Kala itu di malam
jum’at kliwon. Seperti biasa di rumah temanku Caca sering diadakan acara ritual
pemanggilan arwah, hantu, jin dan sejenisnya. Konon pemanggilan hantu itu
diadakan untuk sekedar berinteraksi dengan dunia mereka melalui perantara
seseorang yang tubuhnya siap dimasuki beberapa arwah yang selalu ditugaskan
untuk menjaga rumahnya. Mereka di tempat dibeberapa sudut rumah, pertama di
teras rumah, pinggir rumah, belakang rumah sampai ada yang di tugaskan di
dapur. Hal ini dilakukan agar terhindar dari hantu yang jahat yang sering
mengganggu dan tiba-tiba suka menampakan diri mereka di hadapan penghuni rumah.
Hantu-hantu yang menggangu tersebut adalah hantu yang sudah lama menetap di
rumah yang ditinggali temanku, ada juga hantu yang sengaja di kirimkan oleh
tetangga dekatnya. Iseng, dengan jaman yang sudah modern ini, tetangganya masih
menggunakan cara dukun-dukun kuno untuk mengganggu semua penghuni rumah temanku
itu.
Malam ini, yang biasanya aku hanya mendengar ceritanya
dari Caca, kini dia mengajakku untuk hadir acara ritual pemanggilan hantu di
rumahnya. Ketika itu sudah banyak saudara-saudaranya yang berkumpul di ruang
tamu rumahnya. Dan sudah terlihat juga pamannya yang seorang praktisi
spiritiual. Ibunya Caca sudah menyiapkan beberapa gelas kopi pait dan beberapa
bungkus rokok untuk di hisap oleh arwah yang masuk ke dalam tubuh seorang yang
sedang di rasukinya.
Tepat jam 00.05. Beberapa arwah sudah sudah mulai di
panggil dan secara bergilir masuk melalui tubuh seorang perantara.
“ Assalamua’alaikum. . . .” suara parau itu keluar dari
mulut Dadang, sang pelantara. Suara yang terdengar seperti nenek-nenek. Aku
menjawab salamnya dari hati, takut untuk menjawab menimbulkan suara “ Ada
urusan apa manggil nenek ? khehehehehe.” hening sejenak. Tubuhku sudah
merinding mendengar tawanya. “ kopi . . !” bisiknya meminta. Tangan ibu
Caca sudah menyodorkan segelas kopi panas yang hitungan detik hantu itu sudah
meneguk segelas kopi dengan buas. Tak lupa sebatang rokok pun ibu Caca sodorkan
di hadapannya.
“ wa’alaikumsalam ne, keluarga disini mau silaturahmi.
Mau Tanya-tanya juga tentang rumah ini.” Jawab paman caca, tangannya
menyodorkan pamantik api untuk menyalakan rokok yang akan di hisap oleh hantu
itu.
“ itu, di pinggir rumah. Kirim lagi kesini.” Jawab Dadang dengan suara khas nenek-nenek, asap rokoknya sudah mengepul-ngepul di udara.
“ itu, di pinggir rumah. Kirim lagi kesini.” Jawab Dadang dengan suara khas nenek-nenek, asap rokoknya sudah mengepul-ngepul di udara.
“ pantas kemarin saleh ngeliat pocong di dapur. “ suara
mba Yeni memotong pembicaraan. Menceritakan kejadian dua hari yang lalu. Saleh
adalah kakak temanku Caca. Sementara aku dan Caca hanya berdiam diri, duduk di
pojokan menahan keringat dingin yang mulai mengucur karena ketakutan.
Hantu itu hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Sambil
tersenyum menunduk, menatap gambar karpet yang di gelar di bawah tempat
duduknya. Aku dalam suasana takut dan penasaran, ini pertama kalinya aku
benar-benar melihat yang seperti ini. Berinteraksi dengan makhluk gaib.
Ritual ini terus berlanjut, sampai ada perintah dari
pamannya Caca untuk mematikan semua lampu rumah, lalu memotret segala penjuru
rumah dengan kamera inframerah.
Kamera siap diarah kesegala penjuru. Hasilnya akan
dilihat dari komputer, dan sangat mencengangkan. Potretan kamera itu
menghasilkan beberapa foto yang menangkap beberapa pocong yang nampak jelas
terlihat di dapur dekat kompor gas. Saat itu juga aku baru benar-benar percaya
dengan adanya hantu.
*True
Story*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar