Hujan

Hujan
Sang Pengagum Hujan

Selasa, 10 September 2013

I’M FIND MY LOVE IN JIRAN ( True Story )

Al-Islamadina : ini cerita yang paling sulit yang pernah aku buat. cerita ini kisah nyata dari temanku yang tinggal di negeri Jiran Malaysia. kenapa aku bilang ini cerita paling sulit ? karena belum pernah berkunjung ke Malaysia. aku hanya bermodalkan foto yang temanku kasih untuk aku bayangkan seolah-olah aku pernah kesana. imajinasiku bermain, ia berkelana ke Negeri Jiran.

ku persembahkan cerita ini untuknya. ( maaf kalau jelek ). Selamat membaca. ! Here we go

I will go far and forget it all. Kalimat itu yang menjadi pengobat sakit kepalaku saat ini. I will go far from my family, my friend and everything about rio and bayu, he’s my boyfriend in Indonesia. Mungkin dengan kepergianku semuanya akan menjadi lebih baik ketika aku pulang nanti.Aku pergi ke negeri Jiran Malaysia setelah lulus dari sekolah menengah atas. Disana aku bekerja selama 2 tahun disebuah company elektronik besar. Ketika itu takada yang tahu bahwa aku memutuskan untuk pergi ke negeri orang, tak ada yang tahu kapan keberangkatanku, hanya Tuhanlah yang tahu perasaanku ketika aku pergi meninggalkan tanah air tercintaku, indonesia.

Di lain waktu aku pernah meminta izin kepada ummi dan abiku kalau aku akan pergi kekota pelajar Yogyakarta. Aku ingin meneruskan pendidikanku disana. Aku bilang pada ummi dan abiku kalau mereka tak usah khawatirkan tentang biaya hidup dan sekolahku. Biarlah aku hidup mandiri, ini saatnya aku mengepakkan sayapku untukmencari siapa jati diriku yang sebenarnya dan aku ingin berdiri tegak menggapai mimpi-mimpiku. Aku berjanji akan membawa kesuksesan ketika aku kembali. Namun sungguh tak ada yang tahu kalau semua itu adalah sebuah kebohongan belaka. Aku tak benar-benar pergi ke Yogyakarta, melainkan aku pergi ke negeri orang dan menetap disana di negeri Jiran Malaysia.

Aku berangkat ke Negeri Jiran dengan teman-temanku yang baru ku kenal ketika ada sebuah pencarian tenaga kerja Malaysia yang diadakan di Indonesia. Dan kini teman-temanku itu menjadi teman satu flatku.

Disini di negeri Jiran aku memapahkan kakiku. Sebuah negeri yang sebelumnya tidak pernah aku bayangkan bisa aku jejaki. Aku hidup dengan suasana yang amat baru,hidup di lingkungan yang sangat berbeda. Dengan segala keindahan di negeri Jiran, aku tak akan pernah lupa akan negeriku sendiri, Indonesia.

3 bulan kemudian sepupuku yang dulu se-SMA denganku tahu prihal kepergianku dari salah seorang guruku yang entah siapa dan dari mana beliau tahu kalau aku telah pergi ke Malaysia ?. ini akan menjadi urusan yang rumit, aku takut dan akan merasa bersalah karena telah berbohong. Sepupuku pasti bilang ke keluargaku dan semua saudaraku akan hal itu. Bagaimana nanti aku menjelaskan semuanya kepada mereka ? terutama pada ummi dan abiku. Ummi, abi maafkan aku, sungguh dalam benak hati ini tidak ada niat untuk menyakitimu dengan kebohonganku. Tidak ada. Hanya saja aku memberanikan diri berbohong karena aku ingin pergi jauh ummi,pergi membawa setumpuk mimpi-mimpiku yang hanya akan menyesakkan dadaku jika aku tak menurutinya, memang ini terdengar amat egois, tapi ibu itu semua demi kebaikan keluarga kita.

Benar saja dengan dugaanku kepada sepupuku. Tak beberapa lama saja berita itu sampai disana, kakak tiriku sudah meneleponku, memastikan kalau aku benar-benar ada di Malaysia. “ aiisshh mati aku kali ini. What should I do ? ” Batinku berbicara.

Ummi dan abiku bertengkar lagi gara-gara aku. Apa ada atau tidak adanya aku mereka akan selalu bertengkar ?. Semua keluargaku sibuk menanyakan keberadaanku. Rikadan riki tersayangku ikut mengkhawatirkanku, mereka mengirim message padaku, “teteh dimana.?” Saat itu aku tak bisa langsung menjawab semua kekhawatiran mereka. Aku butuh waktu untuk menjelaskan semuanya.

***

Dan di suatu malam, aku memberanikan diriku untuk menjelaskan semuanya kepada keluargaku. Aku merangkai beberapa kalimat terbaik untuk aku sampaikan pada ummi dan abiku, agar mereka mengerti dan mau memaafkan kebohonganku. Akumenelepon mereka satu persatu dengan suara yang sopan, lembut dan amat hati-hati. Ku jelaskan sejujur-jujurnya. Kakak laki-lakiku yang saat itu baru pulang dari Jakarta, dia menangis ketika mendengar adiknya tinggal di negeri Jiran. Pergi jauh dari rumah.

“Hallo.Assalamu’alaikum ummi ? bagaimana kabar ummi, abi dan keluarga disana.?” Nada bicaraku sedikit bergetar. Sudah 3 bulan lamanya aku tak menatap wajah ummi dan keluargaku. Betapa rindu ini telah memuncak dan amat menyesakkan.

“Wa’alaikumsalam Nak.” Suara ibu tertahan, diseberang sana. Aku sudah mendengar suara isakan tangisnya. Sungguh rasa bersalah ini tengah menghantuiku. “Kabar keluarga disini baik-baik saja. Bagaimana kabarmu disana Ran, mengapa kamu bohong pada ibu dan abimu kalau…” kalimat ibu seketika saja terhenti. Entah ibu tak tahan menahan rasa sakit karena kebohonnganku atau ibu tak tahan karena rindu padaku.

“Maafkan Rani bu, sungguh maafkan Rani. Ibu tidak usah khawatir. Rani disini baik-baiksaja, banyak teman-teman dari Indonesia yang menemani Rani. Ibu, sampaikan maafku juga pada abi.” Jawabku yang seketika saja mulutku ingin menjelaskan semuanya, bercerita banyak hal namun aku menahannya, demi kebaikan ummi dan abi.

“Ran.?” suara dari seberang sana terdengar berbeda. “Ibu sudah pergi kekamarnya. Ini kakak” sia-sia sudah kalimat maafku barusan. Ibu tidak mau mendengarkan permohonan maafku. Ibu tidakkah engkau rindu padaku.? Setidaknya jika ibu rindu, suaraku dari telepon akan mengobati sedikit rindumu.

“Teteh. Teteh Rani ada dimana. ? Rika kangen sama teteh.” Rika sepertinya telah menjajah telepon kakak, gumamku.

“Teteh Raniii Riki juga kangen sama teteh, malah kangenya pakai banget.” Rika dan Riki mereka bilang rindu padaku. Kakak perempuanku terdiam, tak banyak bicara lagi ditelephon. Aku baru ingat, abi. Aku mau bicara dengan abi. Seketika itu Abidiam saja, lalu tak lama kemudian abi mengucapkan dua kata yang menyesakkan dadaku.

“ Cepat pulang.” Abi berbicara dengan nada yang datar, penuh harap.

Aku mengangis tertahan, menggigit bibirku. Kujawab, “ aku tidak tahu kapan aku mulai bosan disini dan pulang hehe.” Ucapanku itu menjadi penutup percakapan kami, aku mengucapkan salam penutup.

Tak terasa air mataku sudah banyak menetes pada baju dress yang ku kenakan. Aku terisak, merasakans esak yang sulit aku leraikan. Aku menatap dinding-dinding flatku, menatap dinding putih yang seketika terlukis sosok ibu disana. Aku menongakkan kepalaku, membendung airmata agar tidak terus terjatuh.

Entah kenapa setelah itu semua bayangan tentang Indonesia berputar dikepalaku, membuat kepalaku sedikit merasakan pening. Aku teringat sahabat-sahabatku, suasana pesawahan yang mengelilingi rumahku, dan…. Pacarku rio, seketika saja bayang-bayangnya ikut menempel dalam ingatanku. Dia menghilang sebelum aku pergi ke Malaysia, aku tidak tahu bagaimana keadaanya sekarang, ada setitik rindu yang aku rasakan untuknya. Bayu ? bagaimana dengan Bayu ?. saat itu aku berhubungan dengan keduanya. Tetapi sekarang aku sudah putuskan komunikasi dengan mereka, aku tak mau ingatanku mengingat tentang mereka berdua.

Setelahkejadian malam itu, setiap hari minggu aku menelepon dan memberi kabar pada keluargaku melalui update di jejaring social facebook dan berkomunikasi dengan teman-temanku. Hubunganku dengan semuanya menjadi sedikit lebih baik. Dengan begitu aku tahu perasaan rindu yang sesungguhnya dari mereka yang merindu dan mengkhawatirkanku ketika aku tak ada dan pergi menjauh dari mereka.

Dan begitu juga hubunganku dengan seorang laki-laki sebelah rumah flatku, dia seorang Chinese. Kami sedang proses pendekatan. Seiring waktu yang kini mulai terasa cepat. Kami mulai memiliki perasaan yang sama, yaitu cinta. Perasaan itu seketika saja tumbuh dalam hati kami berdua, mungkin rasa itu tumbuh karena hampir setiap hari kita bertemu dan melakukan kegiatan bersama-sama. Aku tahu kalau Vio adalah seorang non muslim, dia asli keturunan Chinese dan Vio pun tahu kalau aku adalah seorang muslim. Tapi semua perbedaan itu tak menjadi penghalang cinta untuk tumbuh dihati kita berdua.

Kami bicara dalam 3 bahasa karena dia tak paham langsung bahasa Malaysia. Sejak kecil keluarganya berbicara bahasa inggris dan Chinese dengannya. Jadi sebagian besar dia berbicara menggunakan kedua bahasa itu, meskipun kadang-kadang dia suka berbicara bahasa melayu dengan belajar dariku dan aku belajar sedikit bahasa china darinya. Dalam bahasa melayu dia hanya tahu kata, “ buat apa.?, sudah makan.?, makan apa?, I tahusikit-sikit, aku suka kamu.” Itu kalimat melayu yang dia bisa, itu pun diasimpan di memo handphonenya untuk dia hapal.

Dia terbilang sulit belajar bahasa melayu. Karena kawan-kawan chinesenya sudah tentu bicara dalam bahasa mereka. Kini penduduk Malaysia sudah membiasakan berbicara dengan speaking English dalam Time Workingnya Penduduk india yang tinggal di Malaysia pun sama, mereka membiasakan berbicara dengan bahasa inggris.

***

1minggu berlalu.

kemarin dia bilang minggu ini tidak bisa breakfast bersama karena companynya mengadakan sebuah acara. Jadi aku mengirim message pagi-pagi sebelum dia pergi.

“okay, don’t be naughty with the other girl hehe.” Pesanku, agar dia tidakmacam-macam saat tidak bersamaku.

“hahaha waaaaa so many nice girl here hahaha.” Sedetik kemudian dia membalas messageku. Yang membuat mataku terbelalak melihatnya. Apa ?, dasar cowok tidak bisa liat cewek cantik dikit saja, matanya sudah jelalatan. Aku memutuskan langsung meneleponnya, dengan segala kekhawatiran dan ketakutan yang tiba-tiba saja muncul menakut-nakuti fikiranku.

“HYAA ! I said don’t be naughty okay.?” Suaraku meninggi. Dan dia malah menertawakanku.

“hahahaoh my dear I just tell you, just kidding okay. Jealous ?.” jawabnya. Fyyyuuuhhh, aku sudah merasa lega kalau dia memang berniat bercanda padaku. Mungkin akunya saja yang terlalu takut.

“Yeah you know that. Hehehe” aku tertawa.

“Ok I will go, have a nice day mygirl. Bye. Bye.”

“Ok,bye dear.” Jawabku mengakhiri message kami pagi itu.

Kami menjalani hubungan kami dengan baik-baik saja tanpa pertengkarang, tanpa kebohongan dan tanpa rahasia. Segala kegiatan yang kami lakukan, kami berusaha satu sama lain untuk tahu apa yang sedang dikerjakan.

Suatu hari dia mengajakku dinner di rumah keluarganya. Sungguh itu kabar baik untukku, aku bisa mengenal keluarganya lebih dekat. Ku pilih beberapa dress yang akan aku pakai diacara itu. Aku memakai dress berwarna hitam putih yangmenurut itu amat menawan ketika aku mengenakannya. Vio sudah menungguku didepan flatku, hendak menjemputku menggunakan mobil berukuran sedang dan berwarna putih mengkilap seperti baju dress yang ku kenakan. Saat itu Vio memakai kemeja biasa berwarna biru yang membungkus tubuh atletisnya. Dia terlihat begitu menawan, rambut yang seperti anggota boyband korea dia biarkan acak-acakan,tidak rapi namun tetap aura kegantengannya tidak hilang. Dengan celana jeansyang dia kenakan. Dia memang selalu berpenampilan seperti itu, selalu berpakaian santai.

Setibanya disana Ibunya menyambutku dengan baik dan ramah, ayahnya pun begitu hangat. Ternyata paras muka Vio memiliki banyak kesamaan dengan ayahnya yang sama-sama tampan.Tidak lama-lama kami pun langsung memulai acara dinner itu. Beberapa hidangan yang cukup mewah telah disuguhkan diatas meja yang berukuran 1,5 meter membentuk lonjong. Saat itu perasaan gugup tengah mengukungku, bebarapa kali aku menjawab pertanyaan ibu dan ayahnya dengan suara yang gagap. Vio juga tidak begitumembantu malah terus memojokanku dengan perkataannya yang meledekku. Dia sepertinya senang melihat mukaku berubah menjadi merah padam, karena menekan rasa malu dan gugupku.

Setelah itu Vio mengajakku pulang dengan mobilnya.

“Did you know.?” Ditengah perjalanan, Aku memulai perbincangan.

“Know what. ?” jawab dia sambil tetap menatap lurus jalanan yang ada didepannya.

Aku menghela nafas. “Different between us.”

Dia diam. Lalu dia membelokan setir dan menepi dipinggir jalan. Dia menatapku, tatapan kita bertemu.

“Can you tell me what happening with your mind to night ? please Ran. You know Ilove you and can you think that’s enough for us.” Jawabnya. Matanya memancarkan keyakinan.

Akumenunduk kepalaku. Ada sedikit rasa tidak tega untuk mengatakannya.

“Vio. I just think about… We can together ?.”

“Ran!” dia memotong kalimatku.

“Can we together with it ? can we always together dear.? Airmataku membendung. Dia menatapku lembut, mengusap pipiku dan mengecup keningku. Dan dia berbisik lembut ketelingaku, “We can.” Kata-kata yang membuat aku begitu senang dan mampu menyakinkan kalau perbedaan diantara kita tidak akan menghalangi cinta kita.

Setelah percakapan malam itu dia berusaha untuk membuatku tidak memikirkan tentang kata perbedaan diantara kita. Dia ingin semua jadi seperti dulu dan itu berhasil. Aku tidak sempat memikirkan tentang itu lagi. Ketika aku bersamanya, pikiranku hanya sibuk dengan wajah, suara dan baunya. Aku suka.

TOBE CONTINUE



*Lain kali aku buat lanjutkan ceritanya hehehe. . biasanya aku bikin cerita dongeng atau fiksi, dan kali ini ditantang untuk bikin yang True Story. waaahhh. . imajinasiku jelas tertantang. :'D padahal aku pernah diajarin materi tentang menceritakan novel sosok sama penulis yang bernama Fatih Zam. lain kali ajarin aku lagi ya mas Zam hehehe.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar