Bismillahirrahmanirrahim
Rabbanaa
hablana min azwaajiinaa wa dzurriyyatinaa, qurrata a’yuniw waj’alnaa lil
muttaqiinaa imaamaa.
Terucap
syukurku.. Aku memilihmu
‘tuk menjadi teman hidup setia slamanya
Belahan hati ini.. Kini tlah terisi
Aku dan dirimu mengikat janji bahagia..
Dan berlayarlah kita renda keluarga meretas hidup bersama
Aku bahagia ku dipertemukan belahan jiwaku
Tuhan persatukan kami untuk slamanya hingga bahagia disurga-Mu
Pegang tanganku, tataplah mataku.. Engkau ditakdirkan untukku
Ikatan suci ini.. Slalu ‘kan ku jaga
Meniti sakinah.. Penuh Kasih Sayang dan Rahmat-Nya...
‘tuk menjadi teman hidup setia slamanya
Belahan hati ini.. Kini tlah terisi
Aku dan dirimu mengikat janji bahagia..
Dan berlayarlah kita renda keluarga meretas hidup bersama
Aku bahagia ku dipertemukan belahan jiwaku
Tuhan persatukan kami untuk slamanya hingga bahagia disurga-Mu
Pegang tanganku, tataplah mataku.. Engkau ditakdirkan untukku
Ikatan suci ini.. Slalu ‘kan ku jaga
Meniti sakinah.. Penuh Kasih Sayang dan Rahmat-Nya...
Lagu
nasyid Edcoustic ini kini aku selalu dengarkan, berharap engkau ya Akhi mau
bersenandung untukku, meyakinkan jika memang Kau di Takdirkan Untukku.
Akhi,
tahukah engkau aku menjaga setiaku disini untukmu. Menjaga kesucian cinta ini.
Entahlah
apa yang kurasakan saat ini. Kerinduan, rasa sayang, dan kepedihan hati terus
mengusik. Harus dari mana aku memulai, mencoba untuk jujur akan perasaan yang
selama ini tertanam dan terjaga baik di ruang qalbu.
Dirimu…,
hanya dirimu yang aku harapkan. Aku mencintaimu tetapi aku terlalu takut untuk
menjalin…, memuaskan rasa cinta yang kini bergejolak di qalbuku. Egoku terus
mendesak agar cinta itu terungkap, membentuk kenangan dalam bentuk kebahagiaan.
Tetapi dari sisi hatiku yang lain berteriak jangan, biarlah cinta itu terjaga
hingga saatnya tiba. Akhi, karena cinta tak hanya menyatukan perasaan dihati
kita berdua saja, tetapi Allah menyertainya, ada bersama cinta kita.
Akhi,
engkau yang ku harap menjadi Imamku. Aku
harap Allah menakdirkan dirimu untukku. Saat ini aku menjauh bukan karna
aku tidak cinta, melainkan aku sedang mencoba memantaskan diriku untukmu.
Akhi,
aku harap lukisan cintaku tergambar dalam qalbumu.
Engkau
calon imamku… kau selalu hadir dalam mimpiku, selalu membentuk mimpi indah
dalam keheningan malam. Sebuah janji kehidupan, aku bayangkan berada
disampingmu. Menjalin cinta dalam jalinan yang suci sebuah pernikahan. Rumah
tangga kita yang Sakinah, Mawaddah dan Warrahmah, anak-anak kita yang sholeh
dan sholehah akan terbentuk sendiri dari diri kita. Kehadiran mereka aku harap
bisa kita rasakan berdua. Tulisan ini aku buat dengan penuh rasa harap, Kau di Takdirkan Untukku. Engkau
menjadi seorang imam yang menuntunku untuk menjadi istri yang sholehah. Begitu
pun aku akan menjadi makmummu, menjadi petunjuk jalan untuk kehidupan kita.
“Dan
di antara tanda-tanda ( kebesarannya )-Nya ialah Dia menciptakan
pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri…”
(
Ar-Ruum : 21 )
***
Akhi,
jika seandainya Tuhan menakdirkan lain untuk kita. Sungguh aku akan menjaga
cinta kita. Akhi jemputlah aku dengan cinta dari Rabbmu. Dengan hati ini aku
sanggup bertahan dan tetap berharap engkau seorang…, engkau…, hanya engkau
Akhi. Aku akan menjaga perasaan ini.
Akhi
meskipun kita jauh. Kita tak mampu lagi bertatap muka, bertegur sapa dan hanya
menyisakan kerinduan yang menyiksa. Aku akan mencintaimu. Akhi, aku baru tahu
kalau cinta itu adalah sebuah keegoisan. Ya, keegoisanku yang terlalu berharap
kau yang akan menjadi imamku, kelak. Aku belajar banyak hal dari hal ini, hal
yang sebelumnya aku belum pernah rasakan. Dan rasa itu pertama kali aku rasakan
untukmu ya Akhi. Aku tidak begitu mengerti definisi tentang rasa cinta yang
sedang aku rasakan. Aku ingat ketika mbak Ayaatul Husna dan Anna Althafunnisa yang
memaparkan kalimat cinta yang begitu menggugah dalam sebuah novel dan film
‘Ketika Cinta Bertasbih 2’ yang ditulis oleh Ustadz Habiburrahman El Shirazi.
Kata
Mbak Husna
Cinta
Menurutku…
Cinta
adalah kekuatan
Yang
mampu mengubah duri menjadi mawar
Mengubah
cuka jadi anggur
Mengubah
malang jadi untung
Mengubah
sedih jadi riang
Mengubah
setan jadi nabi
Mengubah
iblis jadi malaikat
Mengubah
sakit jadi sehat
Mengubah
kikir jadi dermawan
Mengubah
kandang jadi taman
Mengubah
penjara jadi istana
Mengubah
amarah jadi ramah
Mengubah
musibah jadi muhibbah
Itulah
cinta.
Kata Mbak Anna
Cinta
menurutku,
Sekalipun
cinta kudatangi, aku jadi malu pada keteranganku sendiri.
Meskipun
lidahku telah mampu mengurai dengan terang.
Namun
tanpa lidah, cinta ternyata lebih terang.
Sementara
pena begitu tergesa-gesa menuliskannya.
Kata-kata
pecah berkeping-keping begitu sampai kepada cinta.
Dalam
menguraikan cinta, akal terbaring tak berdaya
Bagaikan
keledai terbaring dalam lumpur
Cinta
sendirilah yang menerangkan cinta
Dan
percintaan!
Subhanallah
aku begitu terkagum dengan penuturan dua wanita muslimah tersebut. Berbeda
dengan diriku yang sulit untuk menuturkan kata cinta yang sedang aku rasakan. Sulit
untuk di jelaskan, seperti gulungan benang kusut yang sulit untuk diuraikan.
“Dan
dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang
diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk
dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang…”
(
Ali’Imran :14 )
Ya
Allah… yakinkanlah aku dan dirinya untuk saling mencinta, memberi sebuah
kehidupan. Biarkanlah kebahagiaan, kepedihan, segala manis pahitnya hidup kita
jalani berdua.
Jadikanlah
Dia imam yang bisa menguatkanku.
Jadikanlah
Dia imam yang bisa menyempurnakan hidupku dan segenap dienku.
Jadikanlah
Dia imam yang mampu menuntunku dalam kehidupan didunia sampai engkau tetap
menyatukan kami di surga-Mu nanti. Amin.
Ya
Allah jika aku tak begitu baik untuk dirinya. Biarkanlah cinta ini rela luruh
untuk kebahagiannya.
Akhi,
entah apa yang membuatku tak lama berfikir untuk dapat mencintaimu. Apakah itu
berarti ketulusan atau karena memang cinta itu buta ? dan sekarang telah
hinggap di dasar qalbuku, Akhi.
Akhi,
kini kau hanya bisa ku kenang dan kau bisa hadir dalam mimpiku larut bersama
gemerlap malam yang penuh dengan bintang. Biarkanlah airmata kerinduan ini
jatuh pada malam yang lenggang. Biarkan langit-langit malam yang merekamnya,
menjadi sebuah saksi, mengerti bahwa airmata ini penuh dengan sebuah ketulusan dan
rasa penuh harap, Kau di Takdirkan Untukku.
***
Sekitar
2 tahun yang lalu. Malam perayaan buka bersama sekaligus reonian kelas kita
semasa di Madrasah Aliyah. Saat itu beberapa bulan kita tak saling bertemu
setelah kelulusan. Aku ingat saat kita semua datang ke sebuah taman untuk
merayakan malam penuh berkah itu dengan kemeriahan kembang api. Di tempat itu,
menjadi sebuah tempat yang penuh dengan kebahagian dan tempat melepas rinduku
padamu. Meskipun kerinduan itu hanya terbayarkan dengan menatapmu dari
kejauhan, sama sekali tak berani untuk mendekat. Tapi entah kenapa, engkau
seperti sudah tahu dengan apa yang sedang aku rasakan padamu. Atau engkau juga
diam-diam punya rasa itu terhadapku ?. Aku tak pernah menyangka, engkau berani
mendekat padaku, pandanganmu tertunduk malu, wajahmu seketika memerah padam,
nampak jelas sekali kegugupan dalam dirimu. Dengan tergagap engkau nyatakan
perasaanmu itu padaku. Sungguh seketika itu hati aku terlonjak, sangat amat
gembira. Namun tahukah engkau, rasa bahagia itu datang bersama rasa duka. Sedangkan
engkau masih tertunduk menatap rumput hijau yang kau injaki, boleh jadi engkau
sedang menutupi rasa berharapmu.
Tak
ada hal yang lebih membahagiakan dari ungkapan cinta. Aku bahagia sekaligus
kecewa padamu. Bibirku seperti kelu ingin mengatakan sesuatu. Hatiku berbisik
lirih, “Bukan saatnya kelopak bunga itu mekar.” Aku seperti mengutuk diriku.
Namun mulut ini tetap setia tak mau berkhianat, mengeluarkan maksud hatiku.
“Nantikan
aku dibatas waktu.” Singkat saja mulutku mengeluarkan suara. Wajah engkau
seketika murung. Aku tahu engkau kecewa. Engkau bahkan bertanya, ‘Bukankah kau
mencintaiku bukan ?’. Aku tertunduk malu mendengar pertanyaanmu itu. Hati ini
tetap kukuh ingin mempertahankan cinta ini hingga waktunya tiba. Di waktu dan
tempat yang tepat. Aku bilang sejujurnya, “Ya aku memang cinta padamu. Tapi aku
tidak mau menjalin hubungan yang keliru. Maaf aku harus pergi. Pergi bukan
karena tak ada rasa sayang, melainkan atas nama kehormatan perasaan, aku tidak
ingin menodainya.” Beberapa penjelasan telah aku tuturkan, aku takut, aku
takut. Rasa takut itu seketika mengukung diriku, teringat Rabbku yang tidak
ingin aku berkhianat terhadap cinta-Nya. Aku takut Dia akan marah atau mungkin
mencemburuiku, meskipun aku sedikit ragu apakah aku pantas untuk di cemburui-Nya.? Allah telah memberikan petunjuk kepadaku sehinga aku bisa
mengenali diriku sendiri dengan segala kelemahan dan kehinaanku (Ali Bin Abi
Thalib).
Aku menjelaskan kalau aku ingin memperbaiki diriku
sendiri. Aku akan belajar mencintai Rabb dan Rasulku sebelum aku benar-benar
bisa menerima cintamu dengan segenap cinta yang tengah aku rasakan padamu.
Nantikan aku di batas waktu. Semoga Kau
di Takdirkan Untukku, semoga memang engkau yang tertulis di dalam kitab
lauh mahfudz untuk menggenapkan setengah dienku. Ketahuilah aku bukan orang
yang pintar mengendalikan perasaan, makanya aku menghindar. Mengingat sebuah
ayat yang terus mengiang-ngiang dalam fikiranku.
“Dan janganlah kamu mendekati zina ; ( zina ) itu
sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”
( Al-Isra : 32 )
Ayat itu yang membuat aku takut akan rasa kebencian
dari-Nya. Orang yang sedang kasmaran, berpelukan, berciuman, berduaan,
bercampur baur dan seterusnya, semua aktivitas itu mendekati zina dan memang
jika engkau tetap menginginkan hubungan pacaran ya Akhi, kita akan terjerumus
di dalamnya dan hanya akan ada sebuah penyesalan di akhir. Allah Maha Cerdas,
seandainya ada orang yang ingin bersikeras untuk melarang zina secara langsung,
ia mungkin melupakan proses-proses awal yang menjadi celah terjadinya zina itu.
Maka Al-Qur’an jauh-jauh hari telah mengingatkan secara pukul rata bahwa segala aktivitas yang dapat menjadi pemicu
terjadinya zina adalah haram. Terlebih zina itu sendiri.
“Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan
dia pasti mengalaminya. Kedua mata, zinanya melihat. Kedua telinga, zinanya
mendengar. Lisan, zinanya menutur. Tangan, zinanya memaksa ( menyentuh ). Kaki,
zinanya melangkah dari hati yang berhasrat dan berharap. Semua itu diwujudkan
oleh kelamin atau digagalkannya.”
( HR. Bukhari )
***
Dikedalaman
hatiku tersembunyi harapan yang suci
Tak perlu engkau menyangsikan
Lewat kesalihanmu yang terukir menghiasi dirimu
Tak perlu dengan kata-kata
Sungguh walau kukelu tuk mengungkapkan perasaanku
Namun penantianmu pada diriku jangan salahkan
Kalau memang kau pilihkan aku
Tunggu sampai aku datang nanti
Kubawa kau pergi kesyurga abadi
Kini belumlah saatnya aku membalas cintamu
Nantikanku dibatas waktu
Tak perlu engkau menyangsikan
Lewat kesalihanmu yang terukir menghiasi dirimu
Tak perlu dengan kata-kata
Sungguh walau kukelu tuk mengungkapkan perasaanku
Namun penantianmu pada diriku jangan salahkan
Kalau memang kau pilihkan aku
Tunggu sampai aku datang nanti
Kubawa kau pergi kesyurga abadi
Kini belumlah saatnya aku membalas cintamu
Nantikanku dibatas waktu
( Edcoustic, Nantikan Aku di Batas Waktu )
Yaa
ayyatuhan nafsul muthma-innah, irjii’ii ilaa rabbiki raadhiyatam mardhiyah.
Wahai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah kepada tuhanmu dengan keridhaan yang
diridhakan. Indahnya mensucikan diri. Menjaga kesucian dengan pernikahan. Dan
menjaga pernikahan dengan kesucian bukan pacaran.
Ya
Akhi. Percayalah suatu hari nanti akan ada saatnya kita menjalin. Saling
bertemu, lewat pertemuan yang menakjubkan. Di sini aku senantiasa memperbaiki diri,
sungguh banyak celah dan kekurangan yang ada pada diri ini.
Akhi.
Aku rela terus di olok-olok sama dunia yang kini melihat kehidupan dari arah
sebaliknya. Aku tahu kau pasti mengerti soal ini, betapa zaman orang tua kita
dulu anak gadis dan bujang di desa tak kenal pacaran, mereka lugu dan
malu-malu. Pantang sekali menodai wanita dengan cara menyentuhnya. Namun kini
sudah banyak orang tua yang tidak peduli anak gadisnya jalan, di pegang-pegang
oleh orang yang bukan muhrimnya. Orang tua malu anak-anaknya yang tidak punya
pacar. Entah kenapa dunia memilih melihat dari arah sebaliknya. Namun aku tetap
memilih istiqomah di jalan-Nya. Semoga engkau mengerti, insya allah dengan kita
saling menjaga hati kita, mempercantik hati kita, Allah pasti merestui sampai
benar-benar Kau di Takdirkan Untukku.
Akhi.
Aku tak tahu pasti jika Kau di Takdirkan
Untukku karena aku tidak tahu apa yang menurutku baik belum tentu menurut
Allah baik juga.
Akhi.
Jika ada wanita lain yang lebih baik dariku. Kau boleh memilih dan berpaling
padanya. Sekuat apapun keyakinanku, perasaan ragu tetaplah menjeratku.
Bertanya-tanya dalam hati, apakah Kau di
Takdirkan Untukku ?
Ada
pesan seorang Ukhti untuk calon Imamnya. Mewakili pesanku juga untuk orang yang
akan menjadi Imamku. Jika engkau ya Akhi, bukan di takdirkan untukku. Pesan ini
akan tersampaikan untuk orang lain. Aku sadar, ada jutaan Ikhwan yang ada di
dunia ini kenapa aku hanya berharap padamu saja. Apa memang cinta segila itu ?
izinkan aku menuliskan pesanku untuk siapa saja, Ikhwan yang entah sedang
berada di mana.? Aku akan tetap menunggu. Tidak peduli kau datang atau tidak.
Untuk seseorang yang pasti aku akan datang. Tidak peduli kau tetap di sisni
atau pun tidak.
Untuk
Calon Imamku.
Tolong
beritahu jodohku, aku ada beberapa pesan untuknya.
Tolong
beritahu jodohku, cinta agung lagi suci adalah cinta dari-Nya.
Tolong
beritahu jodohku, cinta pada manusia lebih buatnya lupa.
Tolong
nasihatkan jodohku, jangan mencintaiku lebih dari yang Maha Esa.
Tolong
nasihatkan jodohku, jangan merindukanku lebih dari Maha Pencipta.
Tolong
nasihatkan jodohku, jangan mendoakanku lebih dari ibu bapaknya.
Tolong
katakan pada jodohku, dahulukan Allah karena disitu ada syurga.
Tolong
katakan pada jodohku, dahulukan ibu bapaknya karena di telapak itu syurga-Nya.
Tolong
katakan pada jodohku, dahulukan yang wajib karena itu jalan hendak ke syurga.
Tolong
ingatkan jodohku, aku terpikat karena imannya bukan paras rupanya.
Tolong
ingatkan jodohku, aku lebih mencintai zuhudnya bukan hartanya.
Tolong
ingatkan jodohku, aku menyayanginya karena budi bahasanya.
Tolong
tegur jodohku, bila beliau mulai mengagungkan cinta manusia.
Tolong
tegur jodohku, bila beliau mulai tenggelam dengan angan-angannya.
Tolong
tegur jodohku, andai nafsu mulai menguasai fikirannya.
Tolong
sadarkan jodohku, aku milik Maha Pencipta.
Tolong
sadarkan jodohku, aku masih milik keluarga.
Tolong
sadarkan jodohku, tanggung jawab besar pada keluarga.
Tolong
sabarkan jodohku, usah ucap cinta andai cita-cita belum tercapai.
Tolong
sabarkan jodohku, usah dekati diri ini karena bimbang dari terlalai.
Tolong
sabarkan jodohku, usah bimbang tentang jarak antara kita.
Tolong
pesan pada jodohku, aku tidak mau menjadi fitnah besar pada dirinya.
Tolong
pesan pada jodohku, aku tidak mau menjadi puncak kegagalannya.
Tolong
pesan pada jodohku, biarlah Maha Pencipta menjaga dirinya.
Tolong
kabarkan pada jodohku, aku mau melihat dia berjaya dalam cita-citanya.
Tolong
kabarkan pada jodohku, aku mau dia jadi penyongkong kejayaanku.
Tolong
sampaikan pada jodohku, aku mendambakan cinta suci dan luhur darinya.
Tolong
sampaikan pada jodohku, mencintaiku karena Allah tidak ternilai harganya.
Tolong
sampaikan pada jodohku, hubungan ini akan terjaga selagi dia menjaga hubungan
dengan Maha Kuasa.
Tolong
sampaikan pada jodohku, karena aku tidak mampu memberitahunya sendiri.
Akhi, sejatinya aku hanyalah seorang
wanita yang bernasib hanya bisa menunggu, menunggu dan menunggumu untuk datang
menjemputku. Aku percaya jika kau berada di sebrang lautan atau kau berada di
hutan rimba sekali pun jika sudah berjodoh, kau pasti akan datang menjemput,
meskipun banyak jalan terjal dan curam yang harus kau lewati, aku percaya kau
pasti sampai. Karena dari miliaran manusia yang hidup di bumi, soal jodoh tak
akan pernah tertukar, tidak akan pernah nyasar. Mengingat cerita nenek moyang
kita Adam dan Hawa yang di pisahkan sekian tahun, dan akhirnya di pertemukan
kembali di Jabal Rahmah. Maka mintalah pada-Nya, sejatinya aku hanya milik yang
Maha Pencipta.
Aku akan tetap
menunggu. Tidak peduli kau datang atau tidak. Untuk seseorang yang pasti aku
akan datang. Tidak peduli kau tetap di sisni atau pun tidak.
Dan
berlayarlah kita renda keluarga meretas hidup bersama
Aku bahagia ku dipertemukan belahan jiwaku
Tuhan persatukan kami untuk slamanya hingga bahagia disurga-Mu
Pegang tanganku, tataplah mataku.. Engkau ditakdirkan untukku
Ikatan suci ini.. Slalu ‘kan ku jaga
Meniti sakinah.. Penuh Kasih Sayang dan Rahmat-Nya...
Aku bahagia ku dipertemukan belahan jiwaku
Tuhan persatukan kami untuk slamanya hingga bahagia disurga-Mu
Pegang tanganku, tataplah mataku.. Engkau ditakdirkan untukku
Ikatan suci ini.. Slalu ‘kan ku jaga
Meniti sakinah.. Penuh Kasih Sayang dan Rahmat-Nya...
Engkau ditakdirkan untukku…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar