Ditengah keheningan malam sekumpulan remaja tengah
berkumpul disebuah bastcamp yang mereka namakan dengan “ Camp Uka-Uka”, karena
camp ini selalu ramai ketika malam hari, uka-uka itu sendiri diambil dari kata
yang sudah akrab ditelinga banyak orang yang bisa diartikan camp hantu. Jono,
Ucup dan Riza, mereka adalah remaja kampung yang setiap malamnya tidak pernah
absen nongkrong di camp uka-uka. Sebenarnya kegiatan mereka di camp Cuma
gitu-gitu saja, memandangi langit malam, cerita tentang banyak hal seperti
bergosip ria ala ibu-ibu, terkadang memainkan gapleh, tertawa terbahak-bahak
sampai pernah suatu ketika mereka di lempar sandal jepit karena tertawaan
mereka yang mengganggu bayi sedang terlelap. Alhasil mereka semua langsung
bubar, meninggalkan tongkrongan.
Di
suatu malam ketika Jono, Ucup dan Riza tengah bermalam di camp.
“Duhai
langit malam, sampaikanlah rinduku pada Jamilahku tercinta.” Kata Jono, so
puitis.
“Alaaahh
lebay banget sih lu Jon. Sejak kapan langit malam jadi tukang pengantar rindumu
yang sudah lumutan itu hahaha. Lagian kalau langit bisa bicara pun kayanya
bakalan ogah-ogah nyampein rindu lu, gak ada duitnya hahahaha.” Jawab Riza
meledek.
“Yah
lu Za kaya yang gak kenal Jono saja, dia mah tiang listrik pun sering diajak
bicara. Dipeluknya, dicumbunya hahahaha.” Timpal Ucup.
“Puisi
itu seni bro, suatu ungkapan perasaan yang dibuat menjadi uraian kata-kata yang
indah, mewakili isi hati yang tidak bisa bicara.” Jelas Jono.
Semilir
angin malam mengoyangkan semak-semak belukar. Menggugurkan dedaunan kering
hingga menyentuh tanah yang sedikit basah karena diguyur hujan sejak tadi sore.
Ucup membenarkan jaket yang dia kenakan.
“Malam
ini dingin amat ya ?.” Tanya Ucup, tubuhnya mengigil.
“Lah
lu gak liat Cup kalau diluar sedang hujan gerimis ? bikin kopi gih.” Perintah
Riza.
“Sekalian
ya Cup gue titip teh manis yang manis banget.” Pinta Jono.
Dengan
langkah gontai Ucup pulang ke rumahnya yang paling dekat dengan camp. Dia tidak
bisa nolak perintah dari kawan-kawannya itu.
Ditengah
perjalanan ada suara seseorang yang sedang minta tolong. Suara tersebut membuat
Ucup penasaran. Terdengar seperti seorang gadis. Ucup sudah berangan seandainya
dia bisa membantu seorang gadis yang boleh jadi cantik, lalu gadis itu memberikan
hadiah ciuman sebagai ucapan terimakasih padanya. Ucup sangat bersemangat
mencari dimana sumber suara itu, dan beberapa menit kemudian Ucup melihat
seorang gadis dengan pakaian seksi berwarna biru muda. Ucup langsung datang
menghampirinya, dia sudah lupa dengan pesanan kopi dan teh manis
teman-temannya.
“Ada
apa neng ? tadi abang dengar neng minta tolong ya ?.” Tanya Ucup, berlagak kaya
pahlawan bertopeng, memasang muka manis padahal kalau dilihat bisa bikin mual.
Hening.
Tak ada jawaban apapun dari gadis seksi itu dia terus diam dan menundukan
kepalanya. Melihat gadis itu terdiam, Ucup mencoba menyentuh pundak gadis itu
dengan lembut. Ucup merasa senang bukan kepalang, baru kali ini ada gadis yang
mau dia sentuh, tak melawan bahkan tak menemplokan cap tangan dipipinya.
Ketika
Ucup menikmati sensasi rasa senangnya. Ucup bertanya lagi.
“Neng
kenapa ?” Tanya Ucup lebih mesra.
“Apa
bang ? abang ngomong apa ?.” dengan suara tertahan gadis itu menjawab dan
memalingkan wajahnya kearah Ucup.
“Busett
dah, apeess gue. Pantesan lo mau gue pegang-pegang. Dasar seetttttaaannn. Jadi
setan ko budeg sih” Ucup lari terbirit-birit lari kearah camp, kaget melihat
gadis yang dia bayangkan itu adalah sesosok setan, setan budeg.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar