. Tubuhnya yang besar langsung lari memburu Taring Merah. Dengan satu kali gigitan mengunakan gigi-giginya yang tajam menikam Orochimaru yang seketika tubuhnya jatuh berdebum keras di atas tanah, tak berdaya. Hanya menyisakakan Taring Merah yang memegang erat-erat pedangnya. Dan tak lama setelah itu, monster legenda langsung menyerang, mencabik-cabik tubuh Taring Merah hingga hancur. Darah segar Taring Merah muncrat, sebagiannya sudah mengalir membentuk kelokan di atas tanah.

Perang pun berakhir. Ribuan tumpukkan mayat tergeletak tak beraturan. Langit kerajaan Kuriyo kembali terang, matahari sudah mengintip di atas langit. Awan-awan hitam menipis dan menghilang oleh hembusan angin.

*** 

Satu minggu berlalu setelah peperangan antara kerajaan Kuriyo melawan kerajaan Taring Merah.

“Aku harus kembali ke tempat asalku. Jepang.” Keluh Koza.

“Kau akan meninggalkanku.?” Putri bertanya ketus.

“E-e-bukan begitu…” jawab Koza, menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Bingung mencari jawaban dari pertanyaan Putri.

“Kau bisa mengajak Putri ke tempat asalmu Koza.” Kata Jiraya yang tiba-tiba datang menengahi pembicaraan mereka.

“Kakek tidak sedang bergurau bukan ? bagaimana mungkin Putri bisa…”

Bruuuuuggg. Jiraya memukul telak perut Koza. “Kau jangan membuat istri kau sedih Koza. Kau tega sekali meninggalkan istri yang sedang hamil muda.” 

“Apa? Putri hamil.?” Mata bulat Koza terbelalak. “apa itu benar Putri.?” Tanya Koza.

Yang di tanya hanya diam kemudian mengangguk kecil.

“Lantas bagaimana caranya aku bisa kembali ke Jepang dan mengajak Putri ke sana Kek.?”

“Kalian bisa menggunakan pedang Sage dan pedang dari surga itu untuk menembus waktu.” Jawab Jiraya.

“Benarkah.?” Tanya Koza dan Putri hampir bersamaan. Jiraya mengangguk yakin.

Akhirnya Putri ikut bersama Koza ke masa depan tempat dimana Koza tinggal. Mereka bisa pergi ke masa depan dan masa lalu dengan menggunakan pedang Sage dan pedang surganya, melewati batas waktu. Panah yang menancap ke jantung putri waktu itu tidak terlalu dalam dan bisa disembuhkan oleh pedang surga. Dan Jiraya kemudian diangkat menjadi seorang panglima kerajaan Kuriyo.



THE END







Tidak ada komentar:

Posting Komentar