1 tahun yang lalu. Keluarga besar Sir Arokh yang
mahsyur di kampungnya mengalami musibah. Rumahnnya yang paling mewah di seluruh
kampung itu telah di bobol sekomplotan pencuri. Penjagaan pintu gerbangnya
telah dijebol, dan sekomplotan pencuri itu menindas mang Jeje, seorang satpam
di rumah itu. Beruntung mang Jeje hanya pingsan saja, dengan terlihat bekas
luka pukulan yang membiru di pipi sebelah kirinya. Kejadian berlangsung pada
pukul 02.00 malam. Semilir angin dingin berhembus kencang, mengoyangkan gorden
jendela rumah Sir Arokh yang berhasil dibuka dengan cara mencongkel celah
jendela dari arah luar. Suara pukulan besi terdengar nyaring membentur kusen
jendela menimbulkan getaran yang amat kencang di kaca dan memantulan suara di
dinding ruang tamu. Mendengar suara aneh itu, Sir dan istrinya Aini terbangun
dari tidurnya.
“Ayah,
ayah dengar suara itu ?”. Aini bangun dan duduk disisi ranjangnya, sadar kalau
suaminya pun ikut terbangun mendengar suara aneh itu.
Sedetik
kemudian Sir juga terbangun dan duduk diatas ranjang, lalu ia memegang tangan
Aini yang ketakutan. Mukanya sudah nampak pias. Sir mencoba menenangkan
istrinya dan berkata dengan lembut.
“Iya
sayang, ayah juga dengar. Kamu jangan takut ya, ada ayah disini. Biar ayah yang
mengecek lantai bawah, memastikan suara apa yang mengganggu istirahat kita.”
Jawab Sir yang memegang erat tangan Aini, dan menatap istrinya itu dengan penuh
cinta. Pandangan mereka bertemu.
Sir
pamit pergi ke lantai bawah. Tapi sebelumnya
dia berpose memoyongkan bibirnya dulu, hendak mencium kening Aini dengan
mesra dan memberikan kehangatan.
“Kyyyyyyyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…………………………………….”.
Suara jeritan mbo Sum dari lantai bawah menggagalkan adegan ciuman termesra antara
suami istri itu. Mata Aini melotot, kaget mendengar teriakan mbo Sum, kaki dan
tangannya bergetar hebat. Aini melirik kesekeliling ruangan, membuang
pandangannya kesegala penjuru kamarnya. Dia juga ingin ikut mengecek apa yang
sedang terjadi di lantai bawah. Namun
Sir menyuruh Aini untuk berlindung di kamar anaknya, Genta yang kamarnya sama
ada di lantai 2, tepatnya disebelah kanan kamar Sir dan Aini. Dengan langkah
gontai, derap kaki yang bergetar ketakutan, Aini memasuki kamar Genta, anak satu-satunya yang
masih berumur 10 tahun.
Sementara
itu Sir mengendap-ngendap menuruni satu persatu anak tangga, langkah kakinya
berjalan perlahan tak menimbulkan suara sedikit pun. Perlahan-lahan kakinya
berjinjit dan sesekali menempelkan tubuhnya ke dinding ala spiderman atau lebih
mirip dengan seekor cicak yang sering terlihat menempel di dinding rumahnya.
Suara
hantaman itu semakin terdengar jelas dan keras, memacu detak jatung Sir dengan
kencang dan amat menggebu-gebu. Sambil berjalan, Sir menyalakan lampu-lampu
lantai bawah yang dimatikan oleh mbo Sum sebelum ia tidur. Untuk berjaga-jaga,
Sir mengambil payung besar yang terlipat di pojokan ketika ia sedang menekan saklar lampu. Baru saja Sir
menoleh kebelakang dan akan meneruskan langkahnya, tiba-tiba dari arah belakang
sebuah pistol sudah teracung di depan mukanya, dan diarahkan pada pelipis
sebelah kanannya. Moncong pistol itu menekannya, terasa dingin dikulit bagian
pelipis. Kejadian itu membekukan Sir. Tubuhnya seketika kaku tak bisa
digerakkan, matanya mengerjap-ngerjap penuh tanda tanya, suara dengusan
nafasnya terdengar kasar dan memanas. Dua orang yang dihadapannya
mengenakan penutup wajah tengah
mengepungnya, salah satu dari mereka
mencengram sadis tangan mbo Sum yang tidak bisa diam, terus berontak
minta di lepaskan dari tali yang mengikat kedua tangannya yang menyilang ke
belakang punggungya dan kedua kakinya yang di ikat erat dibagian mata kakinya.
“Ada
apa ini ? dan si. .siapa kalian ?.” Tanya Sir dengan nada suara yang bergetar,
ketakutan.
“Selamat
malam Tuan Sir Arokh, maaf kedatangan kami mengganggu istirahat anda
bhahahahaha.” Salah satu dari mereka menjawab pertanyaan Sir dengan nada sopan
dan jelas sekali itu bukan sebuah penghormatan kepada Sir, melainkan sebuah
ledekan yang di lontarkan secara spontan. “Kau tak usah lah tahu siapa kami.
Kedatangan kami kesini bukan untuk mencuri, melainkan ingin meminjam sebuah
arsip yang sudah kau simpan 3 tahun lamanya. Niatan kami ingin mewujudkan sebuah
semua rencana yang tertulis didalam arsip itu. Dari pada arsip itu berjamur
dipenggang olehmu, lebih baik serahkan saja arsip itu padaku agar impian kau 10
tahun yang lalu itu terwujud, membangun sebuah Universitas yang megah. Perlu
digaris bawahi, aku hanya meminjam, bukan mencuri.” Dia meneruskan kalimatnya
yang lebih membuat wajah Sir sontak berubah menjadi merah dan sangat garang,
dari hidungnya mendengus nafas yang panas.
“Dari
mana kau tahu aku memiliki impian itu, hah ? arsip itu amat penting untukku,
takkan aku biarkan orang bedebah seperti kau menyentuh benda paling berharga
yang kumiliki. Dasar kau bedebah.” Sir
mencoba melawan dengan menangkis pistol yang sejak 5 menit yang lalu menempel
di pelipisnya. Tangan Sir memburu dua orang itu, melayangkan tinjuan mautnya
dan mengenai seorang pencuri yang memegang pistol. Emosi Sir tak terkendali, ia
terus menghantamkan beberapa pukulan yang membuat pencuri itu tersungkur ke
atas lantai marmernya. Dari mulut pencuri itu menetes darah segar, mata
keduanya memerah karena bara api emosinya telah memuncak hingga kepala dan
terpancar dari matanya yang merah, emosi, ganas dan amat tajam memburu.
Sir
seolah terlupakan dengan satu pencuri lagi yang sedari tadi menyandera mbo Sum.
“Kau
jangan macam-macam Sir, segera serahkan arsip itu atau aku pecahkan kepala
babumu ini hingga semua isi otaknya berhamburan.” Pencuri kedua yang menyandera
mbo Sum mengancam, satu buah pistol sudah dia letakan di kepala mbo Sum.
“eeeemmmmmmmmmm..”
Suara teriakan mbo Sum terdengar amat tertahan, dengan tempelan slotip yang
menutupi kedua bibirnya.
“Diam
kau babu.” Gertak pencuri itu. Moncong pistol yang dia pegang menekan kepala
mbo Sum dengan keras.
Sir
tak bisa berbuat apa-apa. Tangannya sudah lemas, memukul pencuri sebelumnya.
Tak mungkin bisa melawan lagi.
“Sudahlah
serahkan saja arsip itu, CEPAAT. Beritahu kami, dimana kau menyimpannya ?.“ Pencuri
yang tadi tersungkur dilantai, tertatih bangkit dan sergap mengarahkan moncong
pistol kearah kepalanya lagi. Membentak Sir dengan suara yang kencang,
menggetarkan dinding-dinding ruangan. Air ludahnya pun ikut muncrat mengenai
wajah Sir.
Sir
menggerang, matanya menatap tajam, ia menahan sedikit emosinya dengan mengatur
nafasnya yang tersengal-sengal, kehabisan energi.
“Cepat
katakan. .! dimana ? kesabaranku sudah habis Sir, jangan menyesal jika pistol
ini memuntahkan pelurunya tepat mengenai kepalamu dan kepala babumu ini.”
“Jangaaan,
jangan lakukan itu. Ku mohon. Ini arsip yang kalian cari.” Dengan suara yang
tertahan Aini berani berteriak di lantai dua, melawan semua rasa takutnya.
Genta pun ikut keluar dengan mata yang berlinangan airmata, ia memegang ujung
baju piama ibunya dan berlindung di berlindung dibalik tubuh ibunya. Dari
sorotan matanya terlihat sekali ketakutan Genta.
“Sayaaangg.
. ?” Sir, melongo tak percaya kalau Aini akan semudah itu mengeluarkan arsip
paling penting itu. Sontak semua orang yang ada di lantai satu menongakkan
kepala mereka, mata mereka memburu suara Aini.
“Ya.
Ya. Ini yang saya suka hahahahaha. Tak
perlu buang-buang waktu, tak perlu bermain-main dulu seperti suamimu
ini. Terima kasih Miss Aini yang cantik sudah mempercepat proses ini. Kami
hanya meminjam arsip suamimu ini, suatu hari nanti pasti akan kami kembalikan.
Ayo sini turun sayang. Bhahahaha. Cepaat atau aku hancurkan kepala suamimu ini.”
Ancaman pencuri itu semakin menjadi.
Aini
dan Genta segera menuruni anak tangga. Sementara itu Sir hanya bisa memberikan
kode dari tatapan matanya kepada Aini. “ Sayang, Ayah mohon jangan serahkan
arsip itu. Biarkan saja Ayah mati, kamu lari saja dengan Genta. Ayah mohon
sayang.” Tatapan Sir berbicara.
Namun
Aini tak menghiraukan tatapan mata Sir yang berbicara. Aini tahu apa yang
hendak suaminya bicarakan itu. Tapi batin Aini terus mendorong ia agar segera
menyerahkan arsip itu. Aini tak mau kehilangan Sir, sungguh Aini tak akan siap
untuk kehilangan suami tercintanya. Aini
hanya bisa bicara lewat tatapan matanya pada Sir, “ Maaf Ayah, terpaksa aku
serahkan arsip ini. Aku sangat menyayangi Ayah.” Seketika itu, kedua mata Aini
mengeluarkan dua tetes airmata yang hangat mengalir lembut di kedua pipinya
yang halus.
Sampailah
Aini dan Genta di lantai bawah. Salah satu pencuri itu tak basa-basi langsung
merampas arsip itu dari tangan Aini. Pencuri itu dengan amat teliti memeriksa
arsip itu terlebih dahulu, takut arsip itu arsip palsu.
“Ok
Miss Aini. Sekali lagi terimakasih atas bantuannya.” Pencuri itu menyentuh dagu
Aini dengan lembut.
“Jangan
sentuh istriku, bajingan. Cuuiihh.” Teriak Sir, ia meludahi pencuri itu tepat
mengenai mukanya.
“Sialan
kau. Bruuuugggg.” Satu pukulan tinju dilayangkan pada pipi Sir.
“Sudahlah
kita pergi saja bung. Yang kita cari sudah ada digenggaman kita.” Jawab salah
satu pencuri.
Kedua
pencuri itu kemudian memutuskan untuk pergi. Dia membanting tubuh mbo Sum
keatas lantai. Aini langsung memeluk mbo Sum yang sudah ia anggap sebagai
ibunya sendiri. Sir hanya diam, mematung melihat arsip terpentingnya itu dibawa
pencuri itu dengan mudah. Padahal berpuluh-puluh tahun Sir merancang arsip itu
dengan penuh rancangan dan proposal yang rumit.
Tak
terasa. Fajar pun sudah menyapa hangat seluruh penghuni rumah mewah kediaman
Sir Arokh dan Aini. Cahaya matahari mengintip melalui celah-celah dedaunan yang
ada dihalaman rumahnya. Di depan rumah Sir sudah dipenuhi beberapa polisi yang
akan menyelidiki kejadian semalam. Sir bersedia menceritakan seluruh kronologi
yang menimpa keluarganya.
“Baiklah
kalau begitu Tuan Sir Arokh. Informasi yang anda jelaskan sudah cukup. Biarkan
tim kami yang mengurus semuanya. Dan laporkan segera jika ada sesuatu yang
mencurigakan.” Kata jendral kepolisian.
“Baik
Jendral. Saya mohon bantuan anda dan segenap petugas kepolisian untuk membawa
kembali arsip itu dan menyeret dua pencuri itu kejeruji besi.” Jawab Sir dengan
penuh harap.
1
minggu berlalu setelah kejadian pencurian arsip. Tak ada kabar baik pun yang
disampaikan oleh pihak kepolisian. Sepertinya mereka kesulitan mencari pelaku.
Namun Sir tetap tidak berputus asa untuk mencarinya. Ia pergi kebeberapa
rekannya yang sekiranya bisa membantu. Dan ketika itu salah seorang temannya
menyarankan agar Sir menggunakan seorang detektif untuk menyelesaikan masalah
ini. Detektif itu adalah detektif Donkey seorang mantan polisi yang memilih
mengundurkan diri dari jabatannya itu. Dia ingin memilih hidup dengan
kesederhanaan dan menjunjung tinggi nilai kejujuran. Ada alasan tersendiri
kenapa detektif Donkey mengundurkan diri dan memilih menjadi seorang detektif.
Teman Sir memberikan sebuah kartu nama yang bertuliskan nama Mr. Donkey, alamat
dan nomor telepon yang bisa ia hubungi.
“hallo,
detektif Donkey disini. Ada yang bisa saya bantu.” Tanyanya disebuah
pembicaraan ditelepon. 2 hari setelah Sir mendapatkan kartu nama, Sir baru
memutuskan untuk menghubungi detektif Donkey.
“Saya
Sir Arokh temannya Rudi.” Jawab Sir.
“Rudi
? oh ya, saya ingat sehari yang lalu dia datang ke kediamanku. Dia menceritakan
kalau temannya butuh bantuan saya. Bukan begitu Tuan Sir ?.”
“Ya,
bisakah besok detektif berkunjung ke rumah saya ?.” Tanya Sir.
“Ok.
Dimana alamat rumahmu.?”
Sir
memberi tahu alamat rumahnya kepada detektif dan berharap detektif bisa
memecahkan masalahnya.
Keesokan
harinya, detektif Donkey benar berkunjung ke rumah Sir. Dia melihat-lihat
keseliling rumah Sir yang sangat megah diantara rumah-rumah kecil yang sederet
dengan rumahnya.
Sir
menjelaskan masalah yang dia alami kepada detektif. Detektif Donkey hanya
menjadi pendengar yang baik atas cerita tentang pencurian arsip itu. Sesekali
dia menggangguk-anggukan kepalanya sambil mengunyah beberapa hidangan yang
disuguhkan oleh Aini.
“oh
jadi begitu. Tuan Sir, memang arsip itu tentang apa ? dan siapa saja orang yang
tahu kalau kau memiliki arsip itu.” Tanya detektif Donkey setelah terdiam
beberapa menit mendengarkan penjelasan dari Sir Arokh.
“Begini,
arsip itu tentang impian terbesarku dimasa lalu yang sudah beberapa tahun aku
kerjakan dengan penuh semangat dan keyakinan bahwa impian itu akan terwujud. Arsip
itu berisi tentang rencana pembangunan sebuah Universitas di kampung yang masih
asri ini dan memang sudah banyak orang yang mengetahui rencanaku itu. Tapi sama
sekali aku tidak berfikir akan ada kejadian seperti ini, merampas semua
impianku yang sudah susah payah aku berjinjit untuk meraihnya.” Jawab Sir,
menjelaskan.
“Aduh
Tuan, kalau begitu kau sama seperti memberi tahu seekor kucing tempat dimana
ikan-ikan segar yang disembunyikan.” Jawab detektif dengan expresi menepuk
jidatnya.
Tak
lama setelah percakapan itu. Detektif Donkey menjelajahi lantai bawah,
mencari-cari jejak yang sudah 1 minggu lebih pencuri itu tinggalkan. Ia tahu ini
akan amat sulit untuknya, karena sidik jari yang menempel di jendela dan
barang-barang lainnya sudah terhapus, dibersihkan oleh mbo Sum setiap harinya.
Ini sebuah kasus yang akan memakan banyak waktu untuknya.
Detektif
Donkey memulai aksinya, dia bertanya-tanya tentang kejadian itu kepada semua
penghuni rumah, Mang Jeje, Mbo Sum, Aini dan Genta.
Mang
Jeje menjelaskan, “Saat itu mamang sedang terlelap di pos, tempat biasa mamang
bertugas. Tiba-tiba terdengar suara derap kaki, seperti sedang tergesa-gesa.
Saat mamang terbangun dan akan mengecek gerbang, dua orang dengan wajah
tertutup sudah sigap membekap mamang hingga pingsan. Setelah itu mamang tidak
tahu apa yang terjadi di dalam. Begitu pak detektif.”
Dilanjut
dengan penjelasan dari Mbo Sum, “Kalau Mbo mendengar suara hantaman benda
keras. Karena Mbo belum terlelap setelah menyelesaikan shalat malam, akhirnya
Mbo menutuskan untuk keluar kamar karena kamar mbo ada dilantai 1 dekat dengan
pintu masuk rumah ini. Saat mbo keluar dari kamar dan mengendap-ngendap di
ruangan yang gelap, mata mbo langsung kaget melihat ada dua orang yang masuk
lewat jendela yang sudah terbuka. Itu alasannya kenapa mbo berteriak. Dan saat
itu juga mereka mengikat mbo dan menutup mulut mbo dengan slotip. Memang kurang
hajar para pencuri itu, memperlakukan orang tua ini dengan kasar.”
Sedangkan
penjelasan Aini sama persis dengan yang diceritakan oleh Sir Arokh Karena Alibi
mereka sama.
Penjelasan
dari Genta, “Aku tidak tahu banyak hal Om detektif. Seingatku waktu itu Ibu
mengetuk pintu kamarku yang selalu aku kunci Om. Ibu berbisik dari balik pintu,
berbisik apa ya bu ? aku lupa. Hehe. “ Genta menggaruk-garuk kepalanya yang
tidak gatal, tersenyum manis pada Aini. “Nak
buka, bangun sayang, buka pintunya biarkan ibu masuk.” Jelas Aini mengingatkan.
“Iya begitu Om, abis itu aku lama banget diam di kamarku dengan Ibu. Aku Cuma
dengar suara ribut-ribut di lantai bawah. Saat aku bertanya pada Ibu apa yang
sedang terjadi, Ibu malah diam Om tidak memberitahuku. Lalu ibu mengajak
ngintip dari balik pintu kamarku yang dibuka secara perlahan. Aku lihat Ayah
sedang dengan seseorang, Ibu langsung lari kekamarnya dengan menggandeng
tanganku, kemudian mengobrak-abrik seluruh isi lemari. Aku tidak tahu apa yang
sedang dicari Ibuku. Aku hanya membuntutinya dari belakang, mencari
perlindungan.”
“Anak
pintar.” Kata detektif Donkey, sembari mengusap kepala Genta.
Sehari
setelah mengintrogasi seluruh penghuni rumah. Detektif Donkey meminta Sir untuk
mengumpulkan beberapa teman kantornya untuk datang kesini guna untuk
penyelidikan. Banyak rekan Sir tidak terima kalau mereka harus diintrogasi.
Suasana
ruang tamu rumah Sir.
“Kau
menuduh aku yang melakukannya Sir ? ya Tuhan.” Tanya Egdar, rekan bisnis Sir.
Dia memiliki alibi yang tidak kuat. Saat kejadiaan dia sedang kerja shif di
kantor. Ada beribu kemungkinan Edgar yang melakukannya. Kejadian perkara tepat
jam 02.00, jarak kantor dari rumah Sir bisa ditempuh dalam waktu 15 menit,
untuk melakukan perjalanan bolak-balik. Edgar membutuhkan waktu 30 menit.
Sedangkan waktu kejadian berlangsung hampir 30 menit lebih. Jika ada kebijakan
dari kantor untuk memberi izin keluar, paling cepat 15 menit dan paling lama 30
menit, tergantung tempat yang dituju.
“Kalian
bisa tanyakan istriku, dimana aku saat kejadian. Dia pasti jawab aku ada
disisinya ketika ia terlelap. Omong kosong jika kalian menuduhku sebagai
pelakunya.” Terang Adam pada Sir dan detektif Donkey. Dia memang memilki alibi
yang kuat, tapi detektif tetap terus menahannya di rumah Sir.
Satu
lagi orang yang mencurigakan yang diintrogasi oleh detektif yaitu asisten Sir.
“Saya
sangat menghormati Tuan Sir Arokh. Tidak pernah ada fikiran untuk mencuri ide
Sir yang luar biasa itu. Bertahun-tahun saya bekerja dengan Sir, saya tetap
akan menjadikan diri saya sebagai asisten terbaik yang pernah mendampingi Sir
Arokh.” Jelas Erika, salah satu rekan perempuan yang dicurigai. Sir juga
sebenarnya ragu, mendatangkan Erika untuk diintrogasi. Mau tidak mau Sir harus
lakukan, karena dari ketiga orang itu yang paling banyak tahu tentang impian
membangun sebuah Universitas.
1
jam berlalu detektif Donkey belum juga memutuskan apa-apa. Dia sedang berfikir
sambil mengusap dagu dan hidungnya. Bahkan sesekali mengelus-ngelus kepalanya,
sebuah tanda kalau dia sedang bingung dan berfikir. Namun tiba-tiba pandangan
detektif melihat ada sesuatu yang janggal diantara ketiga orang itu. Detektif
melihat benda yang menjadi kunci jawaban dari kasus ini. Ya, detektif Donkey
sangat yakin akan hal itu. Semangatnya pun mulai kembali, rasa percaya dirinya
juga ikut bangkit. Detektif hanya tinggal menyusun semua datanya yang ia olah
dan disimpan difikirannya saja, dan hanya dia yang tahu. Detektif Donkey
mencari cara untuk memojokan orang itu. Satu lambang yang dipakai oleh pelaku,
yang tidak dia sadari akan dengan mudah menjatuhkannya.
Setelah
detektif Donkey benar-benar yakin akan prediksinya, dia segera meminta Sir
Arokh untuk mengumpulkan orang-orang diruang tamunya lagi.
“Mari
kita akhiri kasus ini bersama-sama. Huuffhhh kasus ini sudah lumayan
melelahkanku, dikarenakan kasus ini sudah cukup lama dibiarkan, lebih tepatnya
membiarkan semua jejak-jejak sang pelaku terhapus dan apa kalian tahu hal itu
yang membuat permasalahan ini menjadi rumit dan sulit untuk aku ungkapan
hahaha. . Tapi tenang selama masih ada detektif Donkey semua kasus pasti
terpecahkan, sekali pun kasus itu bisa membuat rambutku berguguran hanya
sedekar memikirkannya. Ok. Ok saya tidak akan membuka sesi ini dengan banyak
penjelasan yang sangat panjang. Perlu kalian tahu, pelakunya ada disini.
Diantara ketiga orang ini.” Jari telunjuk detektif mengarah kepada Edgar, Adam
dan Erika.
“Itu
tidak mungkin, aku tidak percaya kalau salah seorang dari kami adalah
pelakunya. Tidak mungkin. Anda sungguh keliru detektif. Coba jelaskan secara
rinci jika memang diantara kami ada yang jadi pelakunya. Jelaskan.” Edgar
lagi-lagi mentang detektif Donkey. Dari sorotan matanya terlihat seperti tidak
suka dengan detektif.
“Ini
ada hubungannya dengan elemen Yin dan Yang. Kedua elemen yang sering digunakan
untuk membedakan kedua anak kembar. Bukankah begitu Adam Santosa sang pelaku ?
dengan melibatkan seorang adik kembarnya yang bernama Arial Santosa.”
Seketika
ada satu bulir keringat mengalir dari keningnya. Dia amat gugup dan terlihat
amat ketakutan.
“Bagaimana
kau tahu kalau aku memiliki saudara kembar, hah ?.” bentak Adam yang tidak
terima.
“Info
kau memiliki saudara kembar itu mudah diselidiki oleh saya detektif Donkey. Kau
tak bisa mengeles lagi.” Jawab detektif.
Adam
santosa adalah temannya Sir dari Sekolah Menengah Atas hingga sekarang. Adamlah
orang yang paling dekat dengan Sir ketika itu. Sir sering menceritakan mimpi
besarnya ingin membangun sebuah universitas yang dia namakan dengan University
Of Indonesian Writer. Alasan mengapa Sir ingin mendirikan sekolah tersebut,
karena Sir selalu membangga-banggakan dirinya sebagai seorang penulis yang
kelak akan memiliki karya yang best seller. Impiannya itu selalu ia bawa
kemana-mana, menceritakannya kebanyak orang betapa hebat impiannya itu. Hingga
sekarang, banyak orang tahu kalau impian Sir itu tinggal beberapa langkah lagi
akan terwujud, karena dia juga sudah berhasil memiliki beberapa karyanya yang
best seller bahkan karyanya diterjemahkan kedalam 3 bahasa diantaranya,
Inggris, Arab, dan jepang. Betapa banyak orang yang mengagung-agungkan namanya,
tetapi dengan segala kesuksesannya Sir tetap memilih hidup sederhana bersama
istrinya Aini dan anaknya Genta.
Setelah
semuanya terungkap. Akhirnya adam mengaku dan menyerahkan dirinya ke pihak
kepolisian dan menyerahkan seluruh arsip
yang dia ambil kepada Sir Arokh. Ternyata hal yang membuat Adam
melakukan itu kepada Sir karena rasa iri yang dia miliki semenjak Sir pertama
kali menceritakan padanya tentang impian terbesarnya itu. Diri Adam telah
dibiarkan diracuni rasa iri kepada Sir.
1
tahun berlalu lagi.
Sir
berhasil merealisasikan impiannya itu. Dia berhasil membuat sebuah gedung yang tidak
terlalu megah namun sangat indah, dikelilingin pohon-pohon rindang yang
menyejukan, kelak bisa dipakai untuk sedekar nongkrong dan tempat berkumpul seluruh
mahasiswa dan mahasiswinya. Setelah kejadian 1 tahun yang lalu, Sir tidak mau
menunda-nunda lagi rencananya tersebut. Dia banyak mengurus proposal dan
beberapa kali mencari beberapa donator yang bisa menbantunya. Aini sebagai
istrinya terus mendukung mewujudkan cita-cita terbesar suami tercintanya itu.
Aini juga akan dijadikan seorang pengajar, setia mendampingi Sir.
Setelah
pengesahan berdirinya University Of Indonesian Writer tanggal 19 Agustus 2013.
Sir Arokh dan Aini merekrut seseorang untuk menjadi guru yang akan ikut
mengajar dan mengurus sekolahnya itu. Dia adalah detektif Donkey.
Suatu
hari, ketika Sir meminta detektif Donkey untuk mengajar di University Of
Indonesian Writer. Sir mengajaknya berbincang dihalaman sekolah. Menikmati
semilir angin yang sejuk yang dengan genit memainkan ujung-ujung rambutnya. Tak
lupa Sir juga mengajak istri tercintanya Aini dan anaknya Genta.
“Aduh,
bagaimana mungkin kalian merekrut saya untuk menjadi seorang guru ? sayakan
seorang detektif.” Terang detektif pada Sir dan Aini.
“Tapi
kami percaya, detektif bisa membantu kami untuk memajukan universitas ini. Kami
pun bukan seorang guru atau pun dosen. Aku hanya seorang ibu rumah tangga, dan
suamiku hanya seorang pegawai kantoran.” Jawab Aini dengan rasa rendah hati.
Sir selain seorang penulis, dia juga seorang pegawai kantoran yang menggeluti
dunia akuntansi.
“Betul
yang istri saya bilang, saya tentu amat yakin dan tidak main-main mangajak anda
bergabung untuk memajukan universitas ini.” Jawab Sir ikut menyakinkan detektif
agar mau menerima tawarannya itu.
“Hmmm.
.Baik, saya terima permintaan kalian. Tapi saya minta satu syarat.” Jawab
detektif.
Kedua
mata Sir dan Aini pun bertemu dan saling pandang. Heran dengan detektif yang
mengajukan sebuah persyaratan.
“Syarat
apa ?.” Tanya Sir ragu.
“Karena
ada profesi lain yang saya kerjakan. Jadi Ssya minta hanya 3 kali dalam satu
minggu untuk mengajar disini. Bagaimana ?.”
“Ok,
kami mengerti detektif.” Jawab Sir dan
Aini berbarengan.
“Baik
dikarenakan ada keperluan lain. Saya tidak bisa berlama-lama menemani kalian
menikmati suasana yang amat menyenangkan ini. Kalian cukup pintar dalam memilih
tempat.” Jawab detektif sambil berlalu keluar dari gerbang Universitas Of
Indonesia Writer, dia menyalakan mobil jeepnya yang dirancang menjadi sebuah
mobil detektif yang dibelakang kaca mobilnya bertuliskan, “ Tidak ada masalah
yang tidak bisa diselesaikan. –Detektif Donkey”
“Ibu,
Om detektif itu misterius ya.?” Tanya Genta yang sedari tadi sedang berlarian
mengejar-ngejar bola dilapangan universitas.
“Apanya
yang misterius Genta.?” Jawab Aini dengan nada yang lembut.
“Om
detektif selalu memakai kacamata hitam.” Jelas Genta.
“Itu
memang cirri khasnya sayang, detektif memang seperti itu. Memiliki kehidupan
yang tidak ingin di sorot publik, setiap geraknya pun hati-hati.” Jawab Aini
yang dengan sabar menjelaskan.
“oh
gitu ya bu.” Jawab Genta sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
Sir
hanya tertawa melihat dua orang yang paling dia sayang. Tak lama setelah itu
Sir memeluk erat Genta, bilang kalau dia amat mencintai anaknya itu. Sir juga
mengatakan hal sama pada Aini, lalu mencium kening Aini dengan mesra.
THE
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar