Hujan

Hujan
Sang Pengagum Hujan

Rabu, 04 September 2013

RITUAL PEMANGGIL HANTU_CERMIN



Kala itu di malam jum’at kliwon. Seperti biasa di rumah temanku Caca sering diadakan acara ritual pemanggilan arwah, hantu, jin dan sejenisnya. Konon pemanggilan hantu itu diadakan untuk sekedar berinteraksi dengan dunia mereka melalui perantara seseorang yang tubuhnya siap dimasuki beberapa arwah yang selalu ditugaskan untuk menjaga rumahnya. Mereka di tempat dibeberapa sudut rumah, pertama di teras rumah, pinggir rumah, belakang rumah sampai ada yang di tugaskan di dapur. Hal ini dilakukan agar terhindar dari hantu yang jahat yang sering mengganggu dan tiba-tiba suka menampakan diri mereka di hadapan penghuni rumah. Hantu-hantu yang menggangu tersebut adalah hantu yang sudah lama menetap di rumah yang ditinggali temanku, ada juga hantu yang sengaja di kirimkan oleh tetangga dekatnya. Iseng, dengan jaman yang sudah modern ini, tetangganya masih menggunakan cara dukun-dukun kuno untuk mengganggu semua penghuni rumah temanku itu.
            Malam ini, yang biasanya aku hanya mendengar ceritanya dari Caca, kini dia mengajakku untuk hadir acara ritual pemanggilan hantu di rumahnya. Ketika itu sudah banyak saudara-saudaranya yang berkumpul di ruang tamu rumahnya. Dan sudah terlihat juga pamannya yang seorang praktisi spiritiual. Ibunya Caca sudah menyiapkan beberapa gelas kopi pait dan beberapa bungkus rokok untuk di hisap oleh arwah yang masuk ke dalam tubuh seorang yang sedang di rasukinya.
            Tepat jam 00.05. Beberapa arwah sudah sudah mulai di panggil dan secara bergilir masuk melalui tubuh seorang perantara.
            “ Assalamua’alaikum. . . .” suara parau itu keluar dari mulut Dadang, sang pelantara. Suara yang terdengar seperti nenek-nenek. Aku menjawab salamnya dari hati, takut untuk menjawab menimbulkan suara “ Ada urusan apa manggil nenek ? khehehehehe.” hening sejenak. Tubuhku sudah merinding mendengar  tawanya.  “ kopi . . !” bisiknya meminta. Tangan ibu Caca sudah menyodorkan segelas kopi panas yang hitungan detik hantu itu sudah meneguk segelas kopi dengan buas. Tak lupa sebatang rokok pun ibu Caca sodorkan di hadapannya.
            “ wa’alaikumsalam ne, keluarga disini mau silaturahmi. Mau Tanya-tanya juga tentang rumah ini.” Jawab paman caca, tangannya menyodorkan pamantik api untuk menyalakan rokok yang akan di hisap oleh hantu itu.

            “ itu, di pinggir rumah. Kirim lagi kesini.” Jawab Dadang dengan suara khas nenek-nenek, asap rokoknya sudah mengepul-ngepul di udara.
            “ pantas kemarin saleh ngeliat pocong di dapur. “ suara mba Yeni memotong pembicaraan. Menceritakan kejadian dua hari yang lalu. Saleh adalah kakak temanku Caca. Sementara aku dan Caca hanya berdiam diri, duduk di pojokan menahan keringat dingin yang mulai mengucur karena ketakutan.
            Hantu itu hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Sambil tersenyum menunduk, menatap gambar karpet yang di gelar di bawah tempat duduknya. Aku dalam suasana takut dan penasaran, ini pertama kalinya aku benar-benar melihat yang seperti ini. Berinteraksi dengan makhluk gaib.
            Ritual ini terus berlanjut, sampai ada perintah dari pamannya Caca untuk mematikan semua lampu rumah, lalu memotret segala penjuru rumah dengan kamera inframerah.
            Kamera siap diarah kesegala penjuru. Hasilnya akan dilihat dari komputer, dan sangat mencengangkan. Potretan kamera itu menghasilkan beberapa foto yang menangkap beberapa pocong yang nampak jelas terlihat di dapur dekat kompor gas. Saat itu juga aku baru benar-benar percaya dengan adanya hantu.
*True Story*






Tidak ada komentar:

Posting Komentar