Hujan

Hujan
Sang Pengagum Hujan

Jumat, 13 September 2013

KAU DITAKDIRKAN UNTUKKU


Bismillahirrahmanirrahim
Rabbanaa hablana min azwaajiinaa wa dzurriyyatinaa, qurrata a’yuniw waj’alnaa lil muttaqiinaa imaamaa.

Terucap syukurku.. Aku memilihmu
‘tuk menjadi teman hidup setia slamanya
Belahan hati ini.. Kini tlah terisi
Aku dan dirimu mengikat janji bahagia..

Dan berlayarlah kita renda keluarga meretas hidup bersama
Aku bahagia ku dipertemukan belahan jiwaku

Tuhan persatukan kami untuk slamanya hingga bahagia disurga-Mu
Pegang tanganku, tataplah mataku.. Engkau ditakdirkan untukku

Ikatan suci ini.. Slalu ‘kan ku jaga
Meniti sakinah.. Penuh Kasih Sayang dan Rahmat-Nya...

            Lagu nasyid Edcoustic ini kini aku selalu dengarkan, berharap engkau ya Akhi mau bersenandung untukku, meyakinkan jika memang Kau di Takdirkan Untukku.

            Akhi, tahukah engkau aku menjaga setiaku disini untukmu. Menjaga kesucian cinta ini.
            Entahlah apa yang kurasakan saat ini. Kerinduan, rasa sayang, dan kepedihan hati terus mengusik. Harus dari mana aku memulai, mencoba untuk jujur akan perasaan yang selama ini tertanam dan terjaga baik di ruang qalbu.

            Dirimu…, hanya dirimu yang aku harapkan. Aku mencintaimu tetapi aku terlalu takut untuk menjalin…, memuaskan rasa cinta yang kini bergejolak di qalbuku. Egoku terus mendesak agar cinta itu terungkap, membentuk kenangan dalam bentuk kebahagiaan. Tetapi dari sisi hatiku yang lain berteriak jangan, biarlah cinta itu terjaga hingga saatnya tiba. Akhi, karena cinta tak hanya menyatukan perasaan dihati kita berdua saja, tetapi Allah menyertainya, ada bersama cinta kita. 

            Akhi, engkau yang ku harap menjadi Imamku. Aku  harap Allah menakdirkan dirimu untukku. Saat ini aku menjauh bukan karna aku tidak cinta, melainkan aku sedang mencoba memantaskan diriku untukmu.
            Akhi, aku harap lukisan cintaku tergambar dalam qalbumu. 

            Engkau calon imamku… kau selalu hadir dalam mimpiku, selalu membentuk mimpi indah dalam keheningan malam. Sebuah janji kehidupan, aku bayangkan berada disampingmu. Menjalin cinta dalam jalinan yang suci sebuah pernikahan. Rumah tangga kita yang Sakinah, Mawaddah dan Warrahmah, anak-anak kita yang sholeh dan sholehah akan terbentuk sendiri dari diri kita. Kehadiran mereka aku harap bisa kita rasakan berdua. Tulisan ini aku buat dengan penuh rasa harap, Kau di Takdirkan Untukku. Engkau menjadi seorang imam yang menuntunku untuk menjadi istri yang sholehah. Begitu pun aku akan menjadi makmummu, menjadi petunjuk jalan untuk kehidupan kita.

“Dan di antara tanda-tanda ( kebesarannya )-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri…”
( Ar-Ruum : 21 )
***
            Akhi, jika seandainya Tuhan menakdirkan lain untuk kita. Sungguh aku akan menjaga cinta kita. Akhi jemputlah aku dengan cinta dari Rabbmu. Dengan hati ini aku sanggup bertahan dan tetap berharap engkau seorang…, engkau…, hanya engkau Akhi. Aku akan menjaga perasaan ini. 

            Akhi meskipun kita jauh. Kita tak mampu lagi bertatap muka, bertegur sapa dan hanya menyisakan kerinduan yang menyiksa. Aku akan mencintaimu. Akhi, aku baru tahu kalau cinta itu adalah sebuah keegoisan. Ya, keegoisanku yang terlalu berharap kau yang akan menjadi imamku, kelak. Aku belajar banyak hal dari hal ini, hal yang sebelumnya aku belum pernah rasakan. Dan rasa itu pertama kali aku rasakan untukmu ya Akhi. Aku tidak begitu mengerti definisi tentang rasa cinta yang sedang aku rasakan. Aku ingat ketika mbak Ayaatul Husna dan Anna Althafunnisa yang memaparkan kalimat cinta yang begitu menggugah dalam sebuah novel dan film ‘Ketika Cinta Bertasbih 2’ yang ditulis oleh Ustadz Habiburrahman El Shirazi.

            Kata Mbak Husna
            Cinta Menurutku…
            Cinta adalah kekuatan
            Yang mampu mengubah duri menjadi mawar
            Mengubah cuka jadi anggur
            Mengubah malang jadi untung
            Mengubah sedih jadi riang
            Mengubah setan jadi nabi
            Mengubah iblis jadi malaikat
            Mengubah sakit jadi sehat
            Mengubah kikir jadi dermawan
            Mengubah kandang jadi taman
            Mengubah penjara jadi istana
            Mengubah amarah jadi ramah
            Mengubah musibah jadi muhibbah
            Itulah cinta.

            Kata Mbak Anna
            Cinta menurutku,
            Sekalipun cinta kudatangi, aku jadi malu pada keteranganku sendiri.
            Meskipun lidahku telah mampu mengurai dengan terang.
            Namun tanpa lidah, cinta ternyata lebih terang.
            Sementara pena begitu tergesa-gesa menuliskannya.
            Kata-kata pecah berkeping-keping begitu sampai kepada cinta.
            Dalam menguraikan cinta, akal terbaring tak berdaya
            Bagaikan keledai terbaring dalam lumpur
            Cinta sendirilah yang menerangkan cinta
            Dan percintaan!

            Subhanallah aku begitu terkagum dengan penuturan dua wanita muslimah tersebut. Berbeda dengan diriku yang sulit untuk menuturkan kata cinta yang sedang aku rasakan. Sulit untuk di jelaskan, seperti gulungan benang kusut yang sulit untuk diuraikan.

“Dan dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang…”
( Ali’Imran :14 )

            Ya Allah… yakinkanlah aku dan dirinya untuk saling mencinta, memberi sebuah kehidupan. Biarkanlah kebahagiaan, kepedihan, segala manis pahitnya hidup kita jalani berdua.

            Jadikanlah Dia imam yang bisa menguatkanku.

            Jadikanlah Dia imam yang bisa menyempurnakan hidupku dan segenap dienku.

            Jadikanlah Dia imam yang mampu menuntunku dalam kehidupan didunia sampai engkau tetap menyatukan kami di surga-Mu nanti. Amin.

            Ya Allah jika aku tak begitu baik untuk dirinya. Biarkanlah cinta ini rela luruh untuk kebahagiannya.
            Akhi, entah apa yang membuatku tak lama berfikir untuk dapat mencintaimu. Apakah itu berarti ketulusan atau karena memang cinta itu buta ? dan sekarang telah hinggap di dasar qalbuku, Akhi.

            Akhi, kini kau hanya bisa ku kenang dan kau bisa hadir dalam mimpiku larut bersama gemerlap malam yang penuh dengan bintang. Biarkanlah airmata kerinduan ini jatuh pada malam yang lenggang. Biarkan langit-langit malam yang merekamnya, menjadi sebuah saksi, mengerti bahwa airmata ini penuh dengan sebuah ketulusan dan rasa penuh harap, Kau di Takdirkan Untukku.
***
            Sekitar 2 tahun yang lalu. Malam perayaan buka bersama sekaligus reonian kelas kita semasa di Madrasah Aliyah. Saat itu beberapa bulan kita tak saling bertemu setelah kelulusan. Aku ingat saat kita semua datang ke sebuah taman untuk merayakan malam penuh berkah itu dengan kemeriahan kembang api. Di tempat itu, menjadi sebuah tempat yang penuh dengan kebahagian dan tempat melepas rinduku padamu. Meskipun kerinduan itu hanya terbayarkan dengan menatapmu dari kejauhan, sama sekali tak berani untuk mendekat. Tapi entah kenapa, engkau seperti sudah tahu dengan apa yang sedang aku rasakan padamu. Atau engkau juga diam-diam punya rasa itu terhadapku ?. Aku tak pernah menyangka, engkau berani mendekat padaku, pandanganmu tertunduk malu, wajahmu seketika memerah padam, nampak jelas sekali kegugupan dalam dirimu. Dengan tergagap engkau nyatakan perasaanmu itu padaku. Sungguh seketika itu hati aku terlonjak, sangat amat gembira. Namun tahukah engkau, rasa bahagia itu datang bersama rasa duka. Sedangkan engkau masih tertunduk menatap rumput hijau yang kau injaki, boleh jadi engkau sedang menutupi rasa berharapmu.

            Tak ada hal yang lebih membahagiakan dari ungkapan cinta. Aku bahagia sekaligus kecewa padamu. Bibirku seperti kelu ingin mengatakan sesuatu. Hatiku berbisik lirih, “Bukan saatnya kelopak bunga itu mekar.” Aku seperti mengutuk diriku. Namun mulut ini tetap setia tak mau berkhianat, mengeluarkan maksud hatiku. 

            “Nantikan aku dibatas waktu.” Singkat saja mulutku mengeluarkan suara. Wajah engkau seketika murung. Aku tahu engkau kecewa. Engkau bahkan bertanya, ‘Bukankah kau mencintaiku bukan ?’. Aku tertunduk malu mendengar pertanyaanmu itu. Hati ini tetap kukuh ingin mempertahankan cinta ini hingga waktunya tiba. Di waktu dan tempat yang tepat. Aku bilang sejujurnya, “Ya aku memang cinta padamu. Tapi aku tidak mau menjalin hubungan yang keliru. Maaf aku harus pergi. Pergi bukan karena tak ada rasa sayang, melainkan atas nama kehormatan perasaan, aku tidak ingin menodainya.” Beberapa penjelasan telah aku tuturkan, aku takut, aku takut. Rasa takut itu seketika mengukung diriku, teringat Rabbku yang tidak ingin aku berkhianat terhadap cinta-Nya. Aku takut Dia akan marah atau mungkin mencemburuiku, meskipun aku sedikit ragu apakah aku pantas untuk di cemburui-Nya.? Allah telah memberikan petunjuk kepadaku sehinga aku bisa mengenali diriku sendiri dengan segala kelemahan dan kehinaanku (Ali Bin Abi Thalib).

            Aku menjelaskan kalau aku ingin memperbaiki diriku sendiri. Aku akan belajar mencintai Rabb dan Rasulku sebelum aku benar-benar bisa menerima cintamu dengan segenap cinta yang tengah aku rasakan padamu. Nantikan aku di batas waktu. Semoga Kau di Takdirkan Untukku, semoga memang engkau yang tertulis di dalam kitab lauh mahfudz untuk menggenapkan setengah dienku. Ketahuilah aku bukan orang yang pintar mengendalikan perasaan, makanya aku menghindar. Mengingat sebuah ayat yang terus mengiang-ngiang dalam fikiranku. 

“Dan janganlah kamu mendekati zina ; ( zina ) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”
( Al-Isra : 32 )

            Ayat itu yang membuat aku takut akan rasa kebencian dari-Nya. Orang yang sedang kasmaran, berpelukan, berciuman, berduaan, bercampur baur dan seterusnya, semua aktivitas itu mendekati zina dan memang jika engkau tetap menginginkan hubungan pacaran ya Akhi, kita akan terjerumus di dalamnya dan hanya akan ada sebuah penyesalan di akhir. Allah Maha Cerdas, seandainya ada orang yang ingin bersikeras untuk melarang zina secara langsung, ia mungkin melupakan proses-proses awal yang menjadi celah terjadinya zina itu. Maka Al-Qur’an jauh-jauh hari telah mengingatkan secara pukul rata bahwa segala aktivitas yang dapat menjadi pemicu terjadinya zina adalah haram. Terlebih zina itu sendiri.

“Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata, zinanya melihat. Kedua telinga, zinanya mendengar. Lisan, zinanya menutur. Tangan, zinanya memaksa ( menyentuh ). Kaki, zinanya melangkah dari hati yang berhasrat dan berharap. Semua itu diwujudkan oleh kelamin atau digagalkannya.”
( HR. Bukhari )
***
Dikedalaman hatiku tersembunyi harapan yang suci
Tak perlu engkau menyangsikan
Lewat kesalihanmu yang terukir menghiasi dirimu
Tak perlu dengan kata-kata

Sungguh walau kukelu tuk mengungkapkan perasaanku
Namun penantianmu pada diriku jangan salahkan
Kalau memang kau pilihkan aku
Tunggu sampai aku datang nanti
Kubawa kau pergi kesyurga abadi

Kini belumlah saatnya aku membalas cintamu
Nantikanku dibatas waktu
( Edcoustic, Nantikan Aku di Batas Waktu )

            Yaa ayyatuhan nafsul muthma-innah, irjii’ii ilaa rabbiki raadhiyatam mardhiyah. Wahai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah kepada tuhanmu dengan keridhaan yang diridhakan. Indahnya mensucikan diri. Menjaga kesucian dengan pernikahan. Dan menjaga pernikahan dengan kesucian bukan pacaran.

            Ya Akhi. Percayalah suatu hari nanti akan ada saatnya kita menjalin. Saling bertemu, lewat pertemuan yang menakjubkan. Di sini aku senantiasa memperbaiki diri, sungguh banyak celah dan kekurangan yang ada pada diri ini. 

            Akhi. Aku rela terus di olok-olok sama dunia yang kini melihat kehidupan dari arah sebaliknya. Aku tahu kau pasti mengerti soal ini, betapa zaman orang tua kita dulu anak gadis dan bujang di desa tak kenal pacaran, mereka lugu dan malu-malu. Pantang sekali menodai wanita dengan cara menyentuhnya. Namun kini sudah banyak orang tua yang tidak peduli anak gadisnya jalan, di pegang-pegang oleh orang yang bukan muhrimnya. Orang tua malu anak-anaknya yang tidak punya pacar. Entah kenapa dunia memilih melihat dari arah sebaliknya. Namun aku tetap memilih istiqomah di jalan-Nya. Semoga engkau mengerti, insya allah dengan kita saling menjaga hati kita, mempercantik hati kita, Allah pasti merestui sampai benar-benar Kau di Takdirkan Untukku.

            Akhi. Aku tak tahu pasti jika Kau di Takdirkan Untukku karena aku tidak tahu apa yang menurutku baik belum tentu menurut Allah baik juga. 

            Akhi. Jika ada wanita lain yang lebih baik dariku. Kau boleh memilih dan berpaling padanya. Sekuat apapun keyakinanku, perasaan ragu tetaplah menjeratku. Bertanya-tanya dalam hati, apakah Kau di Takdirkan Untukku

            Ada pesan seorang Ukhti untuk calon Imamnya. Mewakili pesanku juga untuk orang yang akan menjadi Imamku. Jika engkau ya Akhi, bukan di takdirkan untukku. Pesan ini akan tersampaikan untuk orang lain. Aku sadar, ada jutaan Ikhwan yang ada di dunia ini kenapa aku hanya berharap padamu saja. Apa memang cinta segila itu ? izinkan aku menuliskan pesanku untuk siapa saja, Ikhwan yang entah sedang berada di mana.? Aku akan tetap menunggu. Tidak peduli kau datang atau tidak. Untuk seseorang yang pasti aku akan datang. Tidak peduli kau tetap di sisni atau pun tidak.

            Untuk Calon Imamku.

            Tolong beritahu jodohku, aku ada beberapa pesan untuknya.
            Tolong beritahu jodohku, cinta agung lagi suci adalah cinta dari-Nya.
            Tolong beritahu jodohku, cinta pada manusia lebih buatnya lupa.


            Tolong nasihatkan jodohku, jangan mencintaiku lebih dari yang Maha Esa.
            Tolong nasihatkan jodohku, jangan merindukanku lebih dari Maha Pencipta.
            Tolong nasihatkan jodohku, jangan mendoakanku lebih dari ibu bapaknya.

            Tolong katakan pada jodohku, dahulukan Allah karena disitu ada syurga.
            Tolong katakan pada jodohku, dahulukan ibu bapaknya karena di telapak itu syurga-Nya.
            Tolong katakan pada jodohku, dahulukan yang wajib karena itu jalan hendak ke syurga.

            Tolong ingatkan jodohku, aku terpikat karena imannya bukan paras rupanya.
            Tolong ingatkan jodohku, aku lebih mencintai zuhudnya bukan hartanya.
            Tolong ingatkan jodohku, aku menyayanginya karena budi bahasanya.

            Tolong tegur jodohku, bila beliau mulai mengagungkan cinta manusia.
            Tolong tegur jodohku, bila beliau mulai tenggelam dengan angan-angannya.
            Tolong tegur jodohku, andai nafsu mulai menguasai fikirannya.

            Tolong sadarkan jodohku, aku milik Maha Pencipta.
            Tolong sadarkan jodohku, aku masih milik keluarga.
            Tolong sadarkan jodohku, tanggung jawab besar pada keluarga.

            Tolong sabarkan jodohku, usah ucap cinta andai cita-cita belum tercapai.
            Tolong sabarkan jodohku, usah dekati diri ini karena bimbang dari terlalai.
            Tolong sabarkan jodohku, usah bimbang tentang jarak antara kita.

            Tolong pesan pada jodohku, aku tidak mau menjadi fitnah besar pada dirinya.
            Tolong pesan pada jodohku, aku tidak mau menjadi puncak kegagalannya.
            Tolong pesan pada jodohku, biarlah Maha Pencipta menjaga dirinya.

            Tolong kabarkan pada jodohku, aku mau melihat dia berjaya dalam cita-citanya.
            Tolong kabarkan pada jodohku, aku mau dia jadi penyongkong kejayaanku.

            Tolong sampaikan pada jodohku, aku mendambakan cinta suci dan luhur darinya.
            Tolong sampaikan pada jodohku, mencintaiku karena Allah tidak ternilai harganya.
            Tolong sampaikan pada jodohku, hubungan ini akan terjaga selagi dia menjaga hubungan dengan Maha Kuasa.
            Tolong sampaikan pada jodohku, karena aku tidak mampu memberitahunya sendiri.
             
            Akhi, sejatinya aku hanyalah seorang wanita yang bernasib hanya bisa menunggu, menunggu dan menunggumu untuk datang menjemputku. Aku percaya jika kau berada di sebrang lautan atau kau berada di hutan rimba sekali pun jika sudah berjodoh, kau pasti akan datang menjemput, meskipun banyak jalan terjal dan curam yang harus kau lewati, aku percaya kau pasti sampai. Karena dari miliaran manusia yang hidup di bumi, soal jodoh tak akan pernah tertukar, tidak akan pernah nyasar. Mengingat cerita nenek moyang kita Adam dan Hawa yang di pisahkan sekian tahun, dan akhirnya di pertemukan kembali di Jabal Rahmah. Maka mintalah pada-Nya, sejatinya aku hanya milik yang Maha Pencipta.

            Aku akan tetap menunggu. Tidak peduli kau datang atau tidak. Untuk seseorang yang pasti aku akan datang. Tidak peduli kau tetap di sisni atau pun tidak.

Dan berlayarlah kita renda keluarga meretas hidup bersama
Aku bahagia ku dipertemukan belahan jiwaku

Tuhan persatukan kami untuk slamanya hingga bahagia disurga-Mu
Pegang tanganku, tataplah mataku.. Engkau ditakdirkan untukku

Ikatan suci ini.. Slalu ‘kan ku jaga
Meniti sakinah.. Penuh Kasih Sayang dan Rahmat-Nya...
Engkau ditakdirkan untukku…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar